Penawaran yang imbang

Setiap perkembangan Winter, selalu dipantau oleh Jena. Sejauh ini uang yang diberikan oleh Max lebih dari cukup untuk pengobatan sang anak dan juga kebutuhan hidupnya. Tidak akan melakukan hal mengerikan itu lagi; menjual dirinya pada Max. 

Sudah cukup, Jena ingin hidup bersama dengan sang anak. Tentang Ayah Winter, Jena tidak sekalipun berniat memberitahu fakta ini. Max adalah sosok yang Jena yakini hanya akan menyakiti dirinya dan Winter sebagaimana yang dia lakukan di masa lalu, terlebih keluarganya egois, Jena tidak yakin anaknya akan diterima. 

Jadi sekarang, Jena hanya akan menyembunyikan Winter untuk dirinya sendiri. Dia juga yakin keberadaan sang anak tidak akan pernah diinginkan oleh Max. 

"Max, Jeremy, semoga tidak ada Sandra dan teman temannya. Aku bisa gila jika lama lama bertemu dengan para badjingan itu," Ucapnya bergegas pergi ke kantor. 

Jena mempersiapkan semuanya seperti biasa dan tinggal menunggu Max datang untuk mengeksekusi jadwal mereka hari ini. Namun sayangnya, pria itu telat selama satu jam. Jena menghubunginya, tapi tidak diangkat sama sekali. "Aku bisa dalam masalah kalau dia tidak datang dan menyelesaikan jadwal hari ini." Mulai gelisah dan terus menghubungi Max. Mengingatkan kalau pria itu memiliki jadwal yang sangat penting. 

Sampai Jena mendengar seseorang datang mendekat, dia menoleh dan mendapati asisten pribadi Max yang sudah berusia paruh baya itu datang padanya. "Dimana Tuan Max?"

"Dia sedang sakit. Batalkan semua jadwal, dan ikut aku sekarang."

"Kemana? Aku masih punya pekerjaan untuk menyusun ulang jadwal. Apa kau pikir mudah untuk merubah susunan yang sudah aku siapkan?"

"Kau bisa melakukannya di sana. Tuan Max dan Nyonya Ema menunggumu."

Jena terkejut dengan fakta Ema juga di sana. Dia berdehem sebelum akhirnya mengambil laptopnya dan pergi bersama dengan pria paruh baya itu. Jena diminta tidak membawa mobil, jadi dia menjadi penumpang. "Apa yang terjadi dengannya?"

"Demam biasa."

"Bagaimana dengan pekerjaanku? Kenapa aku harus melakukannya di sana?"

"Tuan dan Nyonya ingin bicara langsung dengamu. Bisakah kau berhenti bertanya?"

"Aku harus melakukannya supaya tau apa yang aku lakukan. Membuang buang waktu sama saja dengan membuang uang."

Tidak ada tanggapan lagi, sosok itu terdiam menyetir. Membawa Jena ke sebuah gedung apartemen kelas I di kota itu. Tidak aneh, apalagi punya Max adalah apartemen Penthouse. 

Ketika Jena masuk, ada Ema yang sedang duduk di sofa. Jena menunduk dan menyapa. "Hallo, Nyonya Emma. Bagaimana kabar anda?"

"Duduklah di sini dulu. Max sedang ke kamar mandi. Aku ingin bicara denganmu."

Jena duduk di dekat Ema tanpa memandangnya. Ada luka yang diberikan oleh wanita itu untuknya. "Bagaimana keadaan anda, Nyonya?"

"Aku lebih sakit ketika mendengar cucuku sakit, Jena. Kau harus menjaganya dengan baik."

"Saya akan berusaha sebaik mungkin."

"Dengar, aku ingin minta maaf atas pertemuan terakhir kita. Aku hanya kesal denganmu yang tiba tiba pergi, apalagi hutangmu pada perusahaan masih ada. Jadi untuk sekarang, bekerjalah dengan baik dan benar ya. Kau akan mendapatkan gajimu lagi ketika semua hutangnya sudah lunas."

"Baik, Nyonya."

"Ngomong ngomong, Jena. Apa kau tertarik dengan Max?"

Jena menatap wanita tua itu dan terkekeh, kemudian menggeleng. "Mana mungkin saya berani menyukai orang seperti Tuan Max." Seseorang yang badjingan! 

"Begitu ya? Aku terfikir kan untuk menyatukan kalian. Kalian tampak cocok satu sama lain."

Jena tidak mau terlibat hubungan apapun dengan Max lagi. 

****

Mengabaikan pernyataan Ema, Jena terfokus pada Max yang baru saja keluar dari kamarnya. Ema langsung berdiri. "Nenek akan pulang. Kau harus sehat sehat ya dan kembali lagi bekerja. Ini belum satu minggu dan kau sudah tumbang." 

"Hanya butuh istirahat sebentar, Nek. Perusahaan disini dan di London membuatku pusing. Mama dan Papa bahkan menyuruhku pulang untuk melanjutkan perusahaan di sana."

"Kau tidak boleh melakukannya, kau punya tanggung jawab di sini dan sudah berjanji akan melanjutkan perusahaan Nenek."

"Jangan khawatir, Nenek." Memberikan kecupan kecil di pipi sang Nenek sebelum wanita tua itu pergi. 

"Jena, rawat cucuku dengan baik."

"Baik, Nyonya."

Sekarang Jena paham. Kalau Ema adalah Nenek dari pihak Ibunya Max. Jadi perusahaan milik ayahnya tetap berada di London. Karena Max anak satu satunya, Jena menebak kalau Max sedang bingung untuk mengambil langkah yang mana. 

"Kenapa kau hanya diam?"

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Jena benar benar kesal. "Mereka terus mencoba menghubungiku dan marah karena membatalkan rencana secara tiba tiba. Kau pikir mudah mengendalikan semuanya?"

Max terkekeh mendengarnya. "Asisten ku yang akan membereskannya. Sekarang, buatkan aku bubur."

"Itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku sebagai sekretaris, Tuan."

"Oke, kau pilih saja. Melayani ku selama aku sakit dengan utang yang akan terpotong 39 persen atau menyelesaikan pekerjaan sebagai sekretaris pada mereka yang sedang marah sekarang?"

Sangat besar keuntungan Jena jika mengambil opsi pertama. Hanya saja dia harus kuat mental menghadapi Max yang mungkin saja mengambil keuntungan dari hal ini. 

Hutang yang banyak itu bukan hanya untuk pengobatan Winter saja. Tapi Jena juga melunasi hutang hutang Hara dan biaya pendidikan tambahan supaya dia bisa mendapatkan posisi seperti sekarang. 

"Apa yang harus saya lakukan jika tetap di sini?"

"Jangan terlalu formal. Aku lebih suka kau yang pemberani seperti sebelumnya," Ucap Max melangkah menuju ke dapur dan mengambil bir di sana. Dia meneguk nya. "Kau hanya perlu tinggal di sini sampai aku merasa lebih baik."

"Kau tidak terlihat sakit. Kau sedang minum bir sekarang."

"Sakit tidak membuatku berhenti meminumnya. Kenapa? Ada masalah?" 

Jena diam sejenak sebelum akhirnya dia menjawab, "Aku ambil opsi pertama. Dan hutang ku harus terpotong sebanyak yang kau janjikan."

Max tersenyum miring mendengarnya. 

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Jena harus punya stok sabar menghadapi Boss yg songong

2025-03-01

0

Juwita Moecharael

Juwita Moecharael

Kapan lagi UPnya ya... penasaran banget

2024-03-22

2

Meny Djaulu

Meny Djaulu

waduh ceritanya sudah lama ternyata.

2024-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!