Mimpi yang sama

Atas perintah Max, Jena pergi untuk mengambil jas milik pria itu dulu. Namun karena belum selesai, dia harus menunggu. Di sinilah rasa kesal Jena muncul, kenapa tidak menyuruh asisten pribadinya saja? Kenapa malah membuatnya harus tertahan? Jena yakin dirinya akan datang ke kantor agak siang. 

"Ck, aku belum menyelesaikan pekerjaan. Tapi harus tertahan di sini." Jena kesal. 

"Mohon maaf atas keterlambatannya, Nyonya. Ini untuk anda, silahkan dinikmati."

Bahkan camilan camilan di meja terlihat tidak menggiurkan sama sekali. "Bisa tolong percepat? Aku memiliki banyak pekerjaan."

"Baik, tolong tunggu sebentar lagi."

Sampai Jena mendapatkan telpon dari Hara, dia meminta pelayan meninggalkannya sendirian di sini. "Hallo, Bibi?"

"Jena, kau yakin akan membawa Winter ke London?"

"Iya, Bibi. Uangnya sudah aku transfer. Dokter Molly sudah berkomunikasi dengan Bibi? Dia yang akan mengurus pemberangkatan dan segalanya. Aku juga sudah menyiapkan tempat tinggal di sana."

"Jena, jangan terlalu dipaksakan."

"Tidak ada yang dipaksakan di sini, Bibi. Winter anakku dan aku ingin dia sembuh. Ini jalannya, harus seperti ini." Jena berucap dengan hati yang sesak. "Enam tahun dia bersamaku sejak dalam kandungan. Tidak akan aku biarkan dia pergi sebelum merasakan kebahagiaan. Tolong temani aku untuk berusaha menyembuhkannya."

"Tentu, Nak. Bibi tidak akan meninggalkanmu. Bibi hanya khawatir…  tentang…"

"Jangan pikirkan biaya, Bi. Semuanya akan baik baik saja. Aku akan mencari uang lebih banyak." 

Saat pelayan datang, Jena segera menutup panggilan. "Nanti Jena hubungi lagi ya, Bi."

"Ini jas nya, Nyonya. Sekali lagi saya mohon maaf atas keterlambatannya."

"Tidak apa, Terima kasih kembali." Jena bergegas kembali ke perusahaan. Dia langsung menaiki lift yang hanya dikhususkan untuk CEO saja. Baru sadar ketika sudah di dalam. "Siallan, aku salah masuk."

Begitu keluar dari lift, Jena melangkah lebih cepat untuk memberikan pesanan Max dan bekerja lebih giat. Biasanya jika Jena berhasil menggaet investor dan mitra bisnis, dia akan mendapatkan bonus. Jadi Jena berharap kalau dia bisa cepat melunasi hutang hutangnya. 

Namun begitu masuk… 

PLAK! "Berani beraninya kau menyentuhku, Jallang!"

Jena terkejut, matanya menangkap Max yang menampar seorang wanita setengah tellanjang. Hingga terjatuh dan pipinya berdarah. 

"Keluar dari sini," Ucapnya dengan dingin. 

"Maaf, Tuan," Ucapnya bergegas pergi dari sana. 

Jena diam mematung. 

Brak! Pintu tertutup kencang. Matanya menangkap Max yang membenarkan jasnya. "Kenapa terus berdiri di sana?"

"Ini jas anda, Tuan." Mendekat pada Max dan menyimpannya di atas meja. Jena enggan berlama lama di dekat pria itu. "Anda memiliki meeting penting siang ini. Saya harap anda mengingatnya."

"Aku ingat." Max menarik napasnya dalam. Dia melangkah mendekati Jena. Sebelum Jena berbalik, Max menahan tangannya hingga mereka berhadapan dalam jarak yang dekat. "Kau ingat ini?" Tangannya mengelus pinggang Jena naik turun dengan ujung jemari. 

"Berhenti melakukan hal yang menyedihkan seperti itu," Ucap Jena mendorong Max. "Bekerjalah seperti manusia. Dan berhenti kurang ajar, Tuan."

"Dua tahun kau tidak akan mendapatkan uang, Jena. Bekerja di tempat lain juga tidak bisa. Kau yakin tidak mau menerima tawaran ku? Akan aku beri berapapun yang kau mau."

Jena terkekeh. "Lihatlah Tuan Muda Grantham sedang mengemis sentuhan dari wanita menyedihkan seperti saya."

Max mengetatkan rahangnya, dia menatap tajam Jena. "Keluar sebelum aku melukaimu."

Jena berpaling dan pergi dari sana. 

***

Jena tidak paham, kenapa akhir akhir ini dia mendapatkan permen strawberry yang sama persis dengan beberapa tahun yang lalu. Permen itu ada di meja. Dan tidak ada siapapun yang datang ke sini selain cleaning service atau Max. Kenapa pria itu selalu mengganggunya? 

"Aku membawa berita baik untukmu," Ucap Max keluar dari ruangannya. "Pelajari profil perusahaan ini. Kita akan bertemu dengan mereka besok."

"Tapi besok anda memiliki jadwal yang padat."

"Setelah jam makan siang, kita batalkan acara sebelumnya dan fokus pada hal ini." Max kemudian melangkah pergi dari sana. Jena memasukan berkas tersebut dan bergegas pulang juga. 

Karena hari ini Jena kehabisan bahan makanan di flatnya, dia membeli beberapa bahan makanan terlebih dahulu di mini market. Makan malampun dengan mie instan yang di seduh di sana. Sambil duduk dan menatap keluar mini market. Sambil berfikir, apa yang harus dirinya lakukan nanti untuk mendapatkan tambahan uang? Menjual diri? Jena enggan melakukan itu lagi. Jika pun iya, dia akan terkena masalah dengan Max. 

"Pasti ada jalan keluar. Ayo berjualan, asal jangan berjualan tubuh," Ucap Jena segera kembali ke flat. 

Cukup untuk hari ini, Jena ingin istirahat meskipun seharusnya dia pergi memeriksa berkas yang diberikan oleh Max. Namun, Jena tidak mempedulikannya. Dia hanya ingin tidur dengan nyenyak malam ini. 

Sampai akhirnya, mimpi buruk dari masa lalu menghampiri. 

Malam itu, Jena dikurung di kamar mandi oleh Christy dan teman temannya. Hanya karena alasan mereka bosan, berakhir dengan Jena yang berada di sini. 

Dia terus memukul pintu berharap dibuka. Namun, tidak satupun yang datang karena Christy dan Sandra menuliskan toilet rusak di depan kamar mandi sehingga tidak ada yang datang. 

Malam datang, lampu padam. Dan Jena hanya bisa menangis ketakutan. Dia tidak tau apa yang harus dirinya lakukan. 

Terisak. "Hiks… hiks… tolong… buka pintunya… tolong…" Sampai Jena akhirnya tidak sadarkan diri karena kelelahan. 

Ketika Jena bangun, dia heran karena sudah mendapati dirinya di klinik kampus. Ini masih pagi buta, jadi tidak ada siapapun di sini. "Siapa yang memindahkan aku ke sini?" Bertanya demikian. 

"Ini pagi!" Teriaknya lagi dan berlari keluar klinik tersebut. Jena masih memiliki pekerjaan lain, dia harus mengantarkan susu ke beberapa tempat. Uang itu dia kumpulkan untuk menambah uang jajannya. 

Menaiki sepeda dari satu rumah ke rumah lain di sebuah kompleks elite di sana. Sampai Jena mendapati sebuah rumah yang belum pernah dia antarkan susu. Jena turun dari sepeda, pesanan orang ini banyak sekali. 

Jadi dia mengetuk pintu berulang kali, dan kaget ketika yang keluar adalah Max. Pria itu tiba tiba menarik tangan Jena. 

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku." Jena panik ketika Max membawanya masuk ke dalam dengan keadaan mabuk. 

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Awal dari kelahiran winter

2025-03-01

0

Ass Yfa

Ass Yfa

tragedi adanya Winter... ck... bontak nggj sadar udah punya ank

2023-11-09

0

lyani

lyani

awal ada winter

2023-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!