Kalah

Hara; seorang wanita tua yang mengurus Winter itu memperhatikan Jena yang sedang mengusap tangan anaknya yang tidur. Dia masuk ke dalam. "Maafkan Bibi karena tidak memberitahumu, Jena. Bibi hanya khawatir kalau kau akan panik."

"Dokter menyerah. Dia menyarankan ku membawa Winter ke London untuk mendapatkan perawatan jalan selama dia mendapatkan pendonor yang cocok, Bibi."

"Ya Tuhan. Darimana kita mendapatkan uang sebanyak itu?"

"Bibi jangan khawatir. Aku masih memilikinya." Uang sisa dari menjual tubuhnya pada Max itu masih ada. Namun, Jena harus memikirkan cara lain mendapatkan uang tambahan. Dia sudah tidak bekerja lagi. 

Hara membawa makanan dan duduk di sofa. "Kemarilah, Nak. Biarkan anakmu beristirahat, makan sini. Kau terlihat begitu kurus."

Jena datang untuk makan malam bersama dengan wanita tua yang membantunya sejak dirinya hamil 6 tahun yang lalu. Dia menemukan Jena yang pingsan dengan perut buncit, saat itu Jena diusir dari panti asuhan dan tidak memiliki uang. Hara yang membawa Jena berteduh, membiayai kuliahnya dengan uang yang dia miliki. "Kau harus menjadi manusia yang sukses, Bibi akan membantu kuliahmu. Supaya kau menunjukan pada mereka yang menyakitimu kalau kau bisa lebih baik dari mereka." Itu yang dikatakan Hara ketika Jena hendak putus kuliah. 

Di tahun kehamilannya, semua pembully itu sudah lulus. Jena belajar dengan sungguh sungguh sampai akhirnya Hara mengajak Jena pergi ke Vancouver setelah lulus dan melahirkan. Di Vancouver, Hara memiliki rumah kecil peninggalan saudaranya. 

Teringat perjuangannya, Jena tiba tiba meneteskan air matanya. "Nak, ada apa?" Tanya Hara melihat Jena yang makan sambil menangis. "Tidak apa, Winter akan sembuh. Dia akan baik baik saja. Percaya, Tuhan akan membantu."

Jena mempercayai hal itu sejak lama. Namun kenyataannya, Tuhan tidak memberikannya kebahagiaan setidaknya untuk putri kecilnya ini. "Berhenti menangis. Ayok makan."

Jena menyeka air matanya, dia harus kuat dan makan dengan banyak. "Pria yang menghamili ku, dia sekarang menjadi bossku."

"Apa? Bagaimana bisa?"

"Dia salah satu cucu dari Nyonya Emma. Aku tidak tau hal ini, dia tiba tiba datang dan mengambil alih semuanya."

"Berarti Nyonya Emma adalah?"

"Iya, aku tidak menyadarinya. Aku pikir mereka tidak memiliki hubungan. Ternyata pria badjingan itu adalah cucunya."

"Lalu bagaimana sekarang?" Hara tau bagaimana cerita hidup Jena, dan orang orang mengerikan di tahun pertama Jena kuliah.

"Dia masih brengsek seperti sebelumnya. Bahkan sekarang aku sudah di pecat olehnya."

"Jena, lalu bagaimana denganmu?"

"Aku berpotensi bekerja di mana saja. Jadi tidak masalah untukku jika dipecat olehnya. Aku hanya merasa…  kenapa dunia begitu sempit?"

Hara mengusap punggung Jena. "Apa kau berencana memberitahu tentang Winter padanya?"

"Tidak akan pernah. Dia pria brengsek, Bibi. Dia hanya akan menyakitiku dan Winter." Jena tau apa yang ada dalam pikiran Hara, jadi dia mengatakan, "Jangan mengkhawatirkan tentang uang. Aku bisa mendapatkannya. Masih banyak peluang untuk wanita pintar sepertiku."

"Bukankah dokter bilang harus pergi ke London?"

"Kita akan pergi ke sana, Bibi. Winter akan mendapatkan perawatan yang terbaik. Nanti aku akan menyewa sebuah flat di sana. Bibi tidak masalah kan untuk menjaga winter selama aku mencari pekerjaan?"

"Mustahil aku meninggalkan cucuku sendiri, Nak. Aku akan menjaga Winter. Tapi kau juga harus menjaga dirimu sendiri. Paham?"

Jena mengangguk. Demi sang anak, dia akan melakukannya. 

***

Jena pikir hidupnya akan baik baik saja setelah terlepas dari Max. Namun kenyataannya, sekarang Jena dihubungi oleh asisten pribadi Emma dan memintanya segera datang ke Vancouver. 

Ini ulah Max, Jena tahu itu. Pasti pria itu mengadukan hal ini pada Neneknya hingga Jena harus pergi ke sana. 

"Jena…"

"Jangan khawatir, Bibi. Aku tidak akan membiarkan pria itu melukaiku." Menoleh pada sang anak yang sudah terlelap. "Nanti akan aku hubungi lagi tentang tindakan selanjutnya."

"Hati hati dalam perjalanannya, Nak."

Jena mengangguk dan membiarkan Hara memeluknya. Lalu bergegas pergi ke Vancouver. Sangat jarang dirinya diminta langsung datang ke rumah Emma. Sebuah mansion yang begitu besar. 

Pagi hari yang menyebalkan untuk Jena, dia harus berhadapan dengan orang yang mungkin berpotensi menghancurkannya. "Jangan biarkan mereka menginjakmu, Jena." Bahkan perempuan itu berdandan terlebih dahulu di mobil, menebalkan beberapa bagian wajahnya supaya terlihat tegas. 

Dengan bahu yang tegap dan dagu yang sejajar, Jena melangkah dengan percaya diri. "Halo, Nona Jena. Nyonya Emma sudah menunggu anda di dalam."

Jena mengikuti langkah pria itu, diarahkan nya dia menuju ke sebuah kamar yang luasnya sama dengan halaman rumah Hara. "Selamat pagi, Nyonya," Sapa Jena pada Emma yang sedang sarapan di atas ranjang

Wanita tua itu tampak marah, dia bahkan tidak membalas perkataan Jena. Jadi Jena hanya duduk di sofa menunggu. 

"Siapa yang mengizinkan dirimu duduk?"

"Bukankah saya seorang tamu?"

"Kau adalah manusia yang membuat kesalahan, Jena. Kau pergi dari tanggung jawabmu, bahkan kau belum membayar hutangmu pada perusahaan."

Emma dengan santai masih memotong daging di piring, dia bahkan tidak menatap Jena. 

"Saya akan membayar hutang itu, Nyonya. Tentang lepas tanggung jawab, saya tidak pernah melakukannya. Saya hanya merasa tidak nyaman ketika Tuan Max tiba tiba membawa saya ke kamar hotel dan mengajak saya berhubungan badan."

Jena pikir, wanita tua ini akan berbeda. Tapi dia malah terkekeh meremehkan. "Max melakukan itu bukan berarti dia tertarik padamu."

Lihat, sekarang wanita tua itu memihak cucunya. Tidak sebaik yang Jena pikirkan. "Dia membuat saya ketakutan dan tidak nyaman saat saya menolaknya."

"Aku yakin kalau Max sedang mabuk. Dia tidak mungkin melakukan hal itu, Jena." Barulah dia menatap Jena. "Cucuku adalah pria terhormat, dia dibesarkan di London oleh anak bungsuku. Satu satunya anak laki lakiku yang membesarkan Max. Dia adalah pria yang bertanggung jawab dan tau apa yang dia lakukan. Di kacamatamu, mungkin Max salah. Tapi pasti ada alasan, entah dia mabuk atau apapun itu."

"Lalu, apa yang Nyonya inginkan dari saya sekarang?" Tanya Jena meremmas ujung gaunnya. Dia takut ketika terintimidasi oleh kekayaan dan kekuasaan. Jena sadar dirinya bukan siapa siapa. 

"Kembali pada Max, kau harus mendampinginya sampai semua hutangmu lunas. Kau tidak akan aku gaji sampai semua uang dikembalikan. Baru saat itu kau boleh pergi, Jena. Jika kau pergi sekarang, aku akan menuntutmu."

Baiklah, Jena kalah sekarang. 

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

pantas cucunya songong turunan dari neneknya 😏

2025-03-01

0

Ass Yfa

Ass Yfa

Kukira neneknya punya hati... ternyata sama saja dan cucunya

2023-11-09

0

Dewi Ariyanti

Dewi Ariyanti

Nenek kau tidak tau cucumu seperti apa dibelakangmu

2023-08-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!