Mengendalikan

"Diam!" Teriak Max yang dipenuhi aroma alkohol itu. "Buatkan aku minuman pengar, dan akan aku berikan uang," Ucapnya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet, berjatuhan ke atas lantai dan hanya ditatap oleh Jena. 

Dia takut. Max dalam keadaan bau alkohol, dia mabuk meskipun kesadarannya masih mendominasi.

"Kau hanya ingin berdiam saja atau aku lukai?"

"Apa yang kau inginkan?"

"Buatkan aku minuman pengar, cepat lakukan."

"Tapi… aku harus mengantarkan susu. Aku akan memanggil orang lain untuk membantumu."

"Kau ingin mati ya? Akan kupastikan lain kali supaya mereka tidak berhenti untuk menghajarmu."

Tubuh Jena bergetar ketakutan. "Akan aku lakukan. "

Melangkah ke dapur dengan wajah yang panik, ketakutan. Jena diam diam menatap pada Max yang kini sedang merokok. Pria itu membuka bajunya dan memperlihatkan tubuhnya yang penuh dengan otot. Apa yang sedang dilakukan oleh pria itu di rumah ini? Dan untuk apa susu sebanyak ini? Namun melihat kondisi sekitar, Jena yakin kalau sebelumnya ada rencana manis yang Max buat. 

Ada bunga, lilin aroma theraphy, rumah dengan interior yang unik. Dan sekarang, semuanya kacau. Apa pria itu sedang patah hati? 

"Kenapa menatapku seperti itu?"

"Maaf," Ucapnya segera berpaling. 

Diam diam Max menatap pada tubuh Jena yang memiliki lekuk indah. Pikiran jahat tiba tiba menghinggap di kepalanya. Max membuka salah satu botol susu, kemudian mencampur sebuah serbuk yang sudah dia siapkan semalam. 

Berjalan ke arah Jena yang sudah membuat minuman pengar untuk Max. "Ini.. Bisa aku pergi sekarang?"

"Aku khawatir susu buatanmu memiliki racun. Minum ini."

"Ini tidak mungkin beracun, aku bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melihat isinya."

"Coba saja kalau kau yakin ini tidak beracun."

Jena ingin segera pergi, dia segera meminumnya. "Sudah? Aku akan pulang sekarang. Tolong jangan ganggu aku." 

Ketika hendak melangkah pergi, Max kembali menahan tangannya. "Tunggu sampai aku menghabiskan ini. Aku khawatir ini juga beracun."

Jena tidak habis pikir, bagaimana pria itu bisa memikirkan hal ini? Namun karena engan dalam masalah, Jena dian menatap Max yang meminunnya secara perlahan. Saat itulah Jena merasakan panas di tubuhnya. "Bisa aku ikut ke kamar mandi?" Jena tidak tahan. 

"Di kamar itu, masuk saja."

Kepalanya sakit, Jena segera masuk ke kamar yang ditunjuk Max. Kaget karena melihat kasur yang memiliki kelopak bunga mawar di atasnya. Mengabaikan, Jena segera masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Miliknya juga terasa gatal, saat Jena memeriksanya, dia merasa jijik karena ada cairan putih bening. Tiba tiba saja dirinya merasakan hasrat ingin disentuh. "Ada apa ini," Ucapnya terisak. Jena harus segera pergi dari sini. 

Namun begitu dia keluar dari kamar mandi, Max sudah menutup pintu dan menguncinya. 

"Apa yang kau lakukan?"

"Mau menggantikan orang yang harusnya mendesah di atas ranjang itu?"

"Apa maksud mu?"

Max mendekat dan menarik tangan Jena untuk dilempar ke atas ranjang. 

***

"Jangan… berhenti… . Hiks… ahhhhh… "

"Berhenti di saat kau mendesah dengan kuat?" Tanya Max terus menghentikan miliknya pada Jena. Sakit, perih, panas dan juga gairah yang memuncak. 

Kedua tangannya ditahan di atas kepala, satu tangan Max yang lain memelintir da*a Jena kemudian mulutnya sibuk merecap pada puncak satunya. 

Jena merasa jijik pada dirinya sendiri yang terus mendesah seolah menginginkan lebih. "Ahhhh… . Ahh… Max! Berhenti!"

"Hahahah! Berhenti? ****! Kau begitu ketat!" Ketika Max melepaskan tangan Jena, perempuan itu berusaha mendorong Max dengan tenaga yang tersisa. 

"Berhenti melawan, nikmati saja." Max menarik tengkuk Jena supaya menunduk dan melihat bagaimana tubuh keduanya menyatu. "Lihat bagaimana milikmu menelan miliku. Aku menghancurkan mu, kau merasakan benda itu di dalam dirimu?"

"Hiks… berhenti…"

"Kau bahkan hampir keluar. Kenapa aku harus berhenti?" Menaikan kecepatan hingga tubuh Jena menegang, da*anya membusung hingga Max mengambil kesempatan untuk meraup nya dan menggigitnya. 

Bahkan ketika Jena mendapatkan pelepasannya, Max tidak menghentikan gerakannya sampai Jena menjerit. "Stoppp! Hiksss! Perihh! Ahhhhh!"

"Kau mendesah Jena." Menaikan kecepatan, Max hampir sampai. Dia cengkram pinggang Jena dan menegakan tubuh melihat bagaimana tubuh perempuan itu terhenyak henyak dengan da*a yang naik turun. 

"Tidak tidak! Jangan! Aaahhh! Jangan!" Jena merasa milik Max membesar di dalam sana, dia tidak mau hamil. Ketika tangannya hendak mendorong Max, pria itu menepisnya dan menekan semakin dalam hingga Jena merasakan panas di dalam tubuhnya, rasanya penuh dengan Max yang terus mendorong hingga sesak. 

"Argghhhhh!" Pria itu berkeringat, lelah. Tapi belum merasa puas. 

Dia menatap bagaimana milik Jena mengeluarkan cairan milik mereka, terlihat seksi dan membangkitkan lagi gairah. Apalagi Jena yang bergerak merasa tidak nyaman. Perempuan itu berniat menarik dirinya supaya tidak menyatu lagi dengan Max, tapi pria itu menahan pinggang Jena dan menghentak lagi dengan kuat. 

"Ahhhhhh!" Sampai Jena mengeluarkan suara merdu itu lagi. 

"Kau tidak bisa lepas dengan mudah," Ucapnya membalikan tubuh Jena tanpa melepaskan penyatuan mereka. "Aku ingin menunggangi mu seharian."

Jena benci ketika tubuhnya merespon, selalu mendapatkan puncak dan mendessah atas perlakuan Max. Dia lelah, Max mengendalikan tubuhnya. 

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

ya ampun Jena hidup mu benar"😭😭😭

2025-03-01

0

Ass Yfa

Ass Yfa

huh Jena... kasihan bngt seh,,, awal Max, kecanduan tubuh Jena

2023-11-09

0

Dewi Ariyanti

Dewi Ariyanti

kasihan sekali kau jena kau sangat biadab max😡😡😡

2023-08-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!