Arra tampak kikuk berada di sisi Dicky, akhirnya ia benar-benar diantar oleh sosok itu pulang. Sosok yang ternyata anak dari teman sang papa itu benar-benar mau mengantarkannya sampai kost.
"Arra besok berangkat diantar siapa?" tanya Dicky seraya menoleh dan menatap Arra yang duduk dengan anteng di sisinya itu.
"Dianter kak Edo lagi, kak. Memang kenapa?" ujar Arra balik bertanya.
"Nggak mau bareng sama kakak aja nih? Nanti kakak jemput? Kan kita satu jurusan mau ke kampus."
Arra menggeleng pelan, bukankah yang bertugas mengantarkan dia dan menjemputnya adalah Edo? Dan itu permintaan sang papa bukan?
"Terimakasih kak, tapi biar diantar kak Edo saja, takut merepotkan," kilah Arra sopan.
"Lho, kalau satu arah kan tidak merepotkan juga namanya, Arra. Aku nggak apa-apa lho kalau kamu mau bareng besok, seterusnya juga nggak apa-apa, nanti aku yang antar jemput kamu."
Arra merasa kikuk, "Barengnya kalau semisal kak Edo nggak bisa antar aja gimana kak?"
"Jadi aku cuma kamu jadiin cadangan doang ini?" kelakar Dicky sambil tertawa.
"Eh, bukan gitu juga kak ... soalnya yang diberi amanat papa buat antar jemput Arra itu kak Edo."
"Oh begitu," Dicky mengangguk tanda mengerti, "Oke, kalau begitu besok pas pulang Solo aku mau kerumah mu."
Arra menoleh, menatap sosok yang begitu tenang dibalik kemudinya itu. Dia mau kerumahnya? Ada urusan apa?
"Kakak mau ngapain kerumah Arra?"
"Minta izin Om Yudha biar bisa antar jemput kamu juga, nggak cuma si Edo," guman Dicky sambil tersenyum.
Arra tertegun, ia hanya tersenyum simpul, wajahnya memanas. Kenapa jadi ingin mengantar jemput dia juga? Memang apa untungnya?
"Ini kost Arra yang mana?" tanya Dicky ketika di jalan itu ada banyak rumah kost berjejeran.
"Itu yang Griya Orchid, kak."
Dicky tersenyum, lalu menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah kost eksklusif itu.
"Terimakasih banyak, Kak," Arra melepaskan seat belt-nya, lalu tersenyum manis.
Dicky tertegun sejenak, ia balas tersenyum dan mengangguk, "Jangan sungkan, cepat istirahat ya. Besok kalau supir mu berhalangan, telpon kakak saja ya, biar kakak yang antar!"
Arra hanya mengangguk, lalu bergegas melangkah keluar. Ia berdiri di depan gerbang, melambaikan tangan ketika Toyota Yaris Merah itu melaju meninggalkan depan gerbang kostnya.
Setelah mobil itu pergi, ia bergegas melangkah masuk ke dalam kostnya. Ada untungnya juga banyak anak teman papanya yang satu kampus bukan?
***
Edo bergegas melepas dan membuang handscoon-nya yang berlumuran darah itu. Ia bergegas mengganti gown operasinya dan mencuci bersih-bersih tangannya. Setelah semua bersih, ia bergegas merogoh iPhone-nya dan mendapati pesan WhatsApp dari Arra.
[ Kak, nggak usah jemput ke kampus ya, Arra sudah perjalanan pulang ke kost. ]
Edo tercengang membaca pesan itu, Arra sudah perjalanan pulang? Dengan siapa ia pulang? Edo bergegas menelepon nomor itu, hatinya tidak karuan. Baik-baik sajakah Arra sampai kostnya? Ia sangat khawatir dengan gadis itu.
"Hallo, gimana kak?" suara itu sontak langsung melegakan hati Edo.
"Kamu dimana, Ra?" Edo masih belum lega seratus persen.
"Sudah di kost, kak. Kakak nggak ke kampus kan?"
"Kakak mau VC, angkat!" Edo buru-buru mematikan panggilan suara itu, lalu mengganti panggilan video.
Tampak Arra benar-benar sudah berada di kamar kostnya, Edo tersenyum melihat betapa menggemaskan wajah itu. Dia baik-baik saja.
"Nah Arra sudah di kost kan?" guman Arra sambil tersenyum.
"Maafkan kakak ya, kakak nggak bisa jemput kamu," desis Edo lirih, ia benar-benar menyesal tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik.
"Nggak apa-apa kak, kan kakak ada tugas."
"Tadi pulang naik ojek online?" tanya Edo yang masih tersenyum menatap wajah itu.
"Diantar kak Dicky."
Dicky? Edo tampak tidak asing dengan nama itu, siapa Dicky?
"Dicky siapa?" tanya Edo sedikit curiga.
"Anaknya Dokter Yanuar kak, dokter THT yang satu rumah sakit sama papa kita. Dia kan mahasiswa UGM juga, semester lima."
Cless, saingan satu belum beres ternyata Edo dapat saingan baru. Ia sering dengar candaan orangtua mereka bahwa Dokter Yanuar juga menginginkan Arra dapat berjodoh dengan anaknya, siapa lagi kalau bukan si Dicky ini.
"Kakak on the way ke kost mu, WA aja kamu pengen dibelikan apa, Arra. Kakak perjalanan," guman Edo lalu mengakhiri panggilan video-nya.
Edo mengacak rambutnya dengan gemas, kenapa pakai ada Dicky segala sih? Ia benar-benar kesal setengah mati. Pasti dia punya tujuan lain bukan? Mau PDKT dengan Arra juga kan? Ia tahu betul Om Yanuar juga sangat bernafsu ingin menjodohkan Arra dengan anaknya.
Edo melangkah ke ruang koas dengan gusar, ia harus makin mengencangkan ikat pinggangnya. Ia tidak boleh kalah dengan Dicky, tidak boleh!
***
Arra garuk-garuk kepala, kenapa Edo tampak tidak suka ia diantar oleh Dicky? Dan ia mau langsung ke sini? Ada apa?
Arra bergegas mengetikkan pesan ke nomor Edo.
[ Kakak mau kesini? Nggak usah repot-repot kak, kan kakak capek. ]
Tak perlu waktu lama, pesan itu segera dibalas oleh Edo.
[ Nggak apa-apa, pokoknya kakak sudah perjalanan, kamu pengen dibelikan apa? List saja nanti kakak bawakan. ]
Arra tersenyum, terserahlah kalau Edo mau nekat mau kesini, tapi Arra ingin apa memangnya?
[ Beliin es teh saja dong kak, Arra sudah kenyang kok. ]
Baru beberapa detik pesan itu terkirim, langsung dapat balasan dari Edo.
[ Sebut satu makanan atau camilan, apapun itu terserah, masa iya cuma es teh doang sih? ]
Arra tersenyum, apa ya? Ini Edo lho ya yang memaksa? Ia tampak berpikir sejenak, kemudian kembali mengetikkan balasan.
[ Kak mau takoyaki dong atau pentol juga mau. ]
[ Ok, gas my sweety! ]
Sontak wajah Arra memerah, asik benar ya punya penanggung jawab seperti Edo. Ia benar-benar terjamin dalam segala hal.
Edo, membayangkan Edo membuat Arra kembali tersenyum. Kenapa dia begitu baik? Membuat Arra sama sekali tidak merasa sedih atau kesepian berada di sini, jauh dari kedua orangtuanya. Ia seperti pengganti ayahnya. Begitu lembut, perhatian, hangat dan peduli.
Arra membaringkan tubuhnya diatas kasur. Apakah semua laki-laki seperti itu? Laki-laki yang lebih dewasa darinya yang ia maksud. Kalau yang sebaya dengannya kebanyakan begitu menyebalkan, macam Aldo. Tapi jujur keisengan dan ulah jahil Aldo kadang membuat Arra kangen, ia selalu bisa membuat harinya berwarna dengan segala macam kejahilan dan keisengannya yang ia lakukan.
Ahh ... kenapa ia jadi memikirkan laki-laki sih? Kata papa kan ia harus fokus pada pendidikannya di sini bukan? Fakultas kedokteran bukan fakultas sembarang! Dan ia salah satu mahasiswa termuda, jadi ia harus lebih banyak belajar dari teman-teman kuliahnya.
Arra menghela nafas panjang, tiba-tiba ia rindu pada sang ayah!
"Pah, Arra kangen!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Heny Ekawati
arra imut sih jdi banyak yg suka
2021-10-23
2
"Momz"
waaahhh...
tambah lagi nih saingan Edo...
pasti tambah galauuuu...
semangat ya kak Edo...✊✊
2021-03-05
0
sumiati
Ayo Edo Pepet terus jangan kasih kendor....luluhkan hati Arra
2021-02-25
0