Edo menutup kamar kostnya, lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya terpejam, otaknya memutar memori kejadian di kampus tadi.
Pacaran sama Arra?
Dijodohkan sama Arra?
Tentulah dia mau! Siapa sih yang nggak mau punya pacar atau isteri model kayak Arra gitu? Cantik, manis, imut menggemaskan dan yang pasti jenius!
Ingatkan nasehat yang bilang bahwa cari isteri itu diutamakan yang otaknya cerdas? Karena apa? Gen kecerdasan anak 99% diturunkan oleh ibunya, bukan ayahnya! Jadi cerdas atau pintar itu poin utama. Masalah wajah sih klinik kecantikan menjamur dimana-mana kok, bahkan klinik bedah plastik juga. Nggak masalah lah kalau cuma wajah kurang cantik, bisa dipermak.
Edo benar-benar galau! Kenapa harus Aldo sih yang digadang-gadang papanya berjodoh sama Arra? Kenapa bukan dia? Papanya lupa kalau anak laki-lakinya itu ada dua?
Edo bangkit dan melangkah ke kamar mandi, ia buru-buru melepas scrub nya dan mengguyur badannya dengan air. Berharap bahwa segala pusing yang ia rasakan segera hilang.
Dia sudah dua puluh satu tahun! Dan ia belum pernah tertarik pada gadis manapun kecuali gadis itu, Arraneysa Kaenina Bhaskara! Ya! Sejak dulu ia hanya tertarik pada sosok itu! Sosok yang secara tidak langsung sudah jadi milik adiknya.
Bahkan adiknya mengakui sendiri kan bahwa ia jatuh cinta pada Arra? Arra sekalipun ia belum bilang tapi dia juga ada indikasi kalau ada perasaan sama Aldo bukan?
Ahhh ....
Kenapa harus adiknya sendiri yang jadi rivalnya? Sampai kapanpun Edo tidak bisa jika harus melawan adiknya sendiri!
Edo buru-buru menyudahi ritual mandinya, ia kemudian bergegas mengeringkan tubuhnya dan berganti pakaian. Kembali ia merebahkan tubuhnya, bayangan wajah cantik itu selalu menganggunya! Selalu.
Rasanya Edo ingin memaki dirinya sendiri, kenapa sih dia bisa seperti ini? Kenapa harus jatuh cinta pada gadis milik adiknya? Kenapa bukan gadis lain diluar sana?
Aldo ... kenapa dia yang harus Edo lawan? Edo tidak sanggup! Tak terasa air mata Edo menitik, kenapa ia jadi cengeng sih? Kenapa? Dihapusnya air mata itu, lalu dipeluknya guling erat-erat. Tak perlu waktu lama Edo sudah terlelap, tubuhnya begitu letih efek jaga semalaman. Dan hatinya pun sama letihnya, menyadari, jatuh cinta pada gadis tiga belas tahun yang sudah dijodohkan dengan adiknya? Siapa sih yang tidak pusing dan frustasi?
***
"Arra mau ikut ke kantin?" tanya Giselle sambil tersenyum manis.
Arra menatap sosok dengan rambut sebahu itu, dia begitu manis dengan kulit kuning dan lesung pipinya. Arra balas tersenyum dan mengangguk, kemudian bangkit dan melangkah bersama Giselle menuju kantin.
"Aku sudah dengar banyak tentang kamu, aku salut sama kamu. Masih tiga belas tahun tapi sudah masuk FK," puji Giselle tulus.
"Ah biasa saja kak, jangan terlalu memuji, Arra jadi malu," guman Arra tersipu.
"Jangan merendah, banyak yang salut dan nge-fans sama kamu lho diam-diam."
Sontak Arra tertawa, "Arra kan bukan artis."
"Tapi kamu menginspirasi, memang nge-fans cuma boleh sama artis doang?" Giselle melirik sosok di sebelahnya ini, bukan main kalau besar nanti pasti cantik banget!
"Iya deh, cuma ya bagaimana pun Arra cuma manusia biasa kok kak, pasti ada kelemahannya dan kekurangannya juga. Jangan terlalu disanjung tinggi-tinggi."
Giselle tersenyum kecut, bukan hanya pintar pada akademik, rupanya gadis ini juga sudah matang secara psikologis. Ia sudah begitu bijak. Entah dulu pas hamil emaknya ngidam apa, yang jelas Giselle mau minta resep, biar besok anaknya sejenius ini!
"Arra di sini tinggal sama siapa?" tanya Giselle ketika mereka sudah duduk di kantin, ia berani bertaruh semua mata menatap mereka!
"Sendirian kak, ngekost sendiri. Cuma ya ada kak Edo yang ngawasin dan antar jemput Arra."
"Tunangannya Arra tadi?" sontak Giselle teringat sosok tinggi tegap berkulit bersih dengan scrub biru tadi, ahh dokter sekarang ganteng-ganteng ya?
"Eh, tunangan?" Arra tersentak, sontak wajahnya memerah.
"Iya, kata Pak Bambang tadi dia dijodohkan orangtua sama Arra?" dua gelas es teh sudah mendarat di meja, Giselle menyedot es tehnya.
"Ahh bukan kak, orangtua kita memang dekat karena satu tempat kerja, sering main kerumah dan liburan juga. Cuma gurauan mungkin," Arra tersenyum, ia tidak terlalu memikirkan kelakar om Adnan, alias papa Adnan tentang rencana beliau menjodohkan dia dengan Aldo, ya walaupun kalau sama Aldo sih Arra merasa ada yang aneh sama perasannya. Ada apa sebenarnya? Benarkah ini yang namanya cinta?
"Oh jadi begitu ya?" Giselle kini meraih mangkok bakso-nya, mereka kompak memesan bakso kuah untuk makan siang.
"Kakak dari mana? Kita belum kenalan lebih jauh," tanya Arra yang mulai merasa ia perlu lebih dekat dengan teman-teman di sini, ia perlu teman kan? Dan ia belum punya kecuali gadis yang duduk di hadapannya itu.
"Kakak dari Banten, Ra. Arra dari Solo ya?"
Arra tersenyum dan menganggukkan kepala. Sejurus kemudian mereka sibuk dalam diam. Menikmati semangkuk bakso mereka masing-masing. Arra melirik sekitar, ia yakin bahwa banyak diantara anak yang duduk di sana sedang membicarakan dia.
Hingga kemudian matanya menangkap sosok itu, sosok ganteng dengan mata sipit itu dengan menatapnya. Sedetik kemudian sosok itu tersenyum, memuat Arra hampir tersedak karena terkejut.
Arra membalas senyum itu, lalu kemudian cepat-cepat memalingkan wajahnya. Siapa dia? Kenapa menatapnya seperti itu? Tapi Arra terlalu takut kembali menatap sosok itu, ia malah pura-pura mengajak Giselle mengobrol dan melupakan rasa penasarannya pada sosok laki-laki berkulit putih itu.
'Siapa dia? Kenapa rasanya aku pernah bertemu dengan dia?'
***
Edo tersentak ketika iPhone-nya berdering, dilihatnya jam dinding astaga jam setengah tiga! Dia tidur atau latihan mati sih? Buru-buru ia bangun dan mengangkat panggilan itu.
"Hallo, diam di situ! Kakak on the way!" pekik Edo lalu sontak bangun dan melangkah ke kamar mandi. Ia tidak menunggu sampai Arra balas bersuara, Edo tidak mau membuang-buang waktu lagi!
Kenapa bisa sampai telat bangun sih? Ia bergegas mencuci muka lalu meraih dompet dan kunci mobil. Ia hendak keluar kamar, ketika kemudian matanya menatap botol parfum. Edo bergegas meraihnya dan menyemprotkan parfum itu banyak-banyak dari mulai baju, leher sampai celananya. Takut Arra tidak nyaman dengan bau badannya, ia belum mandi lagi bukan?
Dengan tergesa ia kemudian lari keluar kamar, Arra sudah menunggu, dan ia tidak boleh membiarkan dia menunggu lama. Apalagi nanti sampai digoda Playboy atau fuckboy kampus, tidak boleh terjadi!
Ia bergegas menghidupkan mesin mobil, lalu membawa mobil itu pergi meninggalkan halaman parkir kostnya. Sesegera mungkin dia harus sampai ke kampus!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Reanza
baca sampai sini dulu
2021-04-03
0
Evie Agoestyn
dr yanuar yg kaya gmn sih? q lupa😁
2021-02-03
0
Nayra Cazhra
dr yanuar mna,.... 🤣🤣🤣
2020-12-09
0