Edo bergegas masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin mobilnya, sudah setengah tujuh dan ia harus mengantarkan kesayangannya ke kampus. Siapa lagi kalau bukan Arra? Tak peduli ia sejak kemarin belum tidur karena kebetulan IGD begitu penuh dan ia harus asistensi Cito jam tiga pagi buta, yang jadi prioritas utamanya sekarang adalah Arra!
Tak perlu waktu lama ia sudah parkir di depan gerbang kost Arra dan gadis itu sudah tersenyum duduk di kursi pos security.
"Arra lama nunggu? Maaf kakak tadi dari rumah sakit langsung ke sini!" Edo buru-buru turun dan menyodorkan sebotol minuman cokelat untuk Arra.
"Ahh enggak kok, by the way terimakasih banyak kak sudah mau Arra repotkan!" Arra kembali tersenyum, senyum yang langsung membuat hari Edo benar-benar cerah bahagia.
"Yaudah ayo berangkat, sebelum telat. Hari pertama kuliah kan?"
Arra bergegas bangkit dan berpamitan pada Pak Uci, security gerbang kost yang ramah itu. Begitu pula dengan Edo, kemudian mereka melangkah dan masuk kedalam mobil.
"Semangat ya, kakak tunggu nanti kamu repotkan suruh ngajarin materi blok."
Arra sontak tertawa, ia melirik Edo yang tampak begitu keren dengan scrub warna biru tua nya itu. Sungguh melihat wajah itu Arra seperti melihat sosok sang ayah. Edo benar-benar berhati baik, jiwa melindunginya begitu kuat, entah mengapa dekat dengan Edo, Arra merasa sedang dekat dengan sang papa.
"Habis ini kakak mau kemana?" tanya Arra sambil meneguk minuman cokelat di tangannya.
"Tidurlah, dari kemarin belum tidur, Ra! Nanti telepon atau miscall aja ya ke nomor kakak kalau sudah kelar kuliahnya."
Arra mengangguk pelan dan tersenyum. Untung ada Edo, kalau tidak pasti ini Arra harus repot cari taksi, ojek atau sejenisnya.
Edo melirik gadis tiga belas tahun di sampingnya itu, kenapa imut dan cantik sekali ya Allah! Rasanya ia harus sedikit lebih memperhatikan dan mengawasi pergaulan gadis itu, apalagi teman-temannya nanti akan seusia dia bukan rata-rata? Jangan sampai gadis disebelahnya ini kenapa-kenapa! Ia tidak rela!
Edo kembali fokus pada kemudinya. Kenapa juga Arra malah tertarik pada Aldo, sang adik daripada dengan dirinya? Padahal dari segi wajah ia lebih ganteng kok dari Aldo, calon dokter lagi! Kenapa gadis itu lebih tertarik pada Aldo yang jahil itu?
Edo menghela nafas panjang, mereka sudah sampai di depan fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada itu, Edo buru-buru mencari tempat parkir, ia hafal betul karena ia dulu lulusan sini bukan? Dan sekarang pun masih mahasiswa sini kok, mahasiswa kepaniteraan klinik tapi.
Edo buru-buru mematikan mesin mobilnya, melepas seat belt-nya lalu melangkah turun. Arra sontak mendekati Edo, ia menatap Edo penuh tanda tanya.
"Kakak mau ikut masuk?"
"Iya lah kan ini kampus kakak juga," Edo tersenyum lalu menarik tangan Arra dan membawanya melangkah.
Sontak Arra terkejut, namun ia diam saja. Rasanya seperti ketika Yudha menggandengnya. Kenapa sih tiap dekat dengan Edo rasanya seperti ketika ia dekat dengan Yudha? Nyaman, aman, seperti terlindungi.
Arra tetap diam tidak memberontak bahkan ketika mereka sudah masuk gedung fakultas kedokteran itu. Beberapa mata menatap mereka lekat-lekat.
Entah karena tubuh Arra yang masih begitu mungil itu, atau Edo yang tampak keren dengan setelan scrub nya atau karena apa, yang jelas semua mata fokus dan tertuju sepanjang mereka melangkah masuk.
"Lho, Do? Ada acara apa ke kampus?" sapa seorang laki-laki tegap dengan kacamata itu yang sontak mendekati mereka.
Edo tersenyum melepaskan genggaman tangannya lalu menjabat tangan laki-laki itu.
"Ngantar adik nih, Dok," guman Edo sambil tersenyum, "Nah Arra, ini Dokter Heru, beliau nanti dosen farmakologi kamu, ya!"
Arra tersenyum dan mengangguk lalu gantian menjabat tangan laki-laki itu.
"Bentar-bentar, Do ...," Dokter Heru menatap mereka penuh selidik, "Saya kenal betul orangtua kalian lho, bahkan kakek nenek Arra saya kenal, jadi adik dari mana yang kamu maksud?"
Sontak Edo tertawa, Arra pun demikian. Tentu saja kenal kan Om Adnan dokter juga, bahkan spesialisasi bedahnya ambil di UGM kan? Jadi rasanya susah kalau mereka mengaku saudara.
"Kalian pacaran?" tanya Dokter Heru histeris ketika keduanya hanya tertawa kecil.
"Ehh ... bukan begitu, Dok!" sergah Edo panik, "Saya dapat amanat dari Om Yudha nih suruh antar jemput sama ngawasin Arra. Dia masih tiga belas tahun kan nggak mungkin suruh bawa kendaraan sendiri, apalagi di cewek."
Dokter Heru hanya mengangguk pelan tanda paham, "Okelah ... Toh kalau pun mau pacaran nggak apa-apa sih," Dokter Heru tersenyum jahil sambil garuk-garuk kepala.
"Aduh, Dok ... bisa digebukin Om Yudha nanti saya, anaknya masih kecil diajak nggak bener!" Edo tersenyum kecut, walaupun sebenarnya hatinya berkata lain.
Sementara Arra hanya tersipu dengan wajah memerah. Mereka berbincang sejenak bersama Dokter Heru hingga kemudian beliau pamit hendak ke ruang dekan.
"Ayo, kakak antar sampai kelas mu!" guman Edo tegas lalu kembali menarik tangan Arra, tak peduli ada banyak mata menatap mereka.
Arra pun menurut saja, walaupun ia kikuk dengan tatapan orang-orang yang mereka temui itu. Mereka akhirnya sampai di depan sebuah kelas, Edo langsung masuk dengan menggandeng tangan Arra, tidak memperdulikan beberapa mahasiswa yang sudah ada di sana.
"Nah, belajar yang sungguh-sungguh, oke!" gumannya ketika Arra duduk di salah satu bangku yang ada di depan.
"Siap, terimakasih banyak Kak Edo," Arra menatap mata Edo dalam-dalam, sebuah tatapan tulus yang membuat Edo makin tidak karuan.
"Sudahlah, jangan sungkan. Nanti jangan lupa kalau sudah pulang telepon kakak ya!"
"Oke siap!" Arra mengacungkan jempolnya, tepat saat itu sesosok laki-laki dengan rambut memutih masuk ke dalam kelas, ia langsung mengenali Edo dan Arra.
"Lho Edo, sampai sini? Mau balik pre-klinik lagi nih?" seloroh laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.
"Nggak mau lah, Dok! Koas saya tinggal sebentar nih, masa iya mau balik ngulang pre-klinik," sahut Edo dengan wajah masam, "Ini saya antar Arra."
Edo tidak lagi membahasakan adik, karena percuma saja! Ia rasa semua tahu siapa mereka, orangtua mereka, dari dekan, staf pengajar bahkan sampai staf administrasinya. Jadi sia-sia kan mengaku saudara?
"Oh, jadi yang kata Adnan mau dijodohkan sama Arra itu kamu ya?" teriak sosok itu dengan wajah cerah.
"Eh, gimana Dok? Bukan atuh!" wajah Edo sontak memerah, andai benar dia yang akan di jodohkan dengan Arra ....
"Nggak mungkin!" sergah laki-laki itu dengan senyum merekah, "Adnan cerita nih mau jodohin anak dia sama anak perempuan Dokter Yudha dan Dokter Lili, anak perempuan Dokter Yudha kan cuma Arra, bener kan?" kini laki-laki itu menatap Arra yang wajahnya merah padam itu.
Edo hanya garuk-garuk kepala, ini kenapa bapaknya pakai cerita-cerita segala sih pasal jodoh-jodohan itu? Mereka terus berbincang, tak peduli beberapa mata menatap mereka dengan serius.
"Calon dokter full blood nih!" bisik beberapa dari mereka sambil menganggukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Minarni Juita
Edo sama arra aja Thor..apalagi arra nyaman klu dekat edo
2022-11-21
0
¢ᖱ'D⃤ ̐Nu⏤͟͟͞R❗☕𝐙⃝🦜
1 kampus hapal semua ya😁😁
2021-04-13
0
elviana
lanjuuutkan thor
2020-12-07
0