"mbak, mbak Sarah ...." panggil Lidya dengan teriak.
"iya Lid, ada apa?" tanyaku
"kemana aja sih mbk, dipanggil dari tadi kok nggak muncul-muncul?" ketus Lidya.
"Maaf Lid, mbak masih masak buat makan malam nanti. emang ada sih Lid?" tanyaku.
"Sepatu yang kemarin Lidya suruh bersihin kemana mbk?" tanya Lidya.
"mbak taruh ditempat nya Lid" jawabku.
"g ada mbk, cepet cariin. mau aku pake nih" bentak Lidya
"tapi mbak masih sibuk Lidya, ini masak belum selesai. kamu cari sendiri ya?" rayuku.
"enak aja, pokoknya mbak cariin sekarang juga. ingat ya mbk, disini itu mbak Sarah cuma numpang jadi harus nurut sama perintahku, karna rumah ini rumahku bukan rumah mas Damar. kalo mbak Sarah nggak nurut siap-siap aja out dari sini" jawab Lidya dengan senyum sinis nya.
"tapi aku kan istrinya mas Damar Lidya, jadi aku sama mas Damar juga berhak tinggal disini karena ini masih rumah mama" belaku
"eh.. ada apa ini? kok ribut-ribut?" sela mama yg tiba-tiba muncul dari dalam kamar nya.
"ini ma, menantu mama Uda mulai ngelunjak" tunjuk Lidya padaku.
"emang ada apa Sarah? kamu jangan macem-macem ya, jangan kurang ajar kamu disini"
"tapi ma, Sarah nggak salah. ini cuma salah paham aja aku sama Lidya " jelas ku.
"salah paham gimana? Uda jelas-jelas tadi mbak Sarah aku suruh cari sepatu ku tapi nggak mau. sadar diri dong mbak kamu siapa disini? kamu bukan ratu tapi hanya Upik abu mbak" hina Lidya padaku.
"kenapa kamu ini nggak nurut aja sih Sarah, tinggal cari gitu aja. kok banyak bantah aja" ketus mama.
"iya ma, aku cari dulu " dan lagi aku nggak bisa nolak perintah mama dan Lidya.
Setelah kucari dan ketemu, langsung ku bawa ke kamar Lidya.
ku ketuk pintu kamar Lidya, dan ternyata Lidya sedang angkat telpon.
"Lidya, ini sepatu nya" ku ulurkan sepatu itu pada Lidya. dan Lidya mengambil nya saat bicara di telepon dengan teman nya.
"iya mbk Bi, itu mudah kok. Apalagi kalo masalah mas Damar. ya serahkan aja sama Lidya, btw hari Sabtu kita jadikan?" jawab Lidya lewat telpon sambil melirik ku.
"kenapa mas Damar di bawa-bawa?" batinku. " siapa perempuan itu?" tanyaku dalam hati.
Tak mau ambil pusing dengan apa yang aku dengar. Aku kembali lagi ke dapur untuk memasak lagi. Tiba-tiba mas Damar datang dan menghampiri ku.
"masak apa kamu sayang?" tanya mas Damar.
"eh.. ini mas, Sarah masak ayam mentega kesukaan mas Damar" jawab ku.
"wahh dari baunya ini enak banget. mas jadi laper nih" ucap mas Damar.
"mas tunggu di meja makan ya abis ini selesai kok "
"oke deh" ucap mas Damar sambil kecup kening ku.
setelah selesai masak, kubawa semua makanan ke meja makan. ternyata semuanya disana Uda kumpul. mama, Lidya dan mas Damar.
"lama banget sih mbk kalau masak, udah laper ni" celetuk Lidya.
"iya lemot amat masak gini aja". sahut mama.
" maaf ma,,," ucapku.
"Oya mas, Sabtu besok kita diundang makan siang sama mbak Bianca, mas harus datang ya." ucap Lidya pada mas damar sambil melirik ku.
"Sabtu lid? aduh aku mau anter Sarah ke rumah ibu" jawab mas Damar.
"iya Sabtu, pokok nya mas Damar wajib datang. karna ini menyangkut proyek besar. kalau kamu nggak datang ya bisa-bisa proyek ini gagal mas . Dan aku nggak mau kalo proyek ini gagal cuma gara-gara mbak Sarah ya mas". ketus Lidya sambil melihat ku.
Disini aku jadi merasa terpojokkan, aku nggak mau proyek ini gagal tapi aku juga ingin sekali ketemu ibu.
"gimana sayang? apa kerumah ibu ditunda aja?" tanya mas Damar.
" ala jangan manja kamu ini Sarah. Uda pergi sendiri aja nggak usah minta antar Damar. Biar Damar kerja, kasian Damar kalau harus bolak balik. kamu sih enak numpang, tinggal makan tidur dan habisin uang Damar" cerca ibu.
"tapi ma, kemarin mas Damar Uda janji sama Sarah kalo Sabtu besok kita nginep dirumah ibu". jawab ku.
"apa? Damar mau nginep dirumah ibu mu yang reyot itu? duh kasian anak ku donk. pasti disana banyak nyamuk, laba-laba, kecoa. pokok nya Damar kamu nggak boleh nginep disana" hina mama.
"Duh mas ngapain sih pake nginep segala, lagian disana enggak banget deh" sahut Lidya.
"pokoknya hari Sabtu kita harus ketemu sama mbak Bianca" ucap Lidya
"Uda ah,, aku ada janji sama temen. Lidya berangkat ya ma" pamit Lidya.
Lidya pun berdiri dan berjalan mendekati mas Damar, kemudian dia berbisik sambil melihat ku "ingat ya mas, ini kesempatan kita buat dekat sama mbak Bianca".
Dan mas Damar hanya diam saja tak ada perkataan yang keluar dari mulut nya.
Memang aku berasal dari keluarga tidak mampu, bapak hanya seorang buruh tani dan ibu cuma buruh cuci di tetangga dekat rumah. sekolah pun aku hanya lulusan SMA. Mau melanjutkan ke perguruan tinggi aja orang tua ku tak punya biaya. Terpaksa aku harus bekerja setelah lulus SMA. Untuk membantu biaya sekolah Mayang adik ku satu-satunya.
Sekarang Mayang sudah lulus S1 dan melanjutkan S2 diluar negeri karena beasiswa. Karena Mayang termasuk anak yang cerdas. Alhamdulillah, semoga saja Mayang bisa mengangkat derajat keluarga kami yang miskin dan sering dihina ini.
Bapak dan ibu selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu sabar dan memaafkan orang-orang yang selalu menghina keluarga kita.
Mama mertua ku selalu menghina kehidupan keluarga ku, tapi yang sedikit aku sesalkan kenapa mas Damar diam saja. tak pernah membelaku. seperti sekarang, saat mama menghina rumah dan kehidupan keluarga ku, mas Damar cuma diam saja.
Setelah selesai makan, aku membereskan meja makan dan mencuci piring-piring yang kotor.
"Abis ini aku mau istirahat dan ngomongin soal tadi dengan mas Damar" batin ku.
Sesampainya dikamar kulihat mas Damar tiduran di ranjang memainkan handphone nya sambil senyum-senyum sendiri.
"Lagi lihat apa mas? kok kelihatan nya seneng banget." tanyaku.
"hai..hmm... ini anu..." jawab mas Damar kaget dan gugup.
"kenapa mas?? Kok gugup gitu?" tanya ku lagi .
"enggak kenapa-kenapa kok, cuma kaget ajak kamu tiba-tiba muncul sayang" ucapnya.
"oh......" jawabku sambil mengangguk dan pura-pura percaya.
"emang lagi lihat apa sih, kok kayaknya seneng banget. Boleh ikut lihat nggak?" tanyaku sambil ku lihat handphone nya.
"hmmm... ini cuma anu kok" jawabnya gugup sambil sembunyikan handphone di dadanya.
"anu apa mas? liat anu nya? Sarah juga pingin lihat anu nya itu" paksa ku sambil mencoba mengambil handphone ditangan nya.
"nggak ada apa-apa sayang, udah ah..mas ngantuk mau tidur. Mas capek tadi dikantor banyak sekali pekerjaan" jawab mas Damar sambil menaruh handphone nya di atas nakas.
"Tapi Sarah mau ngomong sama kamu mas" ucapku
"omong apa sayang? besok aja ya? mas ngantuk nih" jawabnya sambil pura-pura menguap dan membalikkan badannya membelakangi aku.
"tapi mas..." belum selesai ngomong sudah ku dengar dengkuran kecil yang menandakan kalau dia sudah tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
Nawangsih
waduh...ada peluang buat selingkuh
2023-07-07
0
Sukliang
semoga thir ksih lydia karma setimpal ya
2023-06-23
0
Tarian Putri Dewanti
😀
2023-06-03
1