"Mas sekarang kamu berubah, bukan mas Damar yang dulu yang selalu membela ku" ucapku sendiri dalam hati, ku seka air mata yang mengalir di pipi.
Apalagi setelah aku melihat semua isi pesan singkat di handphone nya mas Damar. Yang berbalas pesan dengan wanita yang bernama Bianca, Yang terlihat akrab dan begitu saling perhatian layaknya temen dekat membuat hati ini terasa perih bak tersayat sembilu
"Seratus ribu satu bulan apa itu cukup?" batinku.
Ku kemasi baju-baju yang akan aku bawa kerumah ibu. Ingin sekali tubuh dan pikiran ini beristirahat. Mungkin ditempat ibu aku akan menemukan kenyamanan.
"Mas aku Uda siap, ayo kita berangkat". ku jinjing tas yang berisi baju. ku samperin mas Damar yang sedang bermain handphone di ruang TV .
Dia hanya menoleh ke arah ku, tapi tak menjawab perkataan ku, tiba-tiba mama muncul dari kamarnya.
"Uda kamu berangkat saja sendiri, jangan manja-manja!!!" celetuk mama.
"Tapi ma, aku hamil besar susah kalo mau naik bus". keluhku.
"Yah salah kamu sendiri, ngapain Uda tau hamil besar kok masih mau keluyuran!!!!". ketus mama.
"Mas, kamu tega kalau aku harus naik bus dengan kondisi perutku besar seperti ini???" ku alihkan pertanyaan pada mas Damar.
"Kenapa kamu cuma diam aja mas??!" ucapku halus tapi penuh penekanan.
"Ya Uda, kamu aku antar tapi aku nggak ikut tidur disana. Setelah kamu turun aku langsung pulang." jawab nya.
"Aku mau ganti baju dulu". ucap mas Damar sambil berlalu menuju kamar.
"Terserah " jawabku
"Dasar tukang nyusahin orang aja!!!" ucap mama kasar.
"Sabar... Sarah...sabar..... kamu harus bisa menghadapi ini semua, kamu kuat ini demi anakmu yang ada dikandungan, kamu pasti bisa membalas semua hinaan ini". batin ku mesugesti diri ini.
"Ayo kita berangkat Sarah!!" ajak mas Damar keluar dari kamar dan membawa kunci mobil.
"Iya mas, ma Sarah berangkat dulu ya". pamit ku ke mama sambil ku sodorkan tangan ini untuk berjabat tangan dan mencium punggung tangan nya.
Tapi malah mama mengalihkan pandangannya ke arah lain dan menolak berjabat tangan dengan ku.
"Assalamualaikum ma". ku ucapkan salam walau tak ada jawaban darinya.
"Eh... mbk... mbk Sarah, jangan lama-lama ya nginep nya. Nanti siapa yang masak dan bersih-bersih kalau mbak Sarah lama nginep nya, bisa-bisa jadi kapal pecah nih rumah". ucap Lidya sambil lari keluar dari kamarnya menyusul ku yang Uda mau naik mobil.
"Iya Lid" jawabku tak banyak.
"Oya mas Damar pulang nya cepetan ya,, ingat nanti malam ada janji makan malam sama mbak Bianca". ucap Lidya sambil melirik ku secara sengaja.
"Sabar Sarah,,, kamu harus punya bukti yang kuat kalo memang mas Damar selingkuh" batinku. " Jangan gegabah ". ucapku dalam hati.
"Beres" jawab mas Damar pada Lidya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Awas kamu mas!!!" batin ku geram.
...****************...
Dua jam perjalanan, akhirnya sampai juga di surga ku. Tempat ternyaman menurutku, karna disini tempat aku di besarkan dengan penuh kasih sayang walau ekonomi serba kekurangan.
Ku turun dari mobil mas Damar, ku injakan kaki di jalan yang ber aspal. Walau jalan sudah ber aspal namun jalan ini masih sepi. Tak ada hiruk pikuk mobil berlalu lalang. Yang ada hanya motor , becak dan sepeda ontel milik para petani yang pergi dan pulang dari sawah.
Suasana yang begitu asri dan sejuk membuat ku betah disini. Terlihat rumah ibu dan bapak begitu mungil dan dikelilingi dengan pepohonan yang rimbun dan hijau.
"Mas, kamu beneran nggak turun?" tanyaku pada mas Damar.
" Ini Uda sore Sarah, mas takut telat ketemu sama klien". jawab mas Damar sambil melihat jam yang melingkar di tangan nya.
"Klien apa mbak Bianca, mas?"
kulihat mas Damar salah tingkah dengan pertanyaan ku.
" Ya Bianca itu klien ku, dia bekerja sama dengan kantor ku!!!" jawab nya dengan nada tinggi.
" Oke mas kalau gitu, kamu hati-hati dijalan". ucapku.
"Berapa hari kamu disini? biar nanti kamu mas jemput". tanya nya.
"Masih nggak tahu mas, sepertinya agak lama." jawab ku.
"Jangan lama-lama kasian mama sama Lidya kalau kamu disini. Siapa yang masakin mereka nanti?!" ucap mas Damar.
" Kan mama sama Lidya bisa mas, kalau hanya masak dan bersih-bersih? Kenapa harus nunggu Sarah?! Uda lah mas, kamu kira aku ini pembantu dirumah mu apa?!" ucapku dengan tegas.
"Kok sekarang kamu berani membatah sih Sar? ingat ya aku ini suami mu. Dan sudah seharusnya istri patuh pada suami. Nggak membangkang seperti ini!!!!" marah mas Damar.
"Uda ya mas, Sarah kesini mau menenangkan pikiran bukan menambah pikiran dengan berdebat dengan kamu mas!!!" ucapku tegas.
"Assalamualaikum " kuraih tangan mas Damar dan kucium punggung tangan nya.
"Waalaikumsalam " jawabnya.
Ku langkahkan kaki masuk ke halaman rumah ibu yang banyak ditumbuh i sayuran, seperti tomat, cabe, terong dan masih banyak tumbuhan sayuran lainnya.
Jadi ingat waktu kecil dulu bersama Mayang adik ku, setiap pagi pasti kita bantu ibu memetik sayur dihalaman ini. Kalau bapak sudah dapat upah dari mencangkul yang agak banyak baru kita bisa makan ikan beli di pasar.
Aku edarkan pandangan dari sudut ke sudut halaman rumah ini. Dan terlihat ibu, malaikat tak bersayap ku sedang memetik sayuran di samping rumah. Dan ku dekati dia dengan perlahan-lahan agar tak terdengar suara langkah kaki ku.
"Assalamualaikum ibu.." sapa ku pelan-pelan dari belakang.
"Waalaikumsalam..."jawab ibu sambil menoleh kebelakang.
"Mashaallah Sarah,,,," ucap ibu terkejut.
"kamu bagaimana kabar nya nak? Ibu kangen sekali sama kamu." ucap ibu dengan mata yang berkaca-kaca dan langsung ku hamburkan tubuh ku pada wanita yang telah melahirkan ku ini.
Setelah menikah dengan mas Damar aku langsung di bawa pulang kerumahnya. Dan selama menikah baru kali ini aku mengunjungi ibu. kangen sudah sangat menumpuk di hati ini.
"Alhamdulillah Sarah baik Bu, Sarah juga kangen banget sama ibu, bapak dan suasana rumah ini." ucapku sambil nyeka air mata yang jatuh tanpa kendali. Menangis karena betapa merindunya hati ini pada kedua orang tua ku dan menangisi nasibku setelah menikah dengan mas Damar.
"Kamu kenapa menangis nak?" tanya ibu sambil mengusap pipiku yang basah karena air mata.
"Sarah menangis bahagia Bu, ada kejutan buat ibu". kuambil tangan ibu dan ku letakan diatas perutku yang sudah membuncit.
"Ibu mau jadi nenek dan bapak bakal dipanggil kakek" ku bisikan pelan sambil air mata bercucuran menganak sungai karena terharu.
"Alhamdulillah akhirnya doa-doa ibu dan bapak di ijabah Allah SWT Sarah, betapa ibu sangat menginginkan cucu nak". ibu pun menangis haru.
"Ayo kita masuk nak, ibu akan buatkan makanan
kesukaan mu". ajak ibu sambil mengangkat tas yang berisi baju ku.
"Ibu, biar Sarah saja yang ngangkat ". kuambil tas yang ada ditangan ibu.
"Nggak usah Sarah, biar ibu aja yang angkat. kamu sedang hamil jadi nggak boleh angkat yang berat-berat ". Jawab ibu berjalan mendahului ku dengan mengangkat tas ranselku.
"Seandainya Bu, Sarah di ratu kan seperti ini dirumah mas Damar. Mungkin Sarah jadi wanita paling bahagia di dunia ini. Tapi jangankan di ratu kan, dianggap pun Sarah tak pernah bu". batinku sambil mengelus perut yang sudah mulai terlihat bentuknya.
💕💕💕💕💕💕💕💞💕💕💕💞💕💕💕💕💕💕💕
Makasih untuk atensi nya ya readers yang baik hati dan mempesona. Selalu ikuti episode-episode selajutnya. Karena akan ada kejutan dari Sarah untuk keluarga Damar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
Nawangsih
pengen cepet2 ada balesan buat keluarga damar
2023-07-09
0
Sukliang
marahhhhh
2023-06-23
0
Chiisan kasih
bikin smosi sumpah, kamu harus glow up sarah, biar nyyesel tuh dampret, eh damar,🤭
2023-02-07
3