"Seandainya Bu, Sarah di ratu kan seperti ini dirumah mas Damar. Mungkin Sarah, jadi wanita paling bahagia di dunia ini. Tapi jangankan di ratu kan, dianggap pun Sarah tak pernah bu". batinku sambil mengelus perut yang sudah mulai terlihat bentuknya.
Aku Pun duduk diruang keluarga yang menjadi beberapa fungsi ini, sebagai ruang tamu dan ruang makan. Dan ibu datang membawa segelas teh hangat yang masi terlihat kepulan asapnya.
"Suami mu mana nak?" tanya ibu sambil menyodorkan teh hangat didalam gelas yang didapat dari hadiah sabun mandi.
"Makasih Bu". ku terima gelas yang berisi teh hangat yang sangat harum baunya.
" Mas Damar lagi sibuk Bu, jadi nggak bisa ikut kesini" jawab ku dan ku seruput teh buatan ibu.
Ah.. Nikmat sekali teh ini. Aromanya membuat pikiran dan tubuh ini jadi fresh. Setres pun hilang seketika.
"Trus kamu kesini sama siapa? apa naik bus?" tanya ibu ingin tahu.
"Tadi Sarah diantar sama mas Damar Bu, tapi mas Damar nggak ikut turun. karena terburu-buru ada janji sama kliennya". jawabku memberi pengertian pada ibu.
"Ya tapi harusnya ya turun dong nak, temui dulu ibu sama bapak. Biar terjalin silaturahmi yang baik. Kan dia juga anak ibu dan bapak". ucap ibu dan aku membenarkan nya.
Memang seharusnya mas Damar turun dulu temui ibu atau bapak. Kalau kayak gini kan kelihatan mas Damar nggak punya sopan santun.
" Iya Bu, tadi mas Damar sudah titip salam buat ibu dan bapak. Minta maaf banget karena nggak bisa turun buat temui ibu dan bapak". ucapku dengan senyum menutupi semua sikap buruk mas Damar. Karena sejatinya istri adalah pakaian suami. Dan suami pakaian istri. Jadi harus saling menutupi kekurangan pasangan nya.
"Akhir-akhir ini mas Damar sangat sibuk Bu, karena ada proyek besar ya dikerjakan dikantor jadi jarang dirumah". ucapku bohong untuk menutupi kebohongan yang lain.
" Tapi kamu sama suami mu baik-baik saja kan, nak?". tanya ibu dengan penuh curiga.
" Kita hidup bahagia ibu, jadi ibu nggak usah mikir yang aneh-aneh. Bapak mana, Bu?". kualihkan pembicaraan agar ibu tidak membahas tentang rumah tangga ku bersama mas Damar. Karena sangat sedih sekali hati ini bila terus berbohong pada orang yang telah melahirkan ku.
Ku arahkan pandangan keseluruhan sudut rumah ingin tahu keberadaan bapak.
"Bapak mu lagi buruh nyangkul di ladang milik pak kades nduk". jawab ibu.
"Kemarin, ibu ketemu Sinta anaknya pak Karmin yang teman sekolah mu dulu. Dia tanya kabar mu. Ya ibu bilang kalau kamu sekarang ikut suami mu di kota. Dan ternyata Sinta juga kerja kantoran di kota yang sama dengan rumah suami mu nak. Kamu masih ingatkan nak sama Sinta?" tanya ibu.
"Ya ingat lah buk, Sinta itu teman baikku sejak aku SD sampai SMA. Dia yang selalu mengerti keadaan Sarah. Duuh dia sudah jadi orang sukses ya Bu? pasti dia senang karena cita-citanya tercapai ". ucapku.
"Maafkan ibu ini ya nak, tak mampu untuk menyekolahkan mu sampai perguruan tinggi". ucap ibu dengan sedih.
" Sarah seperti ini sudah bahagia kok Bu, biarkan Mayang yang meneruskan mimpi Sarah mengangkat derajat keluarga kita ". ucapku sambil memeluk ibu.
"Makasih ya nak kamu dan Mayang anak yang sangat pengertian dengan kondisi ibu dan bapak yang nggak mampu ini". ucap ibu.
"Bu, Sarah istirahat dulu ya. Pegel rasanya punggung Sarah, mungkin karena perjalanan jauh dalam keadaan hamil ini ya?" tanyaku pada ibu.
"Iya nak, kalo lagi hamil besar gini pasti badan cepat capek. Jadi harus banyak-banyak istirahat ". ucap ibu menasehati aku.
Aku berjalan menuju kamar ku bersama Mayang dulu. Di kamar ini masih tertata rapi dan bersih walau tak ada barang mahal disini. Kenangan bercanda dengan adek ku yang sedang mengejar S2 nya di LN muncul dan membuat ku tersenyum senyum sendiri.
"Mbak jadi rindu kamu may,,". ucapku lirih.
"Semoga kamu bisa mengangkat derajat keluarga kita mau". ucapku lagi.
Dan aku pun berbaring diatas ranjang kayu, tak ada spring bed disini. Hanya ada dipan dari kayu dan kasur yang terbuat dari busa yang tipis.
Terdengar sayup-sayup suara ibu bicara, aku pun terbangun kulihat jam dipergelangan tangan sudah menunjukkan pukul 5sore.
"Alhamdulillah sudah satu jam aku tertidur dan itu nikmat sekali, terasa capek-capek langsung hilang seketika". ucapku.
Aku keluar dari kamar terlihat ibu sedang menyiapkan makanan di ruang keluarga yang juga berfungsi sebagai ruang tamu. Dan kulihat ada bapak disitu. Jadi tadi suara ibu dan bapak yang lagi ngobrol.
"Assalamualaikum bapak ". salam ku ucapkan kepada bapak.
"Waalaikumsalam..anak ku Sarah ". jawabnya.
Langsung kuambil tangan nya dan kucium punggung tangan nya yang sudah menghitam dan keriput. Terlihat sekali urat urat di tangan tua nya itu.
"Bapak gimana kabarnya?." tanyaku dengan ber urai air mata.
"Alhamdulillah bapak baik Sarah. Kamu sendiri gimana nak? mana calon cucu bapak?." tanya bapak, mungkin beliau tahu aku hamil karena ibu sudah bercerita.
"Sarah juga baik pak, ini calon cucu bapak". jawab ku sambil mengelus perut ku.
"Alhamdulillah akhirnya bapak akan punya cucu". ucap bapak dengan penuh bahagia.
"iya pak". jawabku dengan senyuman.
"Ayo nak kita makan, ibu sudah masak kesukaan kamu. Tumis kangkung,terong bakar dan sambel terasi". ajak bapak.
Dan memang benar semua yang disebut bapak tadi ada makanan kesukaan ku. Semua bahan nya pun tidak dibeli, diperoleh di halaman rumah.
Jika aku makan sama Mayang bisa nasi satu bakul habis kalau lauknya seperti ini.
"Hmmm... Sarah sudah lapar banget pak, ayo kita makan". ajak ku sambil mengelus perut.
Kami pun makan bertiga sambil bercerita hal-hal kecil yang membuat kami tertawa. Ternyata bahagia itu tak perlu mewah, disini ditempat yang sangat amat sederhana aku bisa sebahagia ini. Beda waktu di rumah mas Damar. Hidup ku bagai di neraka.
Sekarang mas Damar mungkin sedang bersenang-senang dengan perempuan yang bernama Bianca. Semoga kamu dan keluarga mu cepat disadarkan mas.
"Alhamdulillah pak, Sarah sudah kenyang". ku Elus perutku.
"Iya nak, makan mu lahap banget kayak satu tahun nggak makan aja, memang nggak ada ya menu kayak gini dikota?". ucap bapak heran.
Dirumah mas Damar aku makan tak sebebas disini, makan pun harus makan setelah mama, Lidya dan mas Damar makan. Kadang hanya tersisa nasi setengah sendok nasi aja dan satu tempe goreng.
" Di kota nggak ada masakan seenak masakan ibu pak". jawab ku bohong.
"Hahahaha ... memang masakan ibu mu tak ada dua nya nak". bapak ku menjawab dengan tertawa lebar dengan penuh kebanggaan.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
jangan lupa mampir di novel temanku ya ges ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
Chiisan kasih
jika aku punya mantu sprti damar langsung ku pecat 🤭
2023-02-14
0