Bab 18

Ternyata Ningrum mengajak Andre dan kedua putrinya ke sebuah restoran mewah. Setelah menunggu hampir 20 menit Anita dan keluarganya datang di restoran yang sama. Andre yang tidak tahu dengan rencana pertemuan ini sedikit terkejut saat melihat Anita dan keluarganya datang.

"Kenapa mereka juga ada disini," bisik Andre kepada sang istri saat melihat kedatangan Anita dan keluarganya.

"Sudah kamu diam saja, tadi pagi aku yang menghubungi mereka dan meminta bertemu disini," jawab Ningrum sambil berbisik kepada Andre.

"Selamat malam Om, Tante," sapa Anita sambil mencium pipi Ningrum dan mencium tangan Andre.

"Selamat malam Sayang, aduh calon menantu Tante semakin hari semakin cantik ya," puji Ningrum sambil menatap Anita.

"Calon menantu, apa Mama serius," bisik Sherin kepada Shania.

"Sudah kamu diam saja jangan banyak tanya, nanti dimarahi Mama baru tahu rasa kamu," jawab Shania sambil menutup mulut sang adik.

"Ngomong-ngomong dimana Rudi kenapa dia tidak ikut makan malam bersama kita," tanya Hermawan. 

"Rudi sedang mengecek pembangunan di Desa Ronggo Lawuh," jawab Andre sambil tersenyum.

"Wah menantu kita benar-benar orang yang hebat ya Pa, masih muda tapi sudah memegang bisnis yang besar," jawab Santi kepada sang suami.

Setelah berbincang-bincang dan menikmati makan malam. Mereka pun melanjutkan pembicaraan tentang pernikahan antara Anita dan Rudi. Setelah melalui beberapa pertimbangan pernikahan antara Anita dan Rudi akan dilangsungkan 2 bulan kedepan.

Setelah tiba di rumah Andre yang masih tidak mengerti dengan rencana Ningrum langsung mengajak sang istri masuk ke dalam kamar. Semua rencana pernikahan Rudi dan Anita adalah murni ide dari Ningrum. Agar Rudi bisa segera menjauhi Syifa dan Akbar.

"Apa maksudmu menentukan hari dan tanggal pernikahan Rudi," tanya Andre saat mereka sudah di dalam kamar.

"Memangnya tidak boleh aku menentukan tanggal pernikahan anak kandungku sendiri," tanya Ningrum sambil melepaskan beberapa perhiasan yang terpasang di tubuhnya.

"Bukan tidak boleh, tapi Rudi itu sudah dewasa biarkan dia belajar menentukan hidupnya sendiri," jawab Andre sambil berdiri di samping sang istri.

"Menentukan hidupnya sendiri, lalu kalau dia sampai menikahi Syifa bagaimana," jawab Ningrum sambil menoleh ke arah Andre.

"Tidak masalah, mungkin Syifa adalah jodoh terbaik buatnya. Lagipula Syifa anak yang baik," jawab Andre sambil mengerutkan dahinya.

"Papa sudah gila ya, mau ditaruh dimana muka kita jika Rudi menikah dengan perempuan desa itu!" teriak Ningrum sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Memang kenapa muka kita harus disembunyikan," ledek Andre sambil melepaskan jasnya.

"Papa, Syifa itu sudah punya anak yang tidak jelas siapa Bapaknya, belum lagi dia hanya gadis kampung pasti akan jadi bahan olok-olok teman Mama kalau Rudi sampai menikahi dia," jawab Ningrum sambil mendekati sang suami.

"Tapi bukan berarti Mama harus menentukan tanggal pernikahan Rudi tanpa sepengetahuan dia," ucap Andre sambil berjalan ke kamar mandi.

"Papa tenang saja Mama jamin Rudi pasti akan menuruti kemauan Mama!" teriak Ningrum kepada sang suami.

"Terserah!" jawab Rudi sambil berteriak ke dalam kamar mandi.

***

Di Desa Ronggo Lawuh Syifa dan Rudi sangat menikmati peran mereka sebagai orang tua. Sebuah peran yang selama ini tidak bisa mereka kerjakan bersama-sama selama di rumah Rudi. Orang tua Syifa sangat bahagia melihat keakraban dan kekompakan Syifa dan suaminya dalam menjaga dan merawat Akbar.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa terasa Syifa dan Rudi harus pulang ke kota. Syifa yang saat itu masih merindukan orang tuanya ingin tetap tinggal beberapa lama lagi di Desa ini. Namun, tiba-tiba dia ingat pesan yang disampaikan Ningrum tentang hutang persalinan yang masih belum lunas.

"Pak, Bu, Syifa janji kapan-kapan kami akan main lagi ke sini," ucap Syifa sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Kamu hati-hati ya Nak, jadilah Istri dan Ibu yang baik buat Akbar dan suamimu," pesan Ruli sambil mencium kening sang putri.

"Nak Rudi, Ibu titip Syifa ya," pesan Surti kepada sang menantu.

"Insya Allah Bu, oh ya beberapa hari lagi rumah Bapak dan Ibu sudah bisa ditempati lagi," jawab Rudi sambil tersenyum.

"Terima kasih ya Nak, Bapak yakin kamu pasti akan menjadi Suami yang baik buat Syifa," ucap Ruli sambil menepuk pundak Rudi.

Tidak berapa lama mereka pun berangkat ke kota. Setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam mereka pun tiba di rumah Rudi. Syifa yang saat itu masih menggendong Rudi yang sedang tertidur langsung masuk ke dalam rumah dengan di tamani Rudi.

"Akhirnya calon pengantin kita datang!" teriak Ningrum saat melihat kedatangan Rudi.

"Pengantin," jawab Rudi sambil menoleh ke arah Syifa.

RUdi dan Syifa terlihat bingung dengan apa yang diucapkan Ningrum. Syifa yang saat itu menggendong Akbar langsung berjalan ke arah paviliun dengan ditemani Mbok Inah. Rudi yang baru saja datang langsung di tarik sang Mama di meja makan.

"Ayo makan dulu, kamu pasti lapar setelah menempuh perjalanan jauh," ucap Ningrum sambil duduk di samping sang putra.

"Ada apa ini, kenapa Mama begitu baik kepadaku," batin Rudi sambil mulai mengambil nasi.

"Marni!" teriak Ningrum kepada pembantu barunya.

"Iya Nyonya," jawab Marni saat sudah berada di hadapan sang majikan.

"Cepat ambilkan minuman dingin untuk Rudi," perintah Ningrum kepada pembantu kesayangannya itu.

Setelah meletakkan minuman yang diminta oleh sang majikan, Marni langsung bergegas untuk menuju ke kamarnya. Saat tiba di kamarnya dia terkejut saat melihat Syifa tidur di tempat tidurnya. Marni yang sudah kesal langsung menyeret Syifa keluar dari kamarnya.

"Ada apa Mbak, kenapa saya disuruh keluar?" tanya Syifa sambil kebingungan.

"Hei! Kamar mu itu disebelah sana, ini sekarang adalah kamarku," bentak Marni sambil melemparkan tas Syifa.

"Sejak kapan kamar ini menjadi kamarmu, kamar ini adalah kamar Syifa dan anaknya," jawab Mbok Inah dengan ketus.

"Iya, sejak pertama saya disini kamar ini sudah menjadi kamar saya," jawab Syifa sambil menggendong Akbar yang sedang menangis karena terkejut.

Rudi yang sedang menikmati makanannya terkejut mendengar tangisan sang putra. Hingga membuatnya menghentikan makannya dan berjalan ke arah paviliun. Rudi yang saat itu melihat Syifa dan Akbar berdiri di depan kamar langsung menghampirinya.

"Ada apa berisik-berisik di sini!" bentak Rudi kepada Marni.

"Ini Mas pembantu baru ini mengusir Syifa dan Akbar dari kamar ini, dia bilang kamar Syifa ada dibelakang sana," ucap Mbok Inah sambil menunjuk ke sebuah kamar kecil di ujung paviliun.

"Apa benar itu," tanya Rudi sambil menatap Marni dengan tajam.

"Benar Tuan, kamar ini sudah di berikan Nyonya Ningrum untuk saya, dan barang-barang perempuan ini sudah di letakkan di kamar ujung," jawab Marni sambil menunduk.

"Aku tidak mau tahu, sekarang kamu kembalikan barang-barang Syifa ke kamar ini, dan kamu pindah ke kamar ujung!" perintah Rudi sambil berteriak kepada Marni.

"Rasain," ucap Mbok Inah sambil tertawa kepada Marni.

Setelah mendapat jawaban dan meminta Marni memindahkan kembali barang-barang Syifa. Rudi langsung menemui Ningrum yang masih duduk di meja makan. Ningrum yang mendengar teriakan sang putra pura-pura tidak mengetahui apapun.

"Mama!" teriak Rudi sambil berjalan ke meja makan.

"Iya ada apa Putraku Sayang," tanya Ningrum seolah tidak tahu apa-apa," 

"Kenapa Mama meminta pembantu baru itu menempati kamar Syifa, Mama tahu sendiri kamar itu sudah aku pasang AC agar Akbar tidak kepanasan, sekarang Mama malah meminta Syifa tinggal di kamar yang kecil dan pengap," ucap Rudi saat sudah di badapan Ningrum.

"Duduk dulu Sayang, bayi kalau tidur di ruangan yang terlalu dingin itu tidak bagus, nanti dia gampang masuk angin makanya Mama minta Mirna menempati kamar Syifa," jelas Ningrum sambil meminta Rudi duduk di sampingnya.

"Aku tidak mau tahu, pembantu baru itu harus secepatnya pindah dari kamar itu, atau aku akan menendangnya keluar dari rumah ini," ancam Rudi sambil berdiri dan berjalan ke arah kamarnya.

"Duh anak itu keras kepala sekali, persis seperti Papanya," ucap Ningrum sambil berdiri dan melangkah ke arah paviliun.

"Kalian ada apa berisik saja, buat saya pusing tahu. Ini lagi anak tikus dari tadi nangis terus!" bentak Ningrum kepada Syifa dan dua pembantunya.

"Ini Nyonya Mas Rudi minta saya buat pindah ke kamar pojok sana padahalkan kamar saya disini," jawab Marni sambil cemberut.

"Sudah lebih baik kamu pindah saja, jangan buat saya semakin pusing!" bentak Ningrum sambil memegangi kepalanya.

"Kamu jangan merasa kalau kamu sudah berhasil mendapatkan Putra ku, karena aku tidak akan membiarkan itu terjadi," ucap Ningrum sambil mendekat ke arah Syifa.

Saat makan malam berlangsung dan seluruh keluarga Rudi berkumpul di ruang makan. Mereka mulai menikmati hidangan yang tersaji di meja makan. Ningrum mulai berbicara kepada Rudi tentang sebuah pertemuan.

"Besok kamu ada acara apa Rud," tanya Ningrum sambil mengusap mulutnya.

"Tidak ada, hanya ikut Papa ke kantor untuk memberikan laporan kemarin," jawab Rudi sambil minum segelas air putih.

"Bagaimana pembangunan proyek di Desa Ronggo Lawuh," tanya Andre kepada sang putra.

"Pembangunan perumahan di Desa Ronggo Lawuh kurang lebih sudah 80%, jadi kemungkinan akan selesai sekitar 2 sampai 4 bulan lagi," jawab Rudi sambil mengupas jeruk.

"Besok Mama ada undangan makan malam dengan keluarga teman Mama, jadi kalian besok harus ikut, termasuk Rudi dan Papa," ucap Ningrum sambil melirik ke arah Rudi dan Andre.

"Makan malam, dengan siapa Ma," tanya Sherin dengan penasaran.

"Sudah, besok kalian akan tahu sendiri, yang pasti pukul 18.00 kalian semua harus sudah siap karena Mama tidak mau kita terlambat," jawab Ningrum sambil berdiri dan berjalan ke ruang keluarga dengan diikuti oleh kedua putrinya.

"Makan malam? Apa dia ada janji lagi dengan keluarga Anita," batin Andre sambil melamun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!