Bab 7

"Lalu kenapa kalian tidak bicara sama Nyonya besar dan Tuan," tanya Mbok Inah sambil menangis.

"Mas Rudi melarangku Mbok, karena dia tidak ingin karirnya sebagai seorang kontraktor hancur karena kehadiranku yang hanya perempuan kampung," jelas Syifa sambil mulai meneteskan air mata.

"Ya Allah, tega sekali Den Rudi, kamu yang sabar ya Nak," jawab Mbok Inah sambil memeluk Syifa.

Saat Mbok Inah dan Syifa sedang berada di dalam kamar tiba-tiba terdengar suara Ningrum memanggil nama Syifa. Sambil mengusap air matanya Syifa mulai berjalan dengan perlahan ke arah ruang keluarga. Ningrum dan kedua putrinya langsung menatap Syifa dengan penuh kebenciaan. 

"Iya Nyonya," jawab Syifa sambil menunduk.

"Eh babu, Cepat buatkan kami minuman dingin jangan lupa bawakan cemilan yang ada di lemari es ya," perintah Sherin kepada Syifa.

"Eh perempuan kotor, awas ya kalau kamu sampai melaporkan perbuatan kami kepada Rudi dan Tuan Andre," ucap Ningrum sambil berjalan mendekati Syifa yang sedang menunduk ketakutan.

"Baik Nyonya, saya janji tidak akan bilang apa-apa ke Mas Rudi dan Tuan Andre," jawab Syifa ketakutan. 

"Hoi, kalau diajak ngomong itu matanya ke atas bukan lihat bawah terus," ucap Shania sambil menarik rambut Syifa dari belakang.

Melihat apa yang dilakukan Shania kepada Syifa sontak membuat Ningrum dan Sherin tertawa terbahak-bahak. Syifa yang merasa telah dibully oleh Ningrum dan kedua putrinya langsung menangis sambil memegangi rambutnya. Ada rasa ingin menyerah dalam hati Syifa, tetapi demi anak yang ada dalam kandungannya dia mencoba untuk bertahan.

"Ya Allah kuatkan aku dan bayi yang ada di dalam kandunganku," batin Syifa sambil memegangi perutnya yang semakin membuncit.

Rudi yang pulang dari kantor langsung menemui Syifa di kamarnya. Syifa yang melihat kedatangan Rudi langsung menyembunyikan luka memar di tangannya. Sekejam-kejamnya Rudi kepada Syifa dia masih memiliki rasa iba terhadap Syifa dan anak yang ada di dalam kandungannya.

"Ini aku belikan susu hamil dan vitamin untukmu, mulai bulan depan aku akan antar kamu kontrol ke dokter," ucap Rudi sambil memberikan kantong berisi susu hamil dan beberapa makanan ringan.

"Terima kasih Mas," jawab Syifa sambil menyembunyikan tangannya yang penuh dengan luka memar.

"Bagaimana keadaanmu dan anak kita," tanya Rudi kepada Syifa.

Syifa yang mendengar ucapan Rudi yang menyebut bayi ini dengan anak kita tampak sangat bahagia. Dia berharap jika ini adalah awal bahwa Rudi bisa menerima kehadiran Syifa dan anak yang ada dalam kandungannya. Sambil tersenyum Syifa mulai menjawab pertanyaan Rudi. 

"Alhamdulillah, jauh lebih baik Mas,"jawab Syifa sambil tersenyum.

Rudi yang curiga dengan sikap Syifa langsung menarik tangan Syifa. Setelah mengetahui banyak luka memar di badan Syifa, Rudi langsung bertanya tentang apa yang telah terjadi kepadanya. Sambil ketakutan Syifa mencoba untuk berbohong kepada Rudi.

"Luka apa ini," tanya Rudi sambil memegang tangan Syifa.

"Itu … itu hanya kepentok saja Mas," jawab Syifa sambil menarik tangannya.

"Aku tanya sekali lagi, luka apa itu." Rudi kembali mengulangi pertanyaannya.

"Syifa!" bentak Rudi kepada Syifa yang masih diam tanpa jawaban.

"Itu … ehm," jawab Syifa ketakutan.

“Kamu tidak bisu kan, cepat katakan kenapa bisa ada luka memar di tanganmu!" tanya Rudi sambil berteriak hingga membuat Syifa ketakutan.

"Baik, aku tahu siapa pelaku dari luka yang ada di tanganmu itu, sekarang kamu ikut aku," ucap Rudi sambil menarik tangan Syifa yang masih duduk di tempat tidur.

Sambil menggenggam tangan Syifa, Rudi mulai menyeret Syifa ke arah ruang keluarga. Malam itu seluruh keluarga Rudi sedang berkumpul di ruang keluarga sambil menyaksikan sebuah acara televisi. Rudi yang sudah dipenuhi oleh amarah langsung berteriak sambil memanggil sang mama.

“Mama!” teriak Rudi hingga membuat seluruh orang yang ada di rumah itu terkejut.

"Ada apa, kamu pikir rumah ini hutan sampai kamu bisa berteriak seperti itu!" bentak sang Mama.

"Sudah Mas tidak perlu diperpanjang lagi," ucap Syifa sambil sedikit berbisik kepada Rudi.

"Diam kamu!" bentak Rudi hingga membuat Syifa ketakutan.

"Ada apa sampai kamu berteriak seperti itu, apa tidak bisa bicara dengan nada pelan," tanya sang ayah sambil berjalan ke arah Rudi dan syifa.

"Papa lihat ini, Mama sudah menyiksa Syifa hingga membuat tangannya penuh dengan luka lebam," jawab Rudi dengan penuh emosi.

"Eh perempuan kotor, apa yang sudah kamu ucapkan kepada putra ku hingga dia berani menuduh dan melawan ku," tanya Ningrum sambil menatap Syifa dengan tatapan penuh dengan kebencian.

"Tidak Nyonya, saya benar-benar tidak mengatakan apa-apa kepada Mas Rudi," jawab Syifa dengan wajah sedikit menunduk.

"Mama! Apa benar luka memar di tangan Syifa ini adalah karena perbuatan Mama," ucap Andre kepada sang istri.

"Sekarang Papa ikut menyalahkan Mama, terus saja kalian membela wanita kotor itu," jawab Ningrum dengan muka panik.

"Lebih baik Mama jujur, Syifa tidak bicara apa-apa kepadaku, tapi aku yakin ini pasti perbuatan Mama kan!" bentak Rudi kepada sang mama.

"Baik Mama mengaku itu memang perbuatan Mama, puas kalian," jawab sang mama sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Ya Allah Ma …  istighfar kamu Ma, kamu tahu tidak jika itu sangat membahayakan syifa dan anak yang ada dalam kandungannya," jelas Andre kepada sang istri.

"Awas kamu perempuan kotor, lihat saja pembalasanku," batin Ningrum sambil menatap Syifa.

"Sekarang kamu minta maaf sama Syifa," perintah sang Andre kepada Ningrum.

Ningrum yang sudah sangat marah kepada syifa langsung berjalan ke arah kamar tanpa mendengarkan ucapan sang suami. Sherin dan Shania yang sedang ada di tempat yang sama langsung mengikuti langkah kaki sang ibu yang terlebih dahulu meninggalkan ruang keluarga. Rudi yang khawatir dengan kondisi Syifa langsung mengambil cream penghilang memar di kotak obat.

"Lain kali kamu hati-hati ya, aku tidak bisa terus mengawasimu 24 jam, jadi kamu harus belajar melawan siapapun yang menyakitimu," ucap Rudi sambil mengoles  cream di tangan Syifa.

"Ya Allah, Mas Rudi begitu perhatian kepada ku dan anak kami, tapi kenapa dia tega menutupi status pernikahan kami," batin Syifa sambil menatap mata Rudi.

"Syifa, saya minta maaf atas kesalahan keluarga saya kepadamu ya Nak," ucap Andre yang ternyata membuat Syifa kaget.

"Tidak apa-apa Tuan, ini juga kesalahan saya," jawab Syifa sambil menoleh ke arah Andre.

Setelah mengoleskan obat ke tangan Syifa Rudi langsung membantu Syifa berdiri dan memapah nya menuju ke paviliun. Setelah meminta Syifa istirahat, Rudi segera keluar dari kamar Syifa dan berjalan ke arah dapur untuk membuat segelas susu hangat untuk Syifa. Tidak berapa lama Rudi datang kembali sambil membawa segelas susu hangat untuk sang istri.

"Kamu minum dulu ya, setelah itu kamu istirahat, nanti malam aku kembali ke sini," ucap Rudi sambil memberikan segelas susu kepada Syifa.

"Terima kasih banyak Mas," jawab Syifa sambil tersenyum.

***

Di tempat terpisah Ningrum dan kedua putrinya sedang berdiskusi di kamar Shania. Ningrum yang tidak terima dipermalukan seperti tadi berusahha mencari cara untuk membalas dendam kepada syifa. Menurut Ningrum kekacauan yang ada di rumahnya saat ini adalah karena kehadiran Syifa di rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!