Keesokan harinya setelah Andre dan Rudi berangkat ke kantor. Ningrum dan kedua putrinya mulai menyusun rencana untuk menyakiti Syifa dan sang putra. Syifa yang saat itu baru saja masuk ke dalam kamar tidak melihat sang putra di dalam box bayi.
"Mbok!" teriak Syifa hingga membuat Mbok Inah terkejut dan berlari ke arah paviliun.
"Ada apa, kenapa kamu teriak-teriak seperti itu Nak," tanya Mbok Inah penasaran.
"Akbar Mbok, Akbar hilang," jawab Syifa sambil menangis dan terduduk di lantai.
"Akbar hilang, kok bisa memang tadi kamu taruh dimana," jawab Mbok Inah penasaran.
"Tadi aku letakkan di box ini karena dia tidur setelah aku berikan asi tapi saat aku kembali akbar tidak ada Mbok," jelas Syifa sambil terus menangis.
"Sudah, sudah lebih baik kita cari dulu, siapa tahu penculiknya masih ada di sekitar sini," ucap Mbok Inah sambil membantu Syifa berdiri.
Saat Syifa dan Mbok Inah sibuk mencari keberadaan Akbar di rumah itu. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara tangis bayi. Syifa yang sangat hafal dengan suara tangis sang putra langsung berlari ke arah halaman depan rumah.
"Astaghfirullah Akbar!" teriak Syifa saat melihat sang putra ada di dalam kandang kucing.
"Ya Allah, Mbok tahu siapa pelakunya," ucap Mbok Inah sambil membantu Syifa mengeluarkan Akbar dari kandang kucing.
Saat mereka sibuk mengeluarkan Akbar dari kandang kucing. Tiba-tiba Ningrum dan kedua putrinya datang dan langsung mendorong Syifa hingga jatuh ke tanah. Mbok Inah yang berada disitu langsung menolong Syifa dan Akbar.
"Eh Pembantu tua,cepat masuk kedalam jangan ikut campur urusan kami!" bentak Ningrum kepada Mbok Inah.
"Maaf Nyonya saya mohon jangan sakiti Syifa dan putranya kasihan mereka Nyonya," ucap Mbok Inah sambil memegang pundak Syifa.
"Ah lama, lebih baik kamu ke dapur dan selesaikan pekerjaanmu," jawab Sherin sambil menarik Mbok Inah dan menyeretnya masuk ke dalam rumah.
"Apa maksud Nyonya meletakkan putra saya di kandang kucing," tanya Syifa dengan tatapan penuh air mata.
"Karena kalian berdua sama seperti binatang, binatang yang hanya bisa menyusahkan orang lain," jawab Ningrum dengan bertolak pinggang.
"Eh itu makanannya kenapa tidak dimakan, 'kan sayang aku sudah beli mahal-mahal malah gak dimakan," jawab Shania sambil mengambil semangkuk makanan kucing dari dalam kandang.
"Sini Kak biar aku saja yang menyuapi mereka," jawab Sherin sambil merampas makanan dari tangan Shania dan melemparnya ke muka Syifa.
"Eh maaf ya habis licin sih," ucap Sherin yang langsung disusul gelak tawa dari Ningrum dan Shania.
"Cukup Nyonya, selama ini saya sudah sangat menghargai anda, tapi kali ini anda benar-benar kelewatan!" bentak Syifa kepada Ningrum dan kedua putrinya.
"Lalu mau kamu apa," jawab Sherin sambil maju selangkah di depan Syifa.
"plakk," sebuah tamparan keras di berikan Syifa kepada Sherin.
"Dasar kamu Pelacur tidak tahu diri, berani-beraninya kamu menampar Putriku," ucap Ningrum sambil menjambak rambut Syifa.
"Lepaskan Nyonya, saya juga manusia sama seperti kalian dan saya juga seorang ibu sama seperti anda jadi saya juga bisa marah saat ada orang lain yang menyakiti putra saya," ucap Syifa sambil melepaskan tangan Ningrum dari rambutnya.
Setelah berhasil melepaskan tangan Ningrum dari rambutnya Syifa pun langsung bergegas masuk ke dalam rumah sambil menggendong sang putra. Ningrum dan kedua putrinya hanya bisa terdiam melihat apa yang Syifa lakukan. Mereka tampak heran melihat keberanian Syifa melawan mereka bertiga.
"Perempuan itu kenapa bisa berubah menjadi pemberani seperti itu," ucap Ningrum sambil terus melihat Syifa yang sudah jauh berjalan di depannya.
"Plakk," sebuah tamparan di berikan Shania kepada Sherin.
"Kakak!" bentak Sherin yang langsung terkejut dengan tamparan Shania.
"Maaf aku pikir ini hanya mimpi, ternyata ini nyata," ucap Shania dengan heran.
Syifa yang dulu sangat takut bahkan tidak berani melawan Ningrum dan kedua putrinya kini menjadi sangat berbeda. Kini Syifa lebih berani melawan ketidakadilan yang diterimanya dari Ningrum dan kedua putrinya. Hal itu sangat membuat Ningrum penasaran hingga membuatnya mengatur rencana lain untuk menyakiti Syifa dan Akbar.
***
Sore hari saat Rudi pulang dari kantor dia langsung mengemudikan mobilnya ke sebuah toko perlengkapan bayi. Rudi sengaja membeli beberapa baju bayi untuk sang putra dan beberapa keperluan Syifa selama masa nifas. Setelah sampai di rumah Rudi langsung berjalan menuju kamar Syifa.
"Ini ada hadiah kecil buatmu dan Akbar," ucap Rudi sambil memberikan sebuah kantong kepada Syifa.
"Terima kasih Mas, lebih baik kamu cepat pergi dari sini karena aku tidak mau Mama dan kedua adikmu menyiksa Akbar seperti mereka menyiksaku," ucap Syifa sambil mengusap kepala Akbar yang sedang tertidur pulas di box bayi.
"Apa maksudmu," tanya Rudi penasaran.
"Lebih baik kamu tanyakan kepada keluargamu," jawab Syifa.
Rudi yang mendengar ucapan Syifa langsung berjalan keluar kamar menuju ke ruang keluarga. Untuk menemui Ningrum dan kedua putrinya. Ningrum dan kedua putrinya yang sedang asyik menonton televisi tiba-tiba dikejutkan oleh teriakan Rudi yang sangat keras.
"Mama!" teriak Rudi sambil berjalan ke arah ruang keluarga.
"Apa yang sudah Mama lakukan kepada Syifa dan Akbar!" teriak Rudi saat berdiri di hadapan Ningrum.
"Kamu benar-benar tidak tahu sopan santun, apa yang perempuan itu katakan sampai kamu berani berteriak di hadapan Mama kandungmu sendiri!" bentak Ningrum sambil berdiri.
"Syifa tidak mengatakan apapun kepadaku, sekarang Mama jujur apa yang sudah kalian lakukan kepada Akbar," jawab Rudi dengan pandangan penuh emosi.
"Gawat, apa jangan-jangan Rudi sudah memasang cctv di rumah ini," batin Ningrum sambil mengamati seisi ruang keluarga.
"Baik jika Mama tidak mau jujur aku akan bawa kasus ini ke kantor polisi biar kalian bertiga mendekam di tahanan," ucap Rudi sambil menatap wajah ketakutan Ningrum dan kedua putrinya.
"Rudi! Jaga ucapanmu dia itu Mama kandungmu," bentak Andre yang tiba-tiba ada di belakang Rudi.
“Sekarang kalian cepat jujur atau aku akan benar-benar menyeret kalian ke kantor Polisi," ucap Rudi sambil mulai memegang tangan sherin.
"Mama! Tolong Sherin Ma," rengek Sherin kepada sang mama sambil berusaha melepaskan tangan Rudi.
NIngrum yang khawatir dengan ancaman yang diberikan Rudi langsung berusaha melepaskan tangan Rudi dari Sherin. Namun, apa yang dilakukan Ningrum hanyalah sia-sia Rudi justru menarik Sherin menuju ke luar rumah. Hingga akhirnya membuat Ningrum yang ketakutan berteriak hingga membuat seisi rumah itu terkejut termasuk Syifa dan Mbok Inah yang langsung berlari ke arah ruang tamu.
"Baik! Mama akan jujur ke kamu, tapi lepaskan Sherin," teriak sang Mama sambil terlihat khawatir dengan nasib Sherin.
"Mama katakan dulu apa yang sudah Mama lakukan kepada Syifa dan Akbar," jawab Rudi sambil terus memegang tangan Sherin.
"Mama sudah memasukkan anak haram itu ke kandang kucing," ucap Ningrum sambil menutup mata.
"Plakk," sebuah tamparan keras langsung Andre berikan kepada Ningrum yang saat itu berada di sampingnya.
"Kamu benar-benar tidak waras Ma, kamu tahu 'kan Akbar itu masih berusia beberapa hari kalau terjadi apa-apa dengan dia bagaimana!' bentak Andre kepada Ningrum yang sedang menangis.
"Asal Mama tahu Akbar itu sebenarnya …." Rudi langsung menghentikan ucapannya.
"Siapa sebenarnya Akbar," tanya Andre penasaran.
"Akbar bukan anak haram, karena tidak ada anak haram di dunia ini," jawab Rudi sambil berbohong.
"Rudi, kamu hampir saja membocorkan rahasiamu sendiri," batin Rudi sambil menunduk.
"Puas kamu perempuan kotor," ucap Ningrum kepada Syifa yang langsung berjalan ke arah kamar Sherin.
Syifa yang berada di hadapan Ningrum hanya menunduk tanpa berani menatap mata tajam sang majikan. Ningrum dan kedua putrinya langsung berjalan ke arah kamar sherin diikuti oleh kedua putrinya. Sesampainya mereka di kamar Sherin dan Shania berusaha menghibur sang mama yang sedang menangis.
“Sudah Ma,” ucap Shania sambil mengusap pungung sang mama.
“Mama benar-benar tidak terima dengan apa yang dilakukan Mas dan Papa mu hari ini,” ucap Ningrum sambil menangis.
“Ini semua gara-gara Anak haram itu dan perempuan kotor itu,” ucap Sherin sambil memandang tajam ke depan.
“Kita harus cari cara agar Mas Rudi bisa menuruti keinginan kita dan brhenti membela perempuan tolol itu,” ucap Shania sambil menoleh ke arah sang adik.
“Tapi bgaimana caranya Kak?” tanya Sherin penasaran.
Di tempat terpisah Andre dan Rudi mengajak Syifa untuk mengobrol diruang keluarga. Mereka meminta maaf kepada Syifa atas apa yang sudah dilakukan istri dan kedua putrinya. Sebagai permintaan maafnya Andre berjanji akan memberikan biaya pendidikan untuk Akbar sampai dia menjadi sarjana.
“Tidak perlu Tuan, saya sudah tidak mempermasalahkan apa yang sudah terjadi hari ini,” ucap Syifa sambil tersenyum.
“Tidak apa-apa, saya berjanji akan memberikan biaya pendidikan dan kehidupan yang layak buat kalian,” ucap Andre kepada Syifa.
“Terima saja Syifa ini adalah rejeki Akbar, biar kelak dia bisa menjadi laki-laki yang besar dan bertangung jawab,” ucap Rudi sambil tersenyum.
“Terima kasih Tuan, tapi insya Allah saya masih bisa menghidupi Putra saya sendiri. Kalau begitu saya permisi dulu Tuan,” ucap Syifa sambil berdiri dan pergi ke arah paviliun.
Syifa bukannya tidak bersyukur dengan apa yang diberikan Rudi dan sang ayah kepada Akbar. Namun, dia khawatir jika suatu saat mereka akan menjadikan biaya pendidikan itu sebagai alasan untuk dapat merebut Akbar darinya. Keyakinan Syifa akan kehidupan bahagia di masa depannya sudah tergambar jelas di pelupuk matanya.
***
Di dalam kamar Ningrum dan kedua putrinya masih sibuk mencari cara untuk membuat Rudi menuruti kemauannya dan menjauhi Syifa. Saat mereka berpikir tiba-tiba Ningrum berteriak hingga membuat kedua putrinya terkejut. Ningrum langsung membisikkan cara yang dia dapatkan kepada Sherin dan Shania.
“Kamu lihat saja bagaimana aku akan memisahkanmu dari Rudi dan membuatmu semakin menderita di rumah ini,” ucap Ningrum sinis sambil membayangkan wajah Syifa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments