“Jangan berfikir yang tidak-tidak, aku melakukan ini karena aku pikir kamu ‘kan belum memiliki persiapan buat anak ini,” jawab Rudi sambil menoleh ke arah Syifa.
Rudi membelikan beberapa pakaian bayi untuk anak yang ada di kandungan Syifa. Setelah beberapa jam mereka berbelanja Rudi dan Syifa memutuskan untuk segera pulang. Ningrum yang saat itu melihat kepulangan Rudi dan Syifa terkejut dengan apa yang dibawa merek.
"Ehm … enak ya, terasa seperti tuan putri disini," ucap Ningrum dengan ketus.
"Tadi Mas Rudi mengajak saya belanja sebentar Nya," jawab Syifa sambil menunduk ketakutan.
"Syifa kamu masuk ke paviliun dan bawa semua belanjaan ini, aku mau istirahat di kamar," perintah Rudi sambil menyerahkan beberapa kantong belanjaan kepada Syifa.
Ningrum yang merasa bahwa Syifa telah memanfaatkan Rudi demi kepentingan pribadinya langsung mendatangi Syifa di paviliun. Syifa yang saat itu sedang sibuk melihat barang-barang belanjaan tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Ningrum ke kamarnya. Ningrum yang saat itu sedang dalam kondisi marah langsung mengambil seluruh peralatan bayi yang diberikan Rudi kepada Syifa.
"Eh Perempuan kotor, jangan kamu pikir aku tidak tahu niat busukmu terhadap Putraku!" bentak Ningrum sambil merampas seluruh barang yang dibelikan Rudi kepada Syifa.
"Tidak Nyonya, saya benar-benar tidak ada niat buat memanfaatkan Mas Rudi," jawab Syifa sambil ketakutan.
"Kamu pikir aku tolol, kamu lihat apa yang akan aku lakukan dengan barang-barang ini," ucap Ningrum sambil keluar dari kamar Syifa.
"Jangan Nyonya, saya mohon kembalikan barang-barang itu Nya," teriak Syifa sambil mengikuti Ningrum yang berjalan keluar dari kamar Syifa.
Ningrum yang sudah kehilangan akal melempar seluruh barang-barang Syifa ke sebuah taman di depan kamar Syifa .dan bergegas menuju ke dapur. Syifa yang saat itu melihat barang-barangnya yang tergeletak di taman depan kamarnya. Namun, Ningrum yang tiba-tiba datang langsung mendorong tubuh Syifa hingga Syifa jatuh ke tanah.
"Kamu pikir aku ikhlas uang Putraku digunakan untuk membeli kebutuhan anak haram mu itu!" bentak ningrum sambil mendorong tubuh Syifa.
"Saya mohon Nyonya, jangan rusak semua barang-barang itu," ucap Syifa sambil menangis.
"Kamu pikir aku peduli dengan tangisan dan teriakan mu!" bentak Ningrum kepada Syifa.
Teriakan Syifa da Ningrum ternyata didengar oleh Rudi dan keluarganya yang lain. Mbok Inah yang sudah melihat apa yang telah dilakukan Ningrum hanya bisa menangis dari kejauhan. Tidak berapa lama Rudi dan yang lain pun datang ke paviliun untuk melihat apa yang telah terjadi.
"Mama!" bentak Rudi saat melihat Ningrum menjambak rambut Syifa.
"Ampun Nyonya, ampuni saya," ucap Syifa sambil menangis.
"Lepaskan Ma, apa kamu sudah gila!" bentak Andre kepada sang istri.
"Iya, Mama memang sudah gila, gila karena Anakmu ini telah menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang untuk keperluan anak haram Perempuan ini," jawab Ningrum sambil berteriak di hadapan Andre.
"Tapi tidak begini caranya Ma!' bentak andre kepada Ningrum.
"Apa urusan Mama, aku membeli semua barang-barang itu dengan uangku, bukan dengan uang Mama," jawab Rudi sambil terus berusaha melepaskan tangan Ningrum dari rambut Syifa.
"Uangmu, apa kamu lupa kalau kamu itu masih kerja di perusahaan Papa, jadi uang itu masih uang Mama," jawab Ningrum sambil menatap Rudi dengan tatapan tajam.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang," batin Laras sambil menangis.
"Kalian lihat apa yang akan aku lakukan dengan barang-barang ini," ucap Ningrum sambil melepaskan tangannya dari kepala Syifa.
"Mama ….!" teriak Rudi saat melihat apa yang dilakukan Ningrum kepada barang-barang Syifa.
“Jangan Nyonya saya mohon jangan bakar barang-barang itu!" teriak Syifa saat melihat Ningrum mulai membakar perlengkapan bayinya.
Sherin dan Shania yang kebetulan juga ada di taman belakang bersama keluarga yang lain terlihat tersenyum bahagia. Andre yang sudah marah melihat tingkah sang istri langsung menyeret Ningrum ke dalam kamar. Sedangkan Rudi dan Mbok Inah berusaha untuk memadamkan api yang sudah membakar hampir sebagian perlengkapan bayi Syifa.
"Maaf ya kami tidak bisa menyelamatkan barang-barang itu dari kobaran api," ucap Rudi kepada Syifa yang masih menangis di depan pintu kamarnya.
"Apa salahku terhadap keluargamu Mas, kenapa mereka begitu membenci ku dan anak ini!" teriak Syifa kepada Rudi.
"Ini bukan salahmu, tapi semua ini salahku tidak seharusnya aku membawamu kesini, maafkan aku Syifa," jawab Rudi yang terlihat begitu menyesali apa yang sudah terjadi.
Mbok Inah yang ada di samping Syifa mulai membantu Syifa untuk berdiri dan berjalan menuju tempat tidurnya. Rudi masih terus berusaha untuk membujuk Syifa yang masih terus menangis karena apa yang sudah Ningrum lakukan kepadanya. Rudi yang saat itu masih berada di samping Syifa segera meminta Mbok Inah untuk membuat secangkir susu hangat untuk Syifa.
"Mbok, bisa minta tolong buatkan susu hangat buat Syifa,," ucap Rudi kepada Mbok Inah.
"Baik Mas," jawa Mbok Inah sambil langsung meninggalkan kamar Syifa.
"Aku minta maaf ya atas apa yang sudah Mama lakukan kepadamu, aku janji akan membelikan peralatan bayi yang baru buat putra kita," ucap Rudi sambil memegang tangan Syifa.
"Tidak perlu Mas, aku bisa menghidupi anakku sendiri walaupun aku harus menjadi pembantu di rumah keluargamu, lebih baik kamu keluar dan tinggalkan aku sendiri," ucap Syifa sambil mengusir Rudi dari kamarnya.
"Tapi, ada yang mau aku bicarakan kepadamu," jawab Rudi seakan tidak mau meninggalkan Syifa.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, lagi pula tidak pantas seorang majikan berada di kamar pembantu," jawab Syifa sambil menatap Rudi dengan tajam.
Rudi yang tidak punya pilihan lain pun langsung berdiri dan meninggalkan Syifa yang masih menangis di kamarnya. Sebelum masuk ke dalam kamar Rudi meminta Mbok Inah agar selalu menjaga dan menemani Syifa dan anak yang ada di dalam kandungannya. Syifa yang sudah lebih tenang mulai mengusap perut buncitnya.
"Kamu yang sabar Nak, Mama janji akan selalu menjaga kamu dan berusaha untuk masa depanmu," ucap Syifa sambil mengusap perutnya.
***
Di tempat terpisah Rudi yang sedang melintas di depan kamar orang tuanya mendengar sebuah keributan antara Ningrum dan Andre. Andre menganggap apa yang Ningrum lakukan terhadap Syifa sudah benar-benar kelewatan. Sebenarnya Rudi ingin masuk ke kamar orang tuanya. Namun, lelah yang dia rasakan membuatnya mengurungkan niatnya.
"Apa maksudmu memperlakukan Syifa seperti itu, " tanya Andre kepada Ningrum.
"Aku tidak ikhlas jika Rudi menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang buat anak haram Syifa, apalagi jika Rudi sampai menikahi Perempuan kotor itu," jawab Ningrum sambil duduk di tempat tidurnya.
"Ma! Apa kamu tahu bahwa tindakanmu tadi sangat membahayakan nyawa Syifa dan bayinya," bentak Rudi kepada sang istri.
"Aku tidak peduli, yang penting dia tidak lagi mengganggu dan menggoda putraku," jawab Ningrum dengan tatapan penuh kebencian.
"Tidak ada yang menggoda Rudi, kamu saja yang terlalu berlebihan, lagi pula menurut Papa Syifa gadis yang baik jadi tidak ada salahnya jika dia bisa menjadi menantu kita, " jawab Rudi sambil duduk di samping sang istri.
"Mau diletakkan di mana muka kita kalau Rudi dan Syifa menikah, tidak Rudi tidak boleh menikah dengan Syifa, karena Mama tidak mau menjadi nenek dari anak haram yang ada di dalam kandungan Syifa," jawab Ningrum sambil berdiri dari tempat tidurnya.
"Papa harap ini terakhir kalinya Mama menyiksa Syifa, jika sampai Mama mengulangi lagi Papa tidak akan segan-segan melaporkan Mama dengan kasus penganiayaan," ucap Andre seakan mengancam sang istri.
***
Keesokan harinya saat Rudi sudah berada di kantor dia dikejutkan dengan suara ponsel yang ada di dalam saku celananya. Rudi yang saat itu sedang mengadakan rapat dengan beberapa klien penting langsung mematikan panggilan ponselnya. Beberapa saat kemudian Rudi yang sudah berada di ruangannya langsung menghubungi nomor yang baru saja menghubunginya.
"Halo, maaf dengan siapa saya berbicara," tanya Rudi kepada sang pemilik nomor telepon.
"Hallo Rudi, jangan bilang kalau kamu sudah melupakan aku," terdengar suara perempuan dari seberang ponsel.
"Maaf aku benar-benar tidak tahu siapa kamu, karena nomor yang kamu gunakan tidak ada di daftar ponselku," jawab Rudi penasaran.
"Ini aku Anita, kamu belum lupa kan dengan nama ku," jawab perempuan yang mengaku bernama Anita.
"Anita," jawab Rudi sedikit terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments