"Syifa sedang sakit Nyonya," jawab Mbok Inah sambil menuang minuman ke dalam gelas.
"Itulah susahnya mempekerjakan seorang pembantu dalam kondisi hamil," gerutu Ningrum sambil melirik Rudi.
"Ah, itu pasti alasan dia saja untuk lepas dari tanggung jawabnya,” timpal Shania sambil mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya.
Rudi dan Andre Baskoro hanya terdiam mendengar celotehan Ningrum dan Shania, mereka begitu sangat memakluminya. Shania adalah seorang mahasiswa disebuah universitas negeri di Surabaya. Di usianya yang ke 26 tahun Shania terlihat sangat cantik jadi tidak heran jika banyak laki-laki yang menaruh hati kepadanya. Saat mereka sedang menikmati hidangan yang ada di depan mereka, tiba-tiba anak kedua Ningrum dan Andre Baskoro yang bernama Sherin datang dari luar negeri.
Sherin adalah seorang gadis berusia 28 tahun, karena kecantikan wajahnya dan ketelatenan Sherin dalam merawat tubuhnya tidak heran jika di usia yang begitu muda dia berhasil menjadi model dengan prestasi yang sangat bagus. Wajah Sherin dan Shania sangat mirip dengan wajah sang mama, mereka tidak hanya memiliki kemiripan dalam wajah dan hobi. Namun, sifat, watak, dan cara berbicara pun sama, hingga tidak jarang hal itu membuat Rudi dan Andre sangat memaklumi kecerewetan mereka bertiga.
"Selamat Pagi," ucap Sherin sambil masuk ke dalam rumah.
"Pagi," jawab Ningrum sambil berjalan ke arah ruang tamu setelah mendengar suara sang putri.
"Mama!" teriak Sherin sambil berlari ke arah sang mama.
"Cantiknya Mama, ayo kita makan bersama sekalian," ajak Ningrum kepada Sherin.
Pagi itu keluarga Rudi berkumpul di meja makan sambil menikmati masakan yang dihidangkan. Rudi yang telah selesai makan langsung menuju ke kamar Syifa untuk melihat kondisinya. Karena cemas dengan kondisi Syifa, Rudi pun segera membawanya ke rumah sakit.
“Eh … mau kemana kalian!" teriak Ningrum saat melihat Rudi dan Syifa berjalan menuju ruang tamu.
"Syifa demam Ma, Rudi mau antar ke rumah sakit," jawab Rudi sambil terus memapah Syifa yang lemas.
"Siapa yang memberimu izin untuk membawanya ke rumah sakit!" bentak Ningrum kepada Rudi sambil berjalan ke arahnya.
"Ma, Syifa sedang sakit kalau terjadi apa-apa dengannya kita yang akan disalahkan," jelas Rudi kepada sang mama.
"Mama tidak peduli, eh perempuan kampung cepat selesaikan pekerjaanmu!" bentak Ningrum kepada Syifa sambil menarik tangan Syifa.
Melihat sikap sang istri yang sudah kelewatan kepada Syifa, andre pun mulai menghampirinya. Andre yang masih berusaha sabar mulai memperingatkan sang istri atas sikap yang dia lakukan. Namun, bukannya berhenti Ningrum semakin menjadi-jadi.
“Ma! Lepaskan tanganmu, apa yang kamu lakukan ini berbahaya buat Syifa dan bayinya!” bentak Andre sambil menarik tangan Ningrum dari tubuh Syifa.
“Papa pikir Mama peduli!” teriak Ningrum sambil mencengkram tangan Syifa.
“Lepaskan Ma, cepat lepaskan kasihan Syifa Ma!” teriak sang suami sambil menarik paksa tangan sang istri.
“Ikut Papa ke kamar sekarang,” ajak Andre sambil menarik tangan sang istri.
Syifa yang sudah dalam kondisi lemah hanya bisa diam dan menangis sambil menahan sakit di pergelangan tangannya. Rudi yang khawatir dengan kondisi Syifa langsung mengangkat dan membawanya ke rumah sakit. Setelah melalui beberapa tahapan pemeriksaan, Dokter pun akhirnya mengizinkan Syifa pulang.
“Jangan berpikir macam-macam tentang perhatianku ini,” jelas Rudi sambil menggandeng tangan Syifa.
"Terima kasih Mas," jawab Syifa sambil tersenyum ke arah Rudi.
Setelah mengantar Syifa ke kamarnya, Rudi pun langsung bergegas menuju ke perusahaan sang ayah untuk menyerahkan beberapa laporan yang dia dapatkan selama mengawasi proyek pembangunan perumahan di desa Ronggo Lawuh. Syifa yang saat itu sedang menahan sakit di seluruh badannya berusaha untuk memejamkan mata. Belum juga dia tertidur Syifa dikejutkan dengan suara pintu yang dibuka dengan keras.
"Eh babu! Cepat bangun, kamu pikir ini rumah nenek moyangmu jadi kamu bisa seenaknya!" bentak sebuah suara yang ternyata Ningrum dan kedua putrinya.
"Tapi Nyonya, hari ini saya sedang sakit, izinkan saya untuk istirahat sebentar saja," ucap Syifa memelas.
"Gara-gara kamu! Hari ini aku bertengkar dengan suami ku, sekarang kamu rasakan pembalasan dari ku!" bentak Ningrum sambil menyeret tangan Syifa keluar kamar.
NIngrum yang dibantu kedua putrinya mulai menyeret Syifa menuju ke kamar mandi yang berada di pojok kamar. Ningrum yang sudah diliputi kebencian terhadap Syifa mulai menyiramkan air ke Syifa dengan kasar. Tangisan dan teriakan Syifa pun tak di pedulikannya.
"Ampun Nyonya! Aku janji tidak akan melakukan kesalahan lagi Nyonya!" teriak Syifa sambil menangis.
"Makanya jadi babu jangan banyak tingkah," teriak Shania sambil tertawa.
"Kamu pasti mau cari perhatian 'kan pada Papa dan Mas Rudi?" tanya Sherin sambil menjambak rambut Syifa.
“Tidak Nyonya, demi Allah saya tidak ada niat untuk mencari perhatian dari Tuan dan Mas Rudi!" teriak Syifa sambil berusaha melepaskan tangan Ningrum dari rambutnya.
"Jangan mimpi buat jadi menantuku, kamu jadi pembantuku saja aku tidak sudi," ucap Ningrum sambil melemparkan gayung ke muka Syifa.
Setelah puas menyiksa Syifa di kamar mandi Ningrum dan kedua putrinya meninggalkan Syifa yang sudah basah kuyup. Mbok Inah yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Syifa yang sedang menangis. Pelan-pelan Mbok Inah mulai memapah Syifa keluar kamar mandi, dan memberikannya sebuah handuk.
"Kenapa kamu tidak pulang saja ke rumah orang tuamu Nak," tanya Mbok Inah sambil mengusap tubuh Syifa dengan handuk.
"Tidak bisa Mbok," jawab Syifa sambil terus menangis.
"Kenapa, orang tuamu masih hidup 'kan?" tanya Mbok Inah memastikan.
"Karena … Mbok janji ya, jangan beritahu siapapun tentang apapun yang akan aku ceritakan," ucap Syifa kepada Mbok Inah.
"Kamu tenang saja, anggap saja Mbok ini ibumu, Mbok janji tidak akan bilang kepada siapapun," janji Mbok Inah sambil memberikan baju ganti kepada Syifa.
Setelah menerima pakaian kering dari Mbok Inah, Syifa pun mulai mengganti bajunya. Sambil menunggu Syifa mengganti bajunya Mbok Inah pun berjalan ke dapur untuk membuat segelas teh hangat untuk Syifa. Mbok Ijah yang memiliki sifat lembut berusaha membantu Syifa duduk di tempat tidur.
"Minum dulu Nak, biar badanmu hangat," ucap Mbok Inah sambil memberikan segelas teh hangat kepada Syifa.
"Terima kasih Mbok," jawab Syifa sambil menerima segelas teh dan kemudian meminumnya.
"Apa yang mau kamu ceritakan sama Mbok, ceritakan saja Mbok janji akan menjaga rahasiamu," tanya Mbok Ijah sambil memijat tangan Syifa dengan perlahan.
Syifa mulai meletakkan gelas yang dia pegang di atas meja. Sambil menahan air mata Syifa mulai bercerita tentang status pernikahannya dengan Rudi. Cerita yang disampaikan Syifa sontak membuat Mbok Inah menangis.
"Sebenarnya aku adalah istri dari Mas Rudi!
Mbok," ucap Syifa sambil menahan air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Enung Samsiah
sifa bodoh,,, pergi yg jauh sayangi nyawa mu dan bayimu
2024-02-27
0