Bab 8

"Mama kenapa diam saja saat di bentak Mas Rudi di hadapan perempuan kotor itu," tanya Shania kepada sang mama yang duduk di tempat tidurnya.

"Apa yang bisa Mama lakukan, kamu tahu sendiri bagaimana sifat Papa dan Mas mu itu," jawab Ningrum sambil menoleh ke arah Shania.

"Dasar perempuan kampung, bisa-bisanya dia cari perhatian kepada Mas Rudi dan Papa!" ucap Sherin yang terlihat kesal.

"Lalu apa yang akan kita lakukan kepada perempuan kampung itu Ma," tanya Shania kepada sang mama. 

"Sherin punya ide bagaimana cara balas dendam kepada perempuan kotor itu," ucap Sherin sambil menoleh ke arah sang mama.

"Apa itu?" tanya sang mama penasaran. 

Sambil tersenyum Sherin mulai membisikkan cara untuk membalas Syifa ke telinga sang mama. Ningrum langsung tersenyum setelah mendengar apa yang diucapkan Sherin kepadanya. Shania yang ada di samping sang mama hanya dapat melihat senyum bahagia di wajah Ningrum dan Sherin.   

"Kamu lihat saja apa yang akan kami lakukan kepadamu perempuan kotor," ucap Ningrum sambil tersenyum. 

Disaat semua orang sudah tertidur dengan lelap Rudi pun langsung berjalan ke arah paviliun untuk melihat kondisi Syifa. Sebenarnya ada rasa kasihan dan khawatir akan keadaan Syifa. Namun, dia tidak mampu melakukan apapun karena dia tahu jika orang tuanya mengetahui masalah kehamilan Syifa mereka pasti akan mengusir Rudi dari rumah, dan itu juga bisa berimbas kepada karir yang saat ini sedang dia kejar.

"Syifa, cepat buka pintunya," ucap Rudi sambil berbisik di luar pintu.

"Mas Rudi," jawab Syifa sambil membuka pintu.

"Bagaimana keadaanmu dan anak kita, apa lukamu masih sakit?” tanya Rudi sambil terlihat khawatir.

"Alhamdulillah sudah jauh lebih baik Mas," jawab Syifa sambil tersenyum kepada  Rudi.

"Kalau begitu sekarang kamu istirahat ya, aku temani kamu malam ini," ucap  Rudi sambil menggandeng tangan Syifa.

Malam itu adalah malam yang sangat berkesan buat Rudi, karena malam ini pertama kalinya Rudi dapat merasakan gerakan sang buah hati yang masih ada di dalam kandungan Syifa. Syifa yang saat itu membelakangi Rudi terlihat sangat nyaman dan bahagia, saat tangan Rudi memeluk tubuhnya. Belaian lembut yang dia rasakan di perutnya membuatnya sangat merasa nyaman, hingga tanpa terasa Syifa mulai meneteskan air mata.     

"Maafkan Papa ya Nak, karena keegoisan Papa kamu harus menanggung beban yang cukup berat, Papa selalu berharap semoga kamu dan Mama selalu sehat," batin Rudi sambil membelai lembut perut Syifa.

"Sampai kapan kami harus terus menjalani peran sebagai pembantu dan majikan di depan banyak orang, sedangkan aku merasa bahwa Mas Rudi sangat menyayangiku," batin Syifa sambil meneteskan air matanya.

Malam yang sunyi menjadi saksi turunnya air mata dua insan yang saling mencintai itu. Namun, karena kondisi membuat mereka menyembunyikan perasaan dan pernikahan mereka dari banyak orang. Malam itu Rudi seakan tidak ingin melepaskan pelukannya terhadap sang istri, dia ingin lebih lama merasakan setiap gerakan yang dirasakan pada perut Syifa hingga tanpa sadar mereka pun tertidur.

***

Pagi itu Rudi dan keluarganya sudah berkumpul di meja makan, Syifa dan Mbok Inah terlihat sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga Rudi. Ningrum dan kedua putrinya tersenyum dengan senyuman penuh kejahatan ke arah Syifa. Saat Syifa sedang menuang minuman ke dalam gelas tiba-tiba Ningrum memegang tangan Syifa seolah memintanya untuk berhenti. 

"Apa lukamu masih sakit Nak," tanya Ningrum sambil menghentikan tangan Syifa yang sedang menuang minuman.

"Sudah jauh lebih baik Nyonya," jawab syifa dengan sedikit takut.

“Saya dan kedua putri saya minta maaf atas apa yang kami lakukan kepadamu," ucap Ningrum sambil terlihat menyesal.

“Tidak apa-apa Nyonya justru saya yang harusnya minta maaf karena sudah merepotkan Nyonya dan keluarga," jawab Syifa sambil tersenyum.

"Bagaimana jika kita ajak Syifa ke mall untuk belanja, ya anggap saja sebagai tanda permintaan maaf kami kepadamu," ucap Sherin sambil menoleh ke arah Syifa dan tersenyum.

"Tidak! Syifa tidak boleh ikut ke mall bersama kalian!" jawab Rudi dengan tiba-tiba saat mendengar ucapan Sherin.

"Kenapa, kan kami ingin mencoba lebih dekat dengan Syifa, lagipula Syifa pasti bosan dirumah terus, iya kan Syifa," jawab Shania sambil menoleh ke arah syifa.

"Ya Allah semoga Mas Rudi tidak memberikan izin, karena sejujurnya aku takut jika harus pergi dengan mereka," batin Syifa sambil mulai menuang minuman ke dalam gelas.

 “Memangnya kenapa kalau Syifa ikut kami shopping, bukankah itu jauh lebih baik jadi Mama dan adikmu bisa lebih akrab dengan Syifa," ucap sang mama sambil mulai mengoleskan roti dengan selai.

"Benar juga apa yang Mama bilang, biarkan saja mereka pergi, kasihan Syifa kalau harus diam di rumah," jawab Andre sambil mulai menggigit sebuah roti.

"Baiklah, tapi jika terjadi sesuatu kepada Syifa aku akan buat perhitungan kepada kalian," ancam Rudi kepada Mama dan kedua adiknya.

Sebenarnya berat buat Rudi untuk melepas Syifa pergi dengan Mama dan kedua adik perempuannya. Namun, apa yang dikatakan sang mama ada benarnya, siapa tahu dengan cara ini Syifa bisa menjadi lebih akrab dengan keluarganya. Karena alasan itulah yang akhirnya membuat Rudi mengizinkan Syifa untuk ikut bersama sang mama dan kedua adiknya. Rudi yang telah selesai makan langsung menuju ke paviliun untuk menemui Syifa.

"Aku pergi ke kantor dulu, kamu hati-hati di jalan ya," pesan Rudi kepada syifa sebelum dia berangkat ke kantor.

"Iya Mas, kamu hati-hati di jalan," jawab Syifa sambil mencium tangan Rudi.

  

***

Saat Syifa, Ningrum dan kedua putrinya tiba di sebuah pusat perbelanjaan mereka langsung meninggalkan Syifa yang sedang berjalan di belakangnya. Pergi ke sebuah pusat perbelanjaan mewah adalah pengalaman pertama bagi seorang Syifa yang berasal dari desa terpencil. Toko demi toko mereka masuki, Syifa yang berjalan dibelakang harus menahan lelah dan berat saat membawa barang belanjaan Ningrum dan kedua putrinya.

"Eh Babu, bawa semua belanjaan ini!" perintah Ningrum sambil sedikit membentak Syifa. 

Setelah hampir 5 jam mereka memutari seluruh pusat perbelanjaan kini mereka memutuskan untuk istirahat di sebuah foodcourt yang ada di lantai atas pusat perbelanjaan itu. Ningrum dan kedua putrinya tertawa terbahak-bahak saat melihat syifa berjalan dengan sempoyongan sambil membawa beberapa kantong belanjaan mereka. Syifa yang saat itu akan duduk di samping Sherin langsung didorong oleh Sherin hingga membuat syifa hampir jatuh. 

"Eh, siapa yang menyuruhmu duduk di sini!" bentak Sherin sambil mendorong tubuh Syifa.

"Babu duduknya di sebelah sana saja, lagipula kamu bau, nanti kita jadi tidak selerah makan," timpal Shania kepada Syifa sambil menunjuk sebuah kursi kosong.

"Ya Allah, sebenarnya apa salahku, sehingga mereka semua membenciku," batin Syifa sambil berjalan ke arah sebuah kursi.

NIngrum yang melihat sikap kedua putrinya terhadap syifa hanya tertawa geli. Tidak berapa lama Ningrum memanggil seorang pelayan yang kebetulan tidak jauh dari tempat duduknya. Ningrum pun langsung memesan beberapa makanan untuk dia dan kedua putrinya. 

"Kira-kira makanan apa yang cocok untuk Babu kampungan itu," tanya Ningrum kepada kedua putrinya sambil melihat daftar menu.

"Sini Ma, biar Sherin saja yang memilih makanan buat Perempuan kotor itu," jawab Sherin sambil menarik daftar menu dari tangan sang mama. 

"Mbak, saya pesan ini ya, nanti antarkan ke perempuan hamil yang ada di sebelah sana," ucap Sherin kepada seorang pelayan sambil menunjuk ke arah Syifa yang sedang mengagumi kemegahan sebuah pusat perbelanjaan.

"Kamu serius mau pesan itu buat Syifa," tanya Ningrum kaget saat melihat menu yang dipesan oleh Sherin.  

“Sudahlah Ma, ini juga sudah cukup buat Syifa dan anak haramnya itu,” jawab Sherin sambil tersenyum dan menyerahkan daftar menu kepada sang pelayan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!