"Waalaikumsalam," jawab sang ibu sambil berjalan ke arah ruang tamu.
Syifa yang saat itu sudah merasa panas dengan jaket tebal yang dia pakai langsung bergegas masuk ke dalam kamar untuk segera melepas jaketnya. Setelah melepas jaketnya dia pun mulai membelai perut buncitnya. Saat Syifa sedang sibuk berbincang-bincang dengan anak di dalam kandungannya tiba-tiba dia dikejutkan dengan teriakan sang ibu dan suara seperti gelas jatuh.
“Sabar ya Nak, Ibu yakin sebentar lagi Ayahmu akan mengakuimu sebagai darah dagingnya,” ucap Syifa dengan sedikit berbisik dan mengusap perutnya yang telah membuncit.
“Pak … Bapak, cepat kesini Pak!" teriak sang ibu yang langsung membuat Syifa menoleh ke arah suara.
"Ibu!" ucap Syifa kaget.
"Ya Allah, apa yang sudah terjadi kepadamu?" tanya sang ibu.
"Ada apa sih rame-rame, di dengar tetangga nggak enak kalau teriak-teriak?" tanya sang bapak yang tiba-tiba masuk ke kamar Syifa sambil terlihat khawatir.
"Itu Pak … lihat perutnya Syifa," jawab sang ibu sambil menangis dan menunjuk ke arah perut Syifa yang membuncit.
Dengan perlahan Pak Ruli mulai melihat ke arah perut Syifa dengan rasa penasaran. Ruli yang saat itu terkejut melihat kondisi Syifa langsung berjalan ke arah sang istri yang sedang menangis sambil duduk diatas tempat tidur. Dengan perlahan Ruli dan Sari meminta Syifa untuk duduk di samping mereka.
"Siapa Ayah dari anak itu?" tanya sang bapak kepada Syifa.
"Cepat Nak, katakan siapa yang sudah menghamilimu," paksa sang ibu.
Syifa yang saat itu takut hanya bisa menangis dan menunduk tanpa berani melihat wajah orang tuanya. Berkali-kali Ruli dan Sari bertanya kepada Syifa, tetapi Syifa tetap tidak mau menjawab pertanyaan orang tuanya. Hingga sang bapak merasa kesal dan mulai membentaknya.
"Syifa, cepat katakan siapa Ayah dari anak yang kamu kandung!" bentak sang bapak hingga membuat Syifa ketakutan.
"Ayah anak ini adalah Mas Rudi pak," jawab Syifa sambil menangis.
"Rudi, kontraktor yang sedang membangun perumahan di desa kita itu Nak," tanya sang ibu memastikan.
Syifa hanya mengangguk kecil mendengar pertanyaan sang ibu, sedangkan Ruli yang sudah dipenuhi dengan amarah langsung keluar kamar dan menuju ke rumah Pak Kades. Dengan maksud untuk meminta bantuan kepada beliau agar Rudi mau bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Syifa. Setelah menjelaskan maksud kedatangannya Ruli dan Pak Kades langsung menemui Rudi dan teman-temannya yang saat itu tinggal disalah satu rumah milik Pak Kades.
“Maafkan Syifa, Bu," ucap Syifa sambil menangis.
***
"Assalamualaikum," ucap Pak Kades dan Ruli secara bersamaan.
"Waalaikumsalam, ada apa ya pak?" tanya salah satu teman Rudi yang bernama Anjas.
"Mana bajingan yang bernama Rudi!" bentak Ruli sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Maaf Pak sebenarnya ada apa ini, kenapa Bapak-Bapak mencari kawan saya?" Anjas bertanya dengan kebingungan.
"Cepat katakan di mana Rudi, dia telah menghamili Putriku jadi dia harus bertanggung jawab," jawab Ruli sambil menatap Anjas tajam.
Anjas yang mendengar ucapan Ruli langsung berlari ke arah salah satu kamar. Setelah hampir 10 menit Anjas pun keluar dengan Rudi dan 1 orang temannya yang lain. Melihat Rudi berjalan menghampirinya pak Ruli langsung mendekatinya dan memukul wajah Rudi.
"Bajingan kamu, apa yang sudah kamu lakukan kepada Syifa hingga dia hamil!" bentak Ruli sambil memukul wajah Rudi berkali-kali.
"Bapak jangan asal nuduh ya, siapa tahu anak itu anak laki-laki lain, dan sampai kapanpun saya tidak akan bertanggung jawab," jawab Rudi sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Ruli.
“Jaga mulutmu bajingan, kamu pikir Putriku perempuan gampangan sampai kamu bisa menghinanya seperti itu,” ucap Ruli sambil menarik kerah baju Rudi.
"Apa ada buktinya jika saya yang telah menghamili putri Bapak," jawab Rudi sambil melepaskan tangan Ruli dari bajunya.
Ruli yang tidak terima dengan penghinaan Rudi langsung menghajar Rudi di depan Pak Kades. Perkelahian antara Rudi dan Ruli pun tidak dapat dihindarkan lagi. Reno dan Anjas yang kebetulan ada di ruang tamu berusaha melerai Rudi dan Pak Ruli.
Melihat situasi yang begitu mencekam Pak Kades pun mulai memisahkan mereka dan mulai mencari jalan keluar untuk masalah ini dengan cara musyawarah yang baik. Awalnya Pak Kades meminta Pak Ruli menjelaskan kronologi kejadian yang menimpa Syifa. Setelah Pak Ruli selesai menjelaskan tentang apa yang menimpa Syifa, kini giliran Rudi yang tetap mengelak jika anak itu bukan karena perbuatannya.
Karena dirasa belum ada titik temu dalam masalah ini, Pak Kades meminta salah satu teman Rudi untuk menemui Syifa dan ibunya, agar mereka segera datang ke rumah. Beberapa saat kemudian Syifa pun datang bersama sang ibu, dengan perlahan dan sambil menangis Syifa mulai menceritakan kronologi tentang hubungan terlarangnya dengan Rudi. Mendengar penjelasan Syifa, Pak Kades pun meminta Rudi untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Anak ini memang anak Mas Rudi, saat itu kami melakukan hubungan terlarang itu di gubuk tua yang ada di tengah sawah," jelas Syifa kepada Kepala Desa sambil menangis.
"Aku tahu kalian ingin bersekongkol untuk memeras ku 'kan, karena kalian tahu aku ini orang kaya, jadi kalian menggunakan kehamilan putri kalian ini," jawab Rudi sambil berdiri.
"Apa maksudmu Mas, sampai kapan kamu tidak mengakui anak yang ada dalam kandunganmu ini sebagai darah dagingmu!" bentak Syifa sambil menatap ke arah Rudi.
"Kamu yakin itu anakku, bisa saja 'kan jika itu anak laki-laki lain dan sekarang kamu akui sebagai anakku," ucap Rudi dengan suara lantang.
"Hai bajingan … jaga ucapanmu, Semua warga desa tahu jika Syifa ini gadis baik-baik, jadi kamu jangan sembarangan bicara ya!" bentak Bu Sari sambil menampar Rudi.
"Gadis baik-baik jika di depan kalian, siapa tahu di belakang kalian dia berzinah dengan laki-laki lain dan sekarang aku yang harus menanggung getahnya," jawab Rudi sambil berdiri dan melihat ke arah Syifa yang sedang menangis.
"Kamu boleh tidak bertanggung jawab, tapi tolong jangan pernah kamu memfitnah ku seperti itu," ucap Syifa sambil menampar wajah Rudi.
secara hukum Rudi pun bersedia menikahi Syifa dan membawanya ke kota untuk tinggal bersama keluarga Rudi. Terlihat raut wajah bahagia dari syifa saat mendengar Rudi bersedia bertanggung jawab atas anak yang dia kandung.Tetapi pernikahan yang akan dilaksanakan itu hanya dapat dilakukan secara agama dan tidak secara negara.
"Baik saya akan menikahi Syifa, tapi hanya pernikahan yang sah dimata agama bukan negara," ucap Rudi kepada semua orang yang ada di situ.
"Kenapa harus menikah secara siri, tidak sah secara negara saja?" tanya Pak kades saat mendengar ucapan Rudi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments