Bab 17.Pria Misterius

...~Love Me My Lord Duke~...

...~oOo0oOo~...

Mataku tertuju kepada seseorang berjubah hitam di tengah-tengah keramaian. Seorang pria bertopeng yang berdiri dengan menyilangkan kedua lengannya ke depan dada sembari menatap ke arahku.

Aku terus menatap ke arah orang misterius tersebut dengan intens dan cukup lama. Garis dagu serta rahangnya mengingatkan ku kepada seseorang. Benar, anehnya yang terbesit di dalam pikiran ku adalah Carxen.

'Mana mungkin pria itu adalah dia.'

Para penonton masih memberikan ku tepuk tangan yang meriah. Aku melenggang pergi dan segera turun dari atas panggung lewat tangga belakang.

Seorang pria tampan datang menghampiri ku. Rambutnya yang berwarna kuning keemasan berdesir terkena angin malam, sorot matanya yang bak permata amethys fokus menatap kedua mataku.

"Kalau boleh saya tahu, siapa nama Nona?" suaranya terdengar merdu, dia bertanya dengan nada suara lembut.

"Saya Viola. Kalau boleh saya tahu, Tuan ini siapa?" aku menatapnya dengan penasaran.

Dia menunduk sedikit, "Perkenalkan saya Kyle, penanggung jawab teater ini," lalu dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan senyuman lembut.

Aku menggaruk tengkuk ku karena merasa canggung , "Ah, jadi Anda penanggung jawab disini..." pungkas ku, berusaha mencairkan suasana.

Aku bertanya-tanya mengapa dia mengajakku berbicara.

"Benar. Saya sangat terpukau melihat penampilan Nona Viola barusan," ungkap Kyle yang tampak antusias.

"Terima kasih Tuan Kyle, saya menghargainya," sahutku, lalu aku segera mengalihkan pandangan ku ke arah lain, berusaha membuat batasan.

"Ambillah ini, Nona." Kyle menarik tanganku dan menyerahkan sekantung koin di tanganku.

"Tuan, saya tidak bisa menerima ini." Aku memberikannya kembali kepada Kyle.

Kyla lagi-lagi tersenyum lembut kepada ku, "Jika Nona benar-benar berterima kasih kepada saya. Tolong terima ini." Kyle menyerahkan kembali sekantung koin tersebut ke tanganku.

Aku menerimanya dengan sungkan, "Terima kasih atas kebaikan Anda, Tuan Kyle," karena merasa tidak enak, aku lalu mengulum senyum kepada Kyle.

"Sama-sama Nona Viola," pungkasnya dengan tersenyum hangat.

Aku benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Ditambah lagi sikap Kyle yang terlalu baik dan ramah membuat ku merasa tidak nyaman.

"Karena sudah semakin malam, saya permisi dulu, Tuan Kyle."

Ketika aku akan berbalik badan tangan Kyle langsung menahan pergelangan tangan ku, "Nona Viola."

Aku tersentak dan langsung menoleh kearah Kyle. "Bisakah besok Nona Viola tetap tampil?" tanya Kyle.

Aku segera menarik pergelangan tanganku dari Kyle. "Saya akan membayar Nona Viola dua kali lipat, tidak, bahkan tiga kali lipat, setiap kali Nona tampil," pungkasnya seraya menatapku penuh harap.

Aku sangat senang Kyle menawarkan agar aku tetap tampil di panggung nya. Masalahnya bukan ada padaku, tapi ada pada Carxen.

Apakah aku bisa tetap keluar dan masuk diam-diam selama festival berlangsung tanpa sepengetahuan Carxen. Apa aku bisa terus mengelabui Carxen hingga akhir. Itu yang menjadi pertimbangan ku saat ini.

"...Viola."

"Nona Viola!"

"Ah!" Aku tersadar dari lamunanku dan menatap wajah Kyle yang sudah semakin dekat ke wajahku.

Aku refleks melangkah mundur satu langkah, "Untuk saat ini saya belum bisa memberikan jawaban pasti, Tuan Kyle. Mari kita lihat saja besok."

"Maksud Nona Viola..." Dia sengaja menggantungkan ucapannya.

Aku menarik nafas pelan, "Maksud saya, jika besok saya datang kemari, itu berarti saya menerima tawaran Tuan Kyle," kata ku pelan.

Seketika raut wajah Kyle menjadi cerah, "Saya mengerti Nona Viola." Dia terdengar sangat bersemangat.

Aku berpamitan kepada Kyle sebelum akhirnya aku melenggang pergi meninggalkan panggung teater.

Aku sama sekali tidak membutuhkan uang yang Kyle janjikan. Aku sama sekali tidak memiliki masalah finansial, karena Carxen sudah menjamin semua kebutuhan ku. Jika aku mau aku bisa saja menghamburkan uang kapan saja, karena harta keluarga Callisto sangatlah berlimpah.

Aku menerima tawaran Kyle karena aku sadar bahwa kesempatan tampil di panggung seperti tadi tidak akan datang dua kali. Aku bahkan tidak tahu apakah aku masih akan tetap hidup atau tidak di masa depan nanti.

Pergelangan tanganku kini menunjukkan angka 48. Aku hanya tersenyum lirih menatap angka tersebut.

Dari balik jendela kereta aku menghela nafas dengan gusar. Memikirkan sisa waktu hidupku yang semakin hari semakin pendek.

"Bagaimana caranya membuat pria berdarah dingin itu jatuh cinta...?" kata ku pelan, entah ku tujukan untuk siapa pertanyaan menyedihkan tersebut.

Terpopuler

Comments

lily

lily

mungkin bukan jodoh sesungguhnya atau belum saatnya

2025-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!