...~Love Me My Lord Duke~...
...~oOo0oOo~...
Alfonso yang diberi tugas untuk mengajariku mengelola keuangan tak kunjung datang. Jadi aku hanya berdiam diri di dalam kamar hingga matahari menyingsing, hari semakin gelap dan aku masih di dalam kamar mengurung diri sambil memeluk lutut ku di pinggir tempat tidur.
"Nyonya, biarkan saya membawakan Anda dessert atau teh," cetus Ivone yang berdiri di sebelah ku.
"Terima kasih Ivone, tapi aku belum lapar," sahutku, sambil terus menatap lurus ke arah pintu balkon.
Aku menghela nafas gusar, merasa tak karuan.
'Sebentar lagi pasti festival nya akan segera dimulai. Haruskah aku pergi? Bagaimana jika aku ketahuan oleh Carxen kali ini. Apakah dia akan menyakitiku juga?'
"Nyonya, Anda bahkan belum makan apapun sejak siang tadi. Saya mohon kepada Anda untuk memperhatikan kesehatan Anda," pungkas Ivone yang terdengar sangat mencemaskan ku.
'Yang aku inginkan saat ini adalah keluar dari sini.'
"Ivone," panggilku sembari menarik baju Ivone.
"Ya, Nyonya," balas Ivone sambil menatapku kebingungan.
"Aku ingin keluar. Ini hanya sebentar, bisakah kamu membantuku lagi?"
Ivone memandang ku sejenak tanpa jawaban, raut wajahnya tampak ragu, "Apa boleh buat. Saya tidak akan pernah bisa menolak permintaan dari Nyonya."
Aku tersenyum kecil kepada Ivone, "Terima kasih."
Aku segera bertukar pakaian dengan Ivone. Aku diam-diam keluar dari Mansion, melewati pagar di taman, dan pergi mencari kereta kuda untuk disewa.
"Tuan, tolong bawa saya ke balai kota." Kata ku sambil masuk ke dalam kereta.
Aku menatap keluar jendela kereta ke arah kediaman Callisto yang megah dan mewah. Dari jauh terlihat jendela ruangan kerja Carxen masih menyala. Itu berarti dia tidak keluar malam ini.
Sesampainya aku di balai kota, suasananya lebih ramai dibandingkan kemarin. Aku segera turun dari kereta.
Yang menjadi masalahnya sekarang adalah aku lupa dimana kedai milik Shanon. Aku mengedarkan pandangan ku ke sekeliling, memperhatikan setiap kedai. Sulit menemukan kedai Shanon karena begitu banyak orang disini.
"Ah!"
Tanpa disengaja aku malah menabrak bahu seorang wanita. Sepertinya cukup keras mendengar suaranya yang terkejut.
"Ma-Maaf-" ucapku terbata begitu melihat wajah wanita yang aku tabrak.
Wanita itu berambut blonde hingga ke pinggang, dengan mata hijau bak permata peridot yang berwarna hijau kekuningan.
'Martha! Sedang apa Martha disini? Dan yang disebelahnya itu bukannya Barrlet.'
Barrlet pria berambut pirang dengan mata biru jernih.
"Bukan masalah Nona, saya baik-baik saja," ucap Martha sembari berulang kali menggoyangkan tangannya, lalu tersenyum lembut kepada ku.
Martha mengenakan pakaian biasa tanpa aksesoris yang menonjol, begitu juga dengan Barrlet. Mereka sengaja tidak berpakaian mewah agar tidak terlalu menarik perhatian para pencuri.
"Sekali lagi mohon maaf Nona." Setelah mengatakan itu aku segera melenggang pergi. Aku berjalan dengan langkah lebar dan cepat sebelum Martha menyadari ku.
"Nona! Tunggu!" seru Martha dari belakang sana.
Aku mengabaikan Martha, dan terus berjalan lurus ke depan.
Meski aku memakai topeng setengah wajah serta baju pelayan, cepat atau lambat Martha pasti akan mengenali mataku serta warna rambutku yang menonjol. Mengingat kami pernah tinggal bersama mustahil dia tidak menyadari saudaranya sendiri.
Setelah beberapa lama mencari kesana-kemari kedai milik Shanon, akhirnya aku menemukannya.
"Nona Viola! Akhirnya Nona datang juga," sambut Shanon yang tampak senang dengan kehadiran ku.
"Aku sempat ragu tadi. Aku kira Nona tidak akan datang." Shanon sangat antusias menyambut ku.
"Tunggu disini sebentar." Kata Shanon lalu dia melenggang masuk ke dalam kedai untuk mengambil sesuatu. Aku berdiri diam menunggu Shanon di depan kedai.
Shanon kembali dengan memegang sebuah tongkat ditangannya. "Aku tidak yakin, apakah ini sesuai dengan selera Nona Viola atau tidak. Aku harap Nona menyukainya." Shanon menyerahkan tongkat tersebut ke tanganku.
Shanon segera memalingkan wajahnya dia terlihat gugup menunggu responku.
Aku tersenyum kecil melihat tingkah lakunya, "Aku sangat menyukainya. Sudah kuduga Nona Shanon sangat berbakat."
Shanon langsung mengangkat kepalanya dan menatap ku dengan mata yang melebar karena senang, "Syukurlah jika Nona Viola menyukainya," Shanon tersenyum lega kepadaku.
Aku lalu menyerahkan sekantung koin emas di tangannya, "Nona Shanon, terima kasih sudah memenuhi permintaan ku dan terima kasih atas kerja kerasnya. Aku sangat puas dengan hasilnya."
Wajah Shanon terlihat sedikit merona sambil menerima sekantung koin emas dariku, "Nona Viola terlalu memujiku. Aku juga merasa berterima kasih atas kebaikan dan kerendahan hati Nona Viola."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments