...~Love Me My Lord Duke~...
...~oOo0oOo~...
Aku berdiri di antara kerumunan orang yang tengah menonton pertunjukan. Pertunjukan yang di adakan di sebuah panggung terbuka yang besar, tepatnya di tempat teater kemarin berlangsung.
"Membosankan," gumamku, sembari menatap para pemeran teater yang sedang berakting dramatis berusaha menarik perhatian orang-orang yang lalu lalang.
Tak ingin lagi berlama-lama aku segera berbalik badan, dan melenggang mencari jalan keluar dari kerumunan.
'Aku tidak bisa keluar. Terlalu padat orang.'
Bukannya keluar aku malah semakin terdorong masuk ke tengah-tengah. Rasanya seakan terjepit.
"Ganti pertunjukan!"
"Dasar orang-orang membosankan!"
"Turun kalian!"
"Siapapun ganti aktornya!"
Orang-orang mulai protes dan memaksa turun para aktor dan aktris yang sedang berdiri kebingungan di atas panggung.
Aku menghela nafas panjang, mendengarkan protes orang-orang di belakang ku, "Karena sifat kalian yang tidak sabaran. Aku jadi berdiri di barisan paling depan. Orang-orang sialan," kataku pelan, merasa geram.
"Nona, sedang apa Nona disini?" tanya seorang pria asing di sebelah ku.
"Maaf, apakah kita saling mengenal?" tanyaku sambil memiringkan sedikit kepala ku, kebingungan.
'Ada apa dengan pria berkacamata ini? Tiba-tiba saja mengajakku berbicara.'
"Nona bukannya aktris disini yah? Apa saya salah mengira?" Lalu pria itu tertawa ringan sambil menggaruk tengkuk nya karena ragu dan malu.
"Benar, Nona ini terlihat seperti seorang aktris muda," celetuk pria lain.
"Nona, seharusnya Nona naik ke atas panggung dan menghibur kami!" seru pria lainnya di belakang ku.
"Benar! Bukankah itu sebabnya Nona membawa-bawa tongkat mainan seperti itu," cetus yang lainnya.
Mendengar perkataan mereka, aku langsung mengatupkan mulutku dan menggertakkan gigiku sembari memegang tongkat ditangan ku dengan erat.
'Mereka mengatakan apa barusan... Tongkat mainan? Tongkat bukan hanya sekedar alat untuk bermain, tapi juga merupakan sebuah keahlian seseorang.]
Aku melenggang menuju ke tangga panggung disisi kanan, "Orang-orang seperti kalian tidak akan pernah mengerti, kalau belum di tunjukkan."
Ku tapakan kaki satu persatu ke anak tangga, lalu aku menarik nafas panjang, dan berdiri di atas panggung sambil memegang tongkatku ke depan dada, seolah aku sedang memegang sebuah pedang panjang di tanganku.
Tatapan ku lurus ke depan sembari menatap para penonton di antara sela-sela tongkat ku.
"Check point!!"
Akan aku tunjukkan kepada kalian apa itu pertunjukan yang sebenarnya.
Aku membalikkan tongkatku, membuat lantai panggung bersentuhan dengan ujung tongkatku,
"Bend!"
Pertunjukan bagiku adalah atraksi.
Kemudian menarik tongkatku kearah tubuhku dengan satu hentakan penuh kekuatan.
"Horn!"
Dan mengangkat tongkat ku dalam satu hentakan ke atas.
"Up!!!"
Kini tatapan ku fokus menatap ke arah ujung tongkat ku, seolah aku tengah membidik sesuatu.
Sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini. Perasaan menggebu-gebu yang seakan tengah menggerogoti tubuh ku. Perasaan yang tidak bisa dijelaskan lewat kata-kata. Hanya tindakan dan keahlian lah yang bisa menjelaskan perasaan ini.
Lalu aku menarik tongkat melewati punggung ku dengan satu hentakan sempurna, tangan kiri ku segera menangkap tongkat ku dari belakang, "Yaa!!"
Aku mulai memutar tongkatku seirama dengan gerakan tubuhku yang penuh energik dan percaya diri. Senyuman tipis yang sensual tak pernah luput dari wajahku, karena itu adalah salah satu kunci menarik perhatian para penonton.
Orang-orang di bawah fokus menatap ku. Mereka memperhatikan setiap gerakan tanganku yang tanpa henti terus bergerak bersamaan dengan tongkatku yang terus berputar ke sana kemari.
Jubah hitam yang aku kenakan berkibar terkena angin. Rambut panjang yang tadinya ku jepit, perlahan-lahan tergerai, mereka jatuh dengan sempurna menyentuh bahuku.
Aku merasakan keringat melewati pelipis mataku dan mengalir hingga ke daguku. Area punggung dan ketiak ku terasa basah. Nafasku terasa hangat di tengah dinginnya udara malam.
Pertunjukan bagiku bukan hanya sekedar atraksi, tapi juga gerakan tubuh yang indah.
Aku berhenti bermain tongkat sembari menatap keramaian di bawah sana dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
Aku mencoba mengatur nafasku dan menyepelekan rasa gugup yang kini datang menderu.
Orang-orang mulai bertepuk tangan sembari berseru kepada ku, suasana semakin riuh. Semakin banyak orang-orang berdatangan hanya untuk menyaksikan ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments