"Yena."
Yena me noleh ke sumber suara. Se orang maha siswa tampan ber jalan meng hampiri nya, mem buat para maha siswi iri me lihat nya dan be berapa dari mereka mulai mengatai nya.
"Hei lihat! Bukan kah itu Yena?"
"Oh, ia punya selingkuhan?"
"Dasar tidak tahu diri. Mungkin ia me rasa tak cukup me miliki Yeonjin. Maka nya ia men cari laki-laki lain."
"Harus ku akui, Yena cukup pintar me milih lelaki."
"Pintar? Kucing ber hati rubah itu seperti nya punya ilmu hitam agar bisa me narik per hatian lelaki tampan."
Sayang nya pem bicaraan para maha siswi itu ter dengar cukup jelas di telinga Yena.
"Hei, kalian yang di sana!" panggil Yena dengan lantang, mem buat para maha siswi itu ter perangah.
"Jika kalian ingin mengatai ku, pelan kan suara kalian se dikit. Aku masih bisa men dengar nya!" omel Yena.
Para maha siswi itu diam tanpa berani mengeluar kan suara sedikit pun.
"Lagi pula, mana mungkin lelaki satu ini mau dengan ku! Aku cukup tahu diri, ya! Aku sudah ber syukur me miliki Yeonjin. Jadi, kalian tidak perlu repot-repot men cipta kan gosip hingga viral di web kampus!"
Lelaki yang ber diri di hadapan Yena menyeringai puas. Diri nya salut kepada Yena yang be gitu berani dan keren meng hadapi para maha siswi itu. Sedang kan mereka me mutus kan untuk pergi karena malu.
"Kau sangat keren, Hwang Yena."
Yena ter kekeh. "Ini belum se berapa, Choi Hyun Sook. Tanya saja pada Iseul. Aku sudah sering me ladeni orang-orang tidak jelas seperti mereka sejak sekolah me nengah pertama."
Hyun Sook me ngerti. "Baik lah, aku me ngerti." Ia turut ter tawa.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau ke mari? Tidak men jemput Iseul?"
Hyun Sook meng garuk tengkuk nya. "Sebenar nya ... ada yang ingin aku tanyakan pada mu."
"Tanya kan saja. Se lagi bisa ku jawab, akan ku jawab."
"Ku dengar, besok Iseul ulang tahun?"
Yena meng angguk. "Ah, benar. Kenapa? Kau ingin mem berinya hadiah?"
Hyun Sook ter kekeh pelan. "Be gitu lah ... Aku ingin me nanyakan hadiah apa yang di sukai Iseul."
Yena ter senyum. "Oh, manis sekali kau ini. Kau benar-benar me nyukainya huh?"
Hyun Sook mengibas kan tangan nya dengan cepat. "A-aku tidak---maksud ku bukan be gitu!"
Yena ter tawa me lihat Hyun Sook salah tingkah. "Aku me ngerti, Hyun Sook. Tidak mudah men jalan kan peran sebagai kekasih pura-pura sedang kan di sini perasaan mu benar-benar tulus ke pada Iseul. Ini semua salah ku. Tak se harus nya aku me libat kan mu dalam per mainan ini."
Hyun Sook meng geleng cepat. "Tidak, Yena. Ini bukan salah mu. Ini semua murni kehendak ku. Aku yang me nawar kan diri men jadi ke kasih pura-pura Iseul."
"Tapi ... kau men cintai nya."
Hyun Sook ter senyum pahit. "Aku tidak apa-apa, Yena. Aku tahu peran ku di sini hanya pura-pura, tapi ...." dia meng gantung kan kalimat nya sejenak. "... boleh kah aku ber harap suatu saat aku bisa mem buat Iseul men cintai ku juga?"
Yena mengerjap kan mata nya karena kaget. "H-yun Sook"
Hyun Sook ter tawa pelan. Hal itu mem buat Yena heran me lihat nya. Kenapa ia ter tawa tiba-tiba? Apa kah dia sudah gila?
"Aku hanya ber canda, Yena. Jangan ter lalu serius seperti itu."
"Hei Choi Hyun Sook! Itu tidak lucu!" omel Yena kesal. Se jujur nya ia sudah ketakutan ketika Hyun Sook mengata kan hal tadi.
Bagai mana jika Hyun Sook malah be rencana me rebut Iseul? Bukan kah tujuan awal mereka ada lah untuk mem buat Min-ho cemburu? Me mikir kan nya mem buat Yena se dikit panik.
"Maaf kan aku, Yena. Percaya lah, aku cukup sadar diri mengetahui batasan ku. Peran ku hanya sebagai pacar pura-pura. Tidak lebih dan tidak kurang."
Yena meng angguk lemah. Walau pun ter dengar jahat, kalimat Hyun Sook tadi mem buat nya sedikit tenang.
"Aku akan me lupa kan nya, Yena. Aku ber janji," ucap Hyun Sook dengan mimik wajah yang serius.
"Benar kah? Apa kau bisa?" tanya Yena tak percaya.
Hyun Sook ter senyum tulus. "Aku akan ber usaha," jawab nya.
Me lihat ketulusan Hyun Sook, hati Yena ter gerak. 'Apa aku harus mem beri kan waktu spesial untuk Hyun Sook dengan Iseul? Se tidak nya jika Hyun Sook ingin me lupa kan perasaan nya dengan Iseul, mereka harus punya kenangan ber dua ....'
"Hyun Sook," panggil Yena.
"Hm?"
"Aku akan mem beri tahu mu hadiah apa yang di sukai Iseul, dan juga ...." Hyun Sook me natap Yena lurus, me nunggu gadis itu me lanjut kan kalimat nya. "... aku akan me minta Iseul untuk me luang kan waktu nya ber sama mu malam ini se belum hari ulang tahun nya, bagai mana?"
Hyun Sook me ngerjap kan mata nya, tak percaya dengan apa yang di kata kan Yena tadi. "K-kau serius?"
Yena meng angguk. "Se tidak nya kalian harus punya momen menyenangkan se belum kau benar-benar me lupa kan perasaan mu pada Iseul."
Ah ... Hyun Sook ter senyum pahit. Lalu ia meng angguk kan kepala nya. "Terima kasih, Yena."
"Tentu." 'Dan semoga keputusan ku tidak salah,' batin Yena.
***
"Selamat datang, Nona Na."
Iseul meng angguk kemudian me masuki rumah nya. Sepi, seperti biasa. Karena memang hanya ia lah yang mem beri warna di rumah ini.
"Oh, selamat datang, Nona Na," sapa paman Cha pengawal pribadi Min-ho.
Iseul meng angguk. "Apa kah paman Na di ruang kerja nya?"
Paman Cha meng geleng. "Maaf kan saya, Nona Na. Tuan Na baru saja dalam penerbangan ke Australia untuk meng urus pekerjaan di sana."
"O-oh ...." Iseul meng angguk kaku. "Kapan ia akan pulang?" tanya nya.
"Seperti nya lusa, Nona Na," jawab paman Cha.
Iseul ter tawa hambar. "Ia benar-benar mem benci ku sekarang," gumam nya.
"Apa yang Nona Na kata kan? Tuan Na pergi karena sibuk, bukan karena mem benci Nona Na."
Iseul meng geleng. "Tidak apa-apa, Paman Cha. Aku sebaik nya ber istirahat." ia me langkah pergi naik ke lantai dua tepat di mana kamar nya ber ada. Langkah nya be gitu gontai, seperti manusia yang kelaparan dan tidak punya semangat hidup.
Me lihat itu, paman Cha segera meng hubungi Min-ho dengan ponsel nya.
'Ada apa, Paman?'
"Nona Na mengira anda mem benci nya, tuan Na."
Ter dengar helaan napas dari seberang sana. 'Tolong tenang kan dia, paman Cha. Kalau perlu, turuti apa kemauan nya selagi bisa kau turuti. Belikan ia es krim. Ini akan mem buat mood nya mem baik."
"Baik lah, tuan Na."
Di seberang sana, Min-ho meng akhiri panggilan telepon nya dengan paman Cha. Kemudian ia meng usap wajah nya gusar.
"Per misi, Presdir Na." seorang wanita ber paras cantik me masuki ruangan Min-ho.
"Ada apa, Sekretaris Kim?"
"Seperti nya kita memang akan pulang lusa. Klien kita tidak menyanggupi untuk meng hadiri per temuan besok."
Min-ho men dengkus kesal. Kenapa di saat hari spesial Iseul akan tiba, dia justru di sibuk kan dengan pekerjaan?
"Apakah tidak ada keringanan? Hanya karena dia klien penting, aku tak ingin dia sombong dan meng ulur waktu ku begitu saja."
"Tadi beliau mengatakan paling cepat besok malam."
'Besok malam?'
"Jam 7 malam, atau tidak kerja sama di batal kan," titah Min-ho.
"B-baiklah Presdir Na," jawab wanita itu me ngerti. "Kalau begitu, saya permisi dulu, Presdir."
Min-ho meng angguk. Sepergi nya sekretaris nya dari ruangan nya, Min-ho kembali me raih ponsel dan mem perhati kan layar wallpaper nya yang menampak kan wajah gadis cantik yang selama ini se lalu meng ganggu hari-hari nya.
"Tunggu aku, anak nakal. Jangan mem benci ku, oke? Aku hanya akan ter lambat se dikit."
Ber sambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments