Part 2

Akhir nya mereka sampai di rumah Iseul. Ke dua nya turun dari mobil Hyunsook dan me langkah masuk ke dalam rumah besar ter sebut.

"Selamat datang, Nona Na," sapa para pelayan sembari me nyambut ke datang an Iseul.

Iseul meng angguk. Lalu ia me lingkar kan tangan nya di lengan Hyunsook dengan mesra. "Di mana tuan Na?"

"Tuan Na sedang ber ada di ruang makan."

'Pas sekali!'

"Terima kasih, Bibi." Iseul me narik lengan Hyunsook dan mem bawa le laki itu me masuki ruang makan.

Dan benar saja, di sana sudah ada pria dewasa ber paras tampan sedang duduk dan tampak sibuk ber kutat dengan note book milik nya.

"Kau belum makan, Paman?" tanya Iseul.

Men dengar suara itu, pria dewasa itu me noleh ke sumber suara. Ekspresi nya datar, seperti manusia yang tak me miliki minat dalam hal apa pun. "Me nunggu mu."

"O-oh ...." Sem burat merah muda muncul meng hiasi pipi chuby gadis ber usia 20 tahun itu, tetapi buru-buru ia meng geleng kan kepala agar hati nya bisa ber kompromi dengan otak nya sekarang.

"Selamat malam, Kak Min-ho," sapa Hyunsook sambil mem bungkuk sopan. Dia me manggil Kakak karena usia mereka hanya ter paut 11 tahun.

Yap, memang hanya Iseul yang me manggil nya paman.

"Hm," jawab pria itu yang tak lain adalah Na Min-ho.

"Paman, aku ingin meng ajak Hyunsook makan malam ber sama kita. Apa boleh?" pinta Iseul.

"Ter serah," jawab Min-ho tanpa meng alih kan per hatian nya pada layar note book milik nya.

"Terima kasih, Kak."

Iseul me narik lengan Hyunsook dan meng ajak nya untuk duduk. Mereka ber dua duduk tepat di seberang Min-ho.

"Mari kita makan, Paman," ajak Iseul saat me lihat Min-ho masih fokus pada note book milik nya.

"Iya." Min-ho me letak kan note book-nya kemudian mulai me nyantap makanan nya.

Iseul dan Hyunsook saling me lirik sekilas, lalu ke dua nya ikut me nyantap makanan yang ada di atas meja.

"Kak Min-ho, bagai mana Anda bisa men jadi pengusaha yang sukses?" tanya Hyunsook, men coba untuk ber basa-basi.

"Takdir," jawab Min-ho se ada nya.

"Ah ...." Hyunsook ter tawa pelan. "Luar biasa. Aku se lalu mengagumi mu, Kak. Setiap Kakak muncul di-TV, aku me lihat aura Kakak begitu ter pancar. Aku me ngira pasti banyak wanita yang me nyukai Kakak."

Min-ho tak meng gubris Hyunsook. Dia masih me nyantap makanan nya dengan tenang.

Hyunsook me lirik Iseul dan tentu di balas oleh Iseul. Kedua nya tampak ke bingung an dan me mikir kan strategi se lanjut nya.

"Paman, apa kah kau tidak ingin ber bagi tips kepada Hyunsook? Dia ada lah mahasiswa manajemen. Setelah lulus nanti, mungkin ia akan men jadi pengusaha seperti Paman," ucap Iseul.

"Aku tidak punya tips apa pun," jawab Min-ho datar.

Iseul men dengkus kesal. Sedang kan Hyunsook semakin merasa canggung dengan suasana ini. "Paman, jangan seperti itu. Jangan men diaminya," tegur Iseul tidak suka.

Min-ho me natap tajam ke arah Hyunsook hingga mem buat lelaki itu se dikit takut. "Kau merasa tak ku hargai?"

Hyunsook meng geleng kaku. "T-tidak!"

"Maka urusan selesai." Min-ho ber anjak dari kursi nya dan me langkah pergi.

"Paman! Kau mau ke mana?" tanya Iseul.

"Tidur," jawab Min-ho se belum ia benar-benar keluar dari ruang makan.

Iseul meng hela napas. Min-ho benar-benar susah di tebak. Rasa nya selama ini usaha nya sia-sia saja.

Namun, Hyunsook mem beri ke kuat an pada Iseul. Ia meng usap bahu Iseul dengan lembut dan me natap nya hangat. "Jangan me nyerah. Usaha kita masih per mulaan."

Iseul me rasa beban ber salah nya ke pada Hyunsook semakin besar. Lihat lah lelaki ini, be gitu baik ke pada Iseul. Pada hal Iseul selama ini hanya me manfaat kan nya. Walau pun Hyunsook sendiri mengetahui hal itu.

Se telah makan, Iseul mengantarkan Hyunsook sampai ke depan rumah.

"Terima kasih atas makan malam nya," ucap Hyunsook sambil ter senyum.

"Aku yang se harus nya ber terima kasih," balas Iseul.

"Kita akan ber usaha lebih keras lagi. Oke? Jadi jangan me nyerah."

Iseul me masang wajah cemberut. "Kau mem buat ku ter haru, Choi Hyunsook!"

Hyunsook ter tawa lalu meng usap kepala Iseul gemas. "Aku pulang dulu."

Iseul meng angguk. "Hati-hati, ya?"

Hyunsook me naiki mobil nya. "Sampai jumpa besok, Iseul. Selamat malam."

"Hm ... selamat malam, Hyunsook."

Hyunsook pun pergi. Se telah memastikan Hyunsook sudah tak ter lihat dari area rumah nya, Iseul segera masuk ke dalam rumah nya.

"Apa hubungan mu dengan nya?"

"Astaga!" pekik Iseul kaget. Ia meng usap dada nya saat di kaget kan oleh ke hadir an Min-ho yang muncul tiba-tiba dari balik pintu rumah.

"Ku tanya, apa hubungan mu dengan nya?"

"Tentu saja ke kasih, apa lagi?"

"Benar kah? Kau yakin kalian benar-benar men jalin hubungan?"

Iseul me rotasi kan bola mata nya. "Apa maksud mu, Paman? Tentu saja kami benar-benar men jalin hubungan!"

"Se cepat itu?"

Iseul me ngernyit bingung. "Apa?"

Min-ho meng hela napas. "Se cepat itu kau me lupa kan perasaan mu ter hadap ku?"

Iseul ter diam. Tunggu se bentar. Apa kah dia ... cemburu?! "Kau cemburu?"

Min-ho me nyeringai. "Cemburu? Memang nya aku me miliki perasaan lebih ter hadap mu?"

Seperti nya sebuah pisau sedang me nancap di dada Iseul saat ini. Ia benar-benar ter tohok.

"Ingat, Iseul. Sejak aku bawa kau tinggal di sini, kau sudah ku anggap sebagai adik ku sendiri. Jadi, jangan ber harap lebih."

Double kill untuk Iseul malam ini. Se telah ber hasil me nyakiti perasaan Iseul, Min-ho pun me langkah pergi me ninggal kan Iseul yang masih me matung di sana.

Sakit hati? Tentu saja. Na Iseul bukan tipe perempuan tahan banting.

Tapi, meng ingat perasaan nya begitu besar kepada Min-ho, rasa nya jika me nyerah begitu saja ter dengar menyedih kan. Lagi pula Iseul punya sahabat dan Hyunsook yang selalu men dukung nya.

"Benar, Na Iseul! Jangan me nyerah dengan perasaan mu!"

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!