"Iseul belum pulang?"
Se orang pria paruh baya meng angguk kan kepala nya. "Benar, Tuan Lee," jawab nya.
Min-ho meng hela napas. Lalu ia meng ambil ponsel nya dan meng hubungi se seorang.
"Halo?"
"Ke mana anak nakal itu pergi?"
Suara tawa ter dengar dari seberang sana. 'Tuan puteri mu itu sangat pembangkang, ya? Min-ho.'
"Tutup mulut mu. Aku meng gaji mu untuk kau meng ikuti nya."
'Iya iya. Aku hanya ber canda, Presdir Na.'
"Jadi?"
'Dia pergi ke club malam.'
Min-ho meng hela napas. "Dengan Hyun Sook?"
'Tidak, dengan Yena.'
"Se harus nya aku tak meng izin kan Iseul ber teman dengan Yena."
'Hei, jangan seperti itu. Kau tahu Iseul bukan tipe orang yang pandai ber sosialisasi.'
"Lalu bagai mana dengan Hyun Sook? Me ngapa dia tidak ikut?"
'Entah lah. Ter akhir aku me lihat nya, dia pulang ke rumah nya.'
"Baik lah, kau ikuti terus dia. Jangan sampai ada yang ber buat macam-macam pada nya."
'Serah kan pada ku.'
"Ku tutup dulu."
'Okay.'
Min-ho meng akhiri panggilan telepon nya. Ia me nyandar kan punggung nya di kursi kerja nya sambil me mijat pelipis nya.
"Tuan meng inginkan se suatu?"
Ah, Min-ho hampir lupa pengawal nya masih ber ada di ruangan nya. "Tidak, Paman Cha. Paman boleh me ninggalkan ku."
"Baik lah, saya permisi." Pria paruh baya itu keluar dari ruangan kerja yang ada di dalam rumah Min-ho.
Min-ho me nyesap kopi nya se bentar lalu kembali fokus me ngetik. Namun pikiran nya masih ber kecamuk. Pe kerjaan, Iseul, kedua nya sangat susah untuk di tangani. Men jadi direktur sekaligus sosok peng ganti orang tua Iseul tidak mudah rupa nya.
Namun, Min-ho tidak menyesali nya. Dia senang karena dulu meng ambil keputusan untuk meng adopsi Iseul. Rumah nya yang gelap ber ubah men jadi penuh warna. Gadis kecil yang biasa nya murung ber ubah men jadi ceria saat tinggal di rumah Min-ho.
Bagai mana Iseul tidak ceria, kehidupan nya ber ubah drastis saat ia. Tinggal di rumah Min-ho. Walau pun Min-ho tidak se lalu men jaga nya, tetapi pelayan rumah se lalu ber sikap hangat ke pada nya.
Iseul me rasa seperti ... di perhatikan.
Min-ho masih bisa meng ingat bagai mana dia meng adopsi Iseul kecil saat itu. Dia dan paman Cha men datangi orang tua Iseul dan men jelas kan semua nya. Tentu saja orang tua Iseul me nolak saat itu. Entah karena mereka men cintai Iseul atau tidak ingin me lepas Iseul begitu saja, demi uang misal nya.
Namun, Min-ho tidak me nyerah. Dia berani mem beri kompensasi dengan jumlah yang fantastis kepada orang tua Iseul. Sebagai dua manusia yang materialistis dan hidup tidak mampu, mereka pun me nerima tawaran dari Min-ho. Akan tetapi Min-ho juga me minta agar mereka tidak me nemui Iseul lagi kecuali jika Iseul yang ingin ber temu dengan mereka.
Akan tetapi per masalahan nya adalah Min-ho belum me nikah. Dia tak masuk kriteria sebagai peng adopsi anak. Se hingga dia men jadi kan paman Cha se bagai peng adopsi Iseul. Namun, tetap diri nya yang meng ambil peran orang tua peng ganti bagi Iseul.
Paman Cha sempat heran. Bagai mana seorang pria sedingin Na Min-ho ber usaha dengan gigih untuk meng adopsi gadis kecil? Bahkan 10 tahun yang lalu, paman Cha baru me nemu kan fakta ter sebut. Dia sudah lama meng abdi pada keluarga Na. Se telah kematian orang tua Min-ho, pria itu ber ubah drastis. Bukan lagi Min-ho yang ramah, tetapi men jadi Min-ho yang dingin dan pe marah.
Akan tetapi, paman Cha ber syukur. Sangat ber syukur. Se telah Iseul kecil tinggal di rumah mereka, per lahan sifat Min-ho ber ubah. Dia men jadi lebih lunak dari sebelum nya. Walau pun kadang masih pe marah dan dingin ter hadap sekitar nya.
Maka dari itu paman Cha ber janji pada diri nya sen diri akan men jaga Iseul seperti diri nya men jaga Min-ho, tetapi karena usia nya sudah cukup tua, dia tak bisa lagi leluasa pergi ke mana-mana. Dia hanya bisa menemani Min-ho. Lagi pula, Iseul juga tidak ingin di temani. Gadis cantik ber usia 20 tahun itu meng ingin kan kebebasan.
"Selamat datang, Nona Na."
Paman Cha me noleh, men dapati para pelayan me nyambut kedatangan Iseul yang ber jalan dengan gontai.
"Astaga, Nona Na?" Paman Cha meng hampiri Iseul yang wajah nya sudah seperti kepiting rebus. Dia meng endus napas Iseul dari jauh. "Anda mabuk?"
"Paman Cha, kepala mu ada dua!" Iseul ter tawa ter bahak-bahak.
Men dengar itu, para pelayan juga hampir ter tawa. Namun, mereka me nahan nya karena tak ingin kena marah dari paman Cha.
Sedang kan paman Cha? Ia hanya diam tanpa suara.
"Iseul?" Min-ho menuruni anak tangga dengan cepat dan meng hampiri Iseul hingga tepat ber ada di hadapan nya.
"Paman, kau di sini ...."
"Kau mabuk lagi."
"Karena aku sedang kesal!"
"Pada siapa?" tanya Min-ho.
"Pada Paman lah! Siapa lagi memang nya?"
Min-ho meng hela napas. Lalu ia meng gendong tubuh Iseul. "Kalian kembali ke-pe kerjaan kalian. Aku akan mem bawa Iseul ke kamar nya."
"Baik, Tuan Na."
Min-ho mem bawa Iseul ke kamar Iseul yang ter letak di lantai dua, tepat nya di samping kamar Min-ho.
Se sampai di kamar Iseul, Min-ho me rebah kan tubuh gadis itu di ranjang nya. Merah sekali. Iseul ter tawa dengan mata ter pejam.
"Sudah ku kata kan ber henti pergi ke club malam."
"Sudah ku katakan kalau aku sedang kesal!"
"Memang nya apa ke salah an ku?" tanya Min-ho tak me ngerti.
Iseul ter tawa. "Kau memang jahat, Paman. Kesalahan mu sendiri bahkan tak kau ketahui!"
"Coba jelas kan pada ku."
"Benar kah? Kau ingin aku men jelas kan nya?"
"Tentu saja, Iseul."
"Baik lah."
Iseul bangun. Min-ho bingung. Gadis itu tiba-tiba me rangkak dan duduk di pangkuan nya dengan posisi ber hadapan dengan nya. Tak lupa kedua tangan Iseul me lingkar di leher Min-ho dengan sempurna.
"I-iseul?"
"Kesalahan mu ada lah ... karena kau telah me nolak ku!" Se telah itu Iseul men dekat kan wajah nya ke-wajah Min-ho, ingin men cium nya. Namun, Min-ho segera me nutup mulut Iseul dengan telapak tangan nya.
"Mmm!"
"Tidur lah, anak nakal!" Min-ho men dorong tubuh Iseul dengan dengan sedikit keras hingga gadis itu kembali ter baring di atas ranjang nya.
"Paman jahat!"
Min-ho ber diri dari tepi ranjang milik Iseul. "Sudah ku kata kan Iseul, jangan menyukai ku. Aku tak punya perasaan seperti itu ter hadap mu. Me nyerah lah, dan ingat, kau ada lah anak adopsi ku. Jadi, jangan me lewati batas." Se telah mengatakan itu, Min-ho me narik selimut untuk menutupi tubuh Iseul. Di usap nya kepala Iseul dengan lembut. "Selamat tidur."
Min-ho me mati kan lampu kamar Iseul dan meng ganti nya dengan lampu tidur. Kemudian ia segera keluar dari kamar Iseul.
Sedang kan Iseul, ia me remas kuat ujung selimut nya yang mulai basah akibat air yang me ngalir dari mata nya. "Kau benar-benar jahat, Paman Na!"
Ber sambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments