"Kamu akan keluar dari rumah ini jika melakukannya. Reddick tidak akan senang dengan itu," tambah Reddick.
"Biarkan aku memutuskan, Lion," ujar Bellina tegas. Reddick menghela napas. Ia membiarkan Bellina melakukan apa yang ingin dilakukannya.
Orang di samping Agatha memberikan bolpoin pada Bellina. Perempuan ini pun menandatangani surat pengalihan hak waris.
"Oh, bagus Bellina. Kamu tahu apa yang harus di lakukan." Senyum Agatha mengembang.
"Rupanya tanda tanganku berharga di sini. Hingga mama membuat drama perselingkuhan dan melibatkan Lionel. Aku akan tanda tangani surat pengalihan hak waris," ujar Bellina membuat Reddick terkejut.
"Kamu setuju? Oh, bagus. Berikan bolpoin padanya." Agatha gembira.
"Tunggu." Reddick langsung mendekat. "Kamu tidak harus melakukan ini."
"Tidak apa-apa."
"Kamu akan membuat Reddick sedih," tambah Reddick terus berusaha mencegah Bellina melakukannya.
"Percuma kamu membujuknya, Lionel. Kamu tahu, keluarga besar Wyclif akan turun tangan mengajukan pengalihan hak waris milik Bellina. Semua tidak setuju jika ada nama Bellina dalam daftar hak waris milik Reddick." Agatha memberikan peringatan.
"Kamu akan keluar dari rumah ini jika melakukannya. Reddick tidak akan senang dengan itu," tambah Reddick.
"Biarkan aku memutuskan, Lion," ujar Bellina tegas. Reddick menghela napas. Ia membiarkan Bellina melakukan apa yang ingin dilakukannya.
Orang di samping Agatha memberikan bolpoin pada Bellina. Perempuan ini pun menandatangani surat pengalihan hak waris.
"Oh, bagus Bellina. Kamu tahu apa yang harus di lakukan." Senyum Agatha mengembang.
...***...
Mereka keluar dari rumah keluarga Wyclif.
"Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan barusan? Kamu melepas hak waris mu atas harta Reddick. Kamu kehilangan segalanya, Bellina." Reddick masih tidak percaya.
"Aku tahu. Aku sadar."
"Lalu kenapa kamu melakukannya?" tanya Reddick tidak percaya.
"Karena aku akan merebutnya kembali, Lion," kata Bellina dengan tatapan tajam.
"Merebutnya?"
"Kamu bilang akan membantuku. Jadi bantu aku kembali merebut apa yang menjadi hak ku. Kamu harus bisa membuat mereka menderita, Lion. Mereka harus hancur," kata Bellina berapi-api seraya mendekat padanya. "Aku berikan semua hal yang ada pada diriku untuk memohon padamu. Hancurkan mereka, Lion. Hancurkan mereka." Tangan Bellina mencengkeram baju Reddick. Matanya juga berkaca-kaca. Ia marah dan juga menderita.
"Kamu memberikan segalanya?" tanya Reddick terpaku pada kalimat itu.
"Ya. Gunakan aku untuk menghempaskan mereka dari tahta keluarga Wyclif." Bellina menangis. Reddick merengkuh tubuh itu. Memeluknya erat.
Ini kesempatan aku mengganti waktuku yang terbuang. Aku akan melindunginya.
...***...
Jika setelah pernikahan, mereka bermalam di hotel tempat di selenggarakan pesta, kali ini Reddick mengajak Bellina pulang ke apartemen miliknya.
"Aku sudah menyiapkan kamar untukmu. Di sana," tunjuk Reddick pada pintu kamar di sebelah kamar di sebelah miliknya. Delvin juga berdiri di sana setelah menyiapkan semuanya.
"Ya. Terima kasih." Bellina mengangguk sopan. Setelah di buang oleh keluarga suaminya, terpaksa ia tinggal dengan Reddick. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri yang sah. Itu hal yang wajar.
"Kamu bisa menghubungi Delvin jika membutuhkan sesuatu. Dia orang yang bisa di percaya," kata Reddick seraya menunjuk Delvin dengan dagunya.
"Bisa aku hanya menghubungimu? Aku belum terbiasa dengan orang baru," kata Bellina tidak menyembunyikan bahwa dirinya masih tidak percaya pada orang lain. Ini membuat Reddick menatap Bellina agak lama. Matanya berbinar-binar mendengar itu.
Delvin melirik. Ia melihat Reddick yang sedang merasakan euforia di hatinya karena kalimat Bellina. Bibirnya tersenyum. Bellina tidak tahu Reddick tengah mengamatinya. Ia sedang melihat ke sekitar.
"Ehem," dehem Delvin membuyarkan kesunyian. Reddick langsung mengerjapkan mata. Dia tahu Delvin pasti menertawakannya. "Jika begitu, sebaiknya aku pulang."
"Oh, baiklah." Reddick menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hanya canggung karena deheman Delvin barusan. Bellina yang menoleh, mengangguk kemudian pada Delvin.
Setelah sampai di pintu, pria itu berhenti dan menoleh. "Oh ya. Aku belum mengucapkan selamat pada kalian berdua. Meskipun ini hanya sebuah sandiwara, aku wajib mengucapkannya,” ujar Delvin. Bellina membuang muka saat Delvin mengatakan ini hanya sandiwara. Ia sadar bahwa ini kebohongan. Ia merasa tidak nyaman.
"Ya," sahut Reddick segera memberi kode pada Delvin untuk segera pergi.
"Kalau begitu, ijinkan aku masuk ke kamar dulu."
"Silakan." Reddick menatap punggung Bellina hingga lenyap ke dalam kamar. Namun beberapa detik kemudian, wanita kembali keluar.
"Lion. Sepertinya ada barang milik wanita mu di kamar ini." Bellina muncul di ambang pintu seraya menunjuk ke dalam kamar. Reddick terkejut. Dia mencoba berpikir.
Mengingat-ingat apa ada perempuan yang masuk ke dalam apartemen ini. Namun hasilnya nihil. Setelah tubuh ini terisi jiwanya, ia yakin tidak ada perempuan yang berani masuk ke dalam mobilnya, apalagi apartemennya. Ia yakin itu.
Kakinya mendekat.
"Boleh aku masuk?" tanya Reddick meminta ijin. Bellina mengangguk. Lalu menggeser tubuhnya. Memberi ruang bagi Reddick untuk lewat. Bola mata Reddick mencari apa yang di maksud Bellina.
"Di dalam lemari." Bellina memberitahu. Wanita ini berpikir Reddick sudah melewatkan apa yang ia maksud. Sebenarnya bukan tidak tahu, Reddick hanya tidak paham.
"Ini?" tanya Reddick seraya membuka lemari.
"Ya. Juga di atas ranjang." Bellina menunjuk ke arah ranjang. Bola mata Reddick mengikuti arah telunjuk wanita ini.
"Ini semua bukan milik orang lain. Aku tidak pernah mengajak perempuan ke dalam apartemenku," kata Reddick.
"Lalu? Tidak mungkin kamu atau Delvin yang memakainya, bukan?" tanya Bellina bukan maksud bercanda, tapi Reddick tergelak geli karenanya. Bellina mengerjap melihat pria di depannya menunjukkan wajah ramahnya.
"Semua ini sengaja aku siapkan untukmu. Aku pikir kamu akan kebingungan dengan baju ganti karena langsung pergi dari rumah itu. Ini baru. Bukan bekas wanita lain." Reddick menjelaskan dengan senyuman di atas bibirnya.
Bola mata Bellina beredar. Memperhatikan lagi barang yang ia lihat tadi.
"Label baju dan tag harganya memang sudah di buang. Karena tidak mungkin aku memberikan padamu saat label tokonya masih ada di sana," kata Reddick.
Bellina mengusap rambutnya. Sepertinya wanita ini merasa keliru dengan pemikirannya. Ini membuat dia merasa canggung.
"Jika tidak cocok, maaf," sambung Reddick. Reddick.
"Tidak apa-apa. Aku yang harusnya minta maaf."
"Aku mengerti jika kamu salah paham. Kamu mungkin sudah mendengar soal Lionel si pecinta wanita." Reddick paham itu. Bellina terdiam sambil memegangi lengannya.
“Maaf," ucap Bellina.
“Tidak. Jangan meminta maaf. Aku melakukannya dengan senang hati."
“Terima kasih,” ucap Bellina. Reddick mengangguk. “Boleh aku ... istirahat?”
“Ya. Silakan.”
...______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
%ER%
dah molai dekat...
2022-12-04
0
Kristi Yani
barang nya baju? apa apa?
2022-11-30
1
fifid dwi ariani
trus ceria
2022-11-26
0