Reddick masuk ke dalam dan dia segera turun menuju ke tempat Bellina berada. Langkahnya tergesa-gesa karena takut kehilangan perempuan itu.
"Bellina!" panggil Reddick. Hampir saja ia kehilangan perempuan itu. Karena Bellina hendak pergi dari sana.
Bellina yang sudah memegang pintu mobil menoleh. Lalu menutup pintu karena urung masuk mobil. Dia menunggu Reddick berjalan ke arahnya. Sepertinya perempuan ini memang sedang mencarinya.
"Aku lihat kamu dari atas balkon," ujar Reddick dengan sedikit terengah-engah. Kepala Bellina mendongak.
"Jadi apartemen kamu memang di daerah ini?" tanya Bellina sambil melihat ke sekitar.
"Ya. Apa kamu sengaja mencariku?" tanya Reddick berharap. Namun ia menyesal bertanya seperti itu karena Bellina diam. Reddick sudah mencoba bicara dengan hati-hati agar Bellina tidak berpikir kalau dia tengah menggodanya. "Maaf," lanjut Reddick cepat.
"Kenapa meminta maaf? Aku memang sedang mencarimu," kata Bellina membuat Reddick berwajah takjub. Namun Bellina tidak mengatakan apa-apa lagi membuat Reddick kebingungan sendiri.
"Jadi kamu memang mencariku?" Reddick ingin memastikan lagi pernyataan itu.
"Ya. Kita bicara di luar?" tawar Bellina membuat Reddick terkejut lagi. Perempuan ini terus saja mengatakan sesuatu di luar dugaan.
"Kamu ingin bicara denganku? Baiklah." Reddick tidak ingin kehilangan kesempatan langka ini. Ia harus bisa menuruti keinginan Bellina sekarang, jika tidak ingin perempuan itu langsung pergi. "Aku ambil mobilku."
"Tidak perlu. Kita satu mobil saja." Bellina menunjuk ke arah mobilnya dengan tatapan matanya.
Bola mata Reddick melebar. Ini tidak pernah di bayangkan olehnya. Hanya bicara saja, wanita ini sudah memasang tembok tinggi padanya. Tidak bisa ia bayangkan bisa satu mobil dengannya. Ini kesempatan sangat langka.
...***...
Sepanjang perjalanan, Reddick diam. Dia sibuk menenangkan debaran di dadanya. Jantungnya memompa dengan cepat bagai lari maraton. Hanya duduk satu mobil saja dengan Bellina sudah membuatnya kacau.
"Dimana, kamu biasa bertemu dengan orang-orang yang kamu kenal?" tanya Bellina. Reddick menoleh ke samping. "Tempat dimana kamu terbiasa berkumpul dengan banyak orang, termasuk Amber dan mertuaku." Bellina menambah penjelasan kalimatnya.
Mungkin Bellina ingin mengajaknya ke tempat yang pernah disinggahinya. Karena itu lebih memudahkan mereka mencari tempat untuk bicara.
Reddick tidak tahu banyak soal itu, tapi dia mulai menyebutkan beberapa tempat yang sempat ia kunjungi bersama Delvin. Namun Bellina justru mengajaknya ke suatu tempat yang dia yakini tidak pernah di kunjungi Lionel. Warung-warung kecil yang menyediakan tempat duduk di bawah langit terbuka.
"Kita akan bicara di sini?" tanya Reddick ragu. Setelah mematikan mesin, Bellina menoleh ke samping.
"Ya? Kamu keberatan?" tanya Bellina yang sepertinya ingin langsung membatalkan acara ngobrol ini jika Reddick tidak setuju.
"Tidak. Kita bisa bicara di mana saja yang menurutmu nyaman." Reddick tidak ingin menghancurkan kebahagiaannya. Ia harus mengikuti kemauan perempuan ini.
Bellina memesan minuman hangat untuk dua orang. Meletakkan minuman di depan Reddick dengan sopan. Reddick teringat dengan kebiasaan Bellina ketika membuatkan minuman untuknya.
"Aku sengaja mencari tempat seperti ini, agar tidak ada yang mengenalimu," ungkap Bellina soal pilihannya ke tempat seperti ini. "Mereka tidak akan menemukan kita," imbuh Bellina membuat Reddick mengerti.
"Jadi ... apa yang ingin kamu katakan padaku?" tanya Reddick berusaha sabar. Dia ingin menikmati momen ini dengan perlahan.
"Soal mama Reddick." Bellina meraih gelasnya dan meniup pelan. Reddick mulai mengerti. "Wanita itu mulai berubah. Sikapnya berubah drastis." Tangannya turun dan meletakkan gelas di meja. "Seperti yang kamu bilang, mama memang menyuruhku menikah denganmu."
Sepertinya Agatha tidak ingin menunda-nunda rencana itu. Dia sudah mengatakannya pada Bellina.
"Kamu percaya padaku?" tanya Reddick.
"Aku tidak ingin percaya, tapi mata dan telingaku menyaksikan sendiri wanita itu berubah." Bola mata Bellina melebar saking merasa terpukulnya dengan perubahan itu.
"Jadi apa yang akan kamu lakukan?"
"Sebenarnya aku tidak tahu. Aku belum bisa berpikir, karena ini pertama kalinya mama bersikap bermusuhan denganku. Bahkan mama mengancam akan melakukan sesuatu pada ayah dan ibu jika aku tidak setuju. Ini membuatku terkejut setengah mati," ujar Bellina emosional.
"Minumlah," pinta Reddick seakan tahu Bellina sedang syok berat. Wanita ini patuh. Ia meneguk minumannya dan menghela napas panjang.
"Aku pikir kamu sengaja mempengaruhiku untuk membuatku menikah denganmu, tapi setelah mama berkata dengan wajah sinis dan benci, aku langsung percaya. Aku tidak aman, Lion." Bellina kembali menyesap minuman hangatnya.
Benar, Bellina. Kamu tidak aman. Datanglah padaku dan aku akan melindungi mu.
"Apa mungkin menikah adalah jalan terbaik?" tanya Bellina terlihat tidak bisa menerima itu.
"Aku hanya memberikanmu tawaran soal menikah, Bellina. Semua terserah padamu. Kamu yang bisa memutuskan," kata Reddick tidak ingin memaksa.
"Kematian Reddick masih belum lama. Aku tidak ingin menikah, Lion." Suara Bellina terdengar sedih.
"Aku mengerti, tapi mereka akan membuang mu dari rumah itu, Bellina. Mereka ingin kamu keluar dari garis tahta keluarga Wyclif." Reddick meyakinkan.
"Mungkin aku bisa mengabaikan semua dan memilih keluar dari keluarga itu. Aku bisa bebas dan memilih jalan baru, tapi ... tidak mungkin aku meninggalkan semua kenangan ku dengan Reddick. Itu terlalu berharga untuk di buang." Bellina menerawang.
Dada Reddick berdesir mendengar itu. Jadi kamu benar-benar menganggap kenangan kita berdua yang sepele itu berharga, Bellina? Aku takjub. Ini pertama kalinya aku mendengar sendiri dari mulut wanita ini.
"Lagipula, papa masih ada. Beliau belum sehat. Aku tidak bisa meninggalkannya," keluh Bellina sedih.
"Jadi ... apa keputusanmu?"
"Bisakah aku sedikit mempercayaimu? Aku akan mencoba mengikuti rencana mu. Aku akan mengatakan pada mama untuk setuju di nikahkan dengan mu." Bellina tampak putus asa.
"Ku pastikan kamu tidak kecewa, Bellina."
"Simpan nomorku," kata Bellina.
"Aku sudah tahu nomormu," kata Reddick yakin.
"Oh, ya? Aku tidak pernah memberikannya padamu. Meski kita pernah dalam satu acara, aku yakin kita tidak pernah saling bertukar nomor ponsel." Bellina menegaskan itu.
Kening Reddick mengerut. Merasa aneh. Karena ada nama Bellina di ponselnya, tapi kenapa perempuan ini mengaku tidak pernah memberi.
"Mungkin nomor ponsel itu bukan nomorku, Lion." Bellina merasa ada kekeliruan.
"Aku akan mencoba menelepon mu." Reddick menekan nomor dengan nama kontak Bellina itu. Namun ponsel Bellina tidak berdering. Sunyi.
"Bisa kamu tunjukkan nomor itu?" tanya Bellina ingin tahu juga. Reddick memutar ponsel di tangannya. Menunjukkan pada Bellina nomor yang ia telepon. "Ini bukan nomorku, Lion. Sebentar, aku merasa tidak asing dengan itu." Bellina melihat ke arah ponselnya sendiri. "Itu nomor mama, Lion."
"Agatha?" tanya Reddick terkejut. Lalu menatap ponselnya tidak percaya. Berarti selama ini yang mengirim pesan dengan nama Bellina adalah perempuan itu.
Mereka mempermainkan aku.
...________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Kristi Yani
Agatha mau rebut kekayaan keluarga Redick setelah buat Redick bunuh diri sekarang dia mau nyingkirin belina, pasti Agatha juga yang bikin papanya Redick sakit
2022-11-27
2
fifid dwi ariani
trus sabar
2022-11-25
1
Nethy Sunny
rumit juga y bellena yg d kibuli reddick yg d singkirkan 🙀
2022-11-25
2