Jika ada kesempatan untuk hidup kembali, Reddick ingin menjadi orang yang baru. Mungkin itulah yang bisa ia pikirkan saat malaikat berpakaian serba hitam itu mengatakan itu. Bukan dirinya, si kacamata Reddick. Pecundang yang tidak memiliki keberanian untuk mengungkap rasa amarah. Reddick ingin menjadi sosok yang berbeda jauh dari dirinya yang dahulu. Namun, bukan berarti berubah menjadi orang lain secara drastis seperti sekarang.
Saat ini Reddick sedang tertegun mendapati wajah tidak asing di depan cermin. Manik matanya mengerjap tidak percaya. Sangat mengejutkan jiwanya sekarang ada pada tubuh selingkuhan istrinya, Lionel.
"Lionel? Kenapa dari sekian banyak orang, aku harus menjadi Lionel?" tanya Reddick seraya meraba wajah tampan milik cassanova ini. Tangannya mengepal memukul meja. Seketika ia merasa frustasi. Bagaimana mungkin jiwanya masuk ke dalam tubuh manusia yang paling di bencinya setelah Bellina. "Ini tidak mungkin. Ini tidak mungkin ..." Reddick menatap wajah di depan cermin dengan perasaan terguncang.
Mungkin ini adalah hukuman untuknya, seperti yang ia dengar tadi? Hukuman karena dirinya menyalahi aturan alam dengan memilih jalan bunuh diri padahal belum waktunya mati?
Tidak. Aku tidak bersalah. Bellina lah yang punya dosa besar dengan berselingkuh. Mengkhianati aku yang tidak pernah tertarik pada perempuan selain dia.
Reddick kembali menatap ke arah cermin dengan wajah kecewa dan marah.
"Haruskah aku menjadi pria brengsek ini?" Matanya terpejam teringat pria yang selalu menghiasi kiriman gambar pada ponselnya. Dia dan Bellina istrinya. Mereka berdua. Tangan Reddick mengepal keras. Kelopak matanya terbuka.
Pyaar!!! Tangannya memukul cermin. Rupanya, masuk ke dalam tubuh ini membuat Reddick punya banyak tenaga untuk mengekspresikan diri. Dia bisa mengungkapkan marah tanpa harus menahan diri. Dia memang berubah. Bukan lagi Reddick yang dulu.
Darah mengalir dari buku-buku jarinya. Cermin itu tidak lagi merefleksikan dirinya yang baru. Tubuh tegap dan wajah tampan Lionel. Ia tidak perlu lagi merasa aneh menghadapi takdir baru yang di pilih untuknya.
Tok! Tok!
Kepala Reddick beralih ke arah pintu. Membiarkan darah itu dialiri air hingga bersih. Ia tidak tahu siapa saja yang berada disini. Jadi ia tidak langsung mendekat untuk membuka pintu.
"Lion! Kamu tidak apa-apa? Aku mendengar suara pecahan kaca!" Suara perempuan menyahut dengan manja. Kening Reddick mengerut. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Bola matanya tengah mengamati dimana dirinya sekarang. Ia sedang berada di dalam kamar mandi. Tubuhnya tengah di balut handuk sepinggang. Kemungkinan ia berada di dalam kamar. Namun mengapa ada seorang wanita di sini?
"Siapa?!" tanya Reddick.
"Clara."
"Siapa kau?" tanya Reddick lagi. Handle pintu bergerak-gerak.
Klak!
"Hei, kamu jahat bertanya siapa aku. Padahal kita sudah melakukannya tadi malam." Tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka dan muncul seorang perempuan. "Ah Lion! Ada apa? Kenapa cermin itu pecah?" Manik mata Reddick menyipit. Merasa risih dengan penampilan perempuan itu. Dia hanya memakai bra dan CD. Dengan tubuh sintal itu, ia tidak sungkan bicara tanpa menutupi tubuhnya. Reddick melempar pandangan ke arah lain. "Tutup pintunya," pinta Reddick tanpa menoleh.
"Oh, kamu mengajakku bermain lagi?" tanya perempuan itu gembira seraya melangkah masuk dan hendak menutup pintu. Reddick terkejut dan menoleh sekejap.
"Bukan. Tutup pintu dan keluar," kata Reddick menahan marah.
"Keluar? Kamu bukan mengajak aku bermain di dalam bathub itu?" tunjuk wanita itu ke arah bathub bermotif marble di sebelahnya.
"Tutup pintu dan keluar!" hardik Reddick marah. Perempuan itu terperanjat kaget. Suara menggelegar Reddick membuat perempuan itu berhenti melangkah. Ia memilih tidak memaksakan diri untuk tetap masuk lebih dalam ke kamar mandi.
"B-baik, Lion. A-aku akan keluar." Suaranya terbata-bata. Perempuan itu segera membalikkan tubuh dan menutup pintu.
"Brengsek," umpat Reddick marah dan kesal. Ia kembali menatap wajah tampan itu di sela-sela cermin yang pecah. "Sungguh takdir yang buruk. Aku tidak bisa terima ini. Aku tidak ingin menjadi Lionel. Aku ingin menjadi seseorang yang lain." Kepala Reddick menunduk. Seakan kembali hidup menjadi bebannya.
Dengan masih berlilit handuk di pinggangnya, Reddick keluar dari kamar mandi. Raut wajahnya keruh lagi saat melihat perempuan yang masuk ke dalam kamar mandinya tadi masih ada di sana.
"Kamu sudah selesai mandi, sayang?" Perempuan bernama Clara itu mendekat. Dia masih belum memakai pakaiannya. Hanya satu set bra dan CD yang menempel di tubuhnya.
"Apa aku belum bilang kalau kau harus keluar?" tegur Reddick.
"Kamu bilang ..."
"Keluar ...," desis Reddick menyuruh perempuan itu pergi.
"Tapi sayang ..."
"Keluar!!! Jika kau tidak keluar sekarang, aku yang akan mengeluarkan mu. Aku akan menyeret mu," ancam Reddick dengan wajah merah dan ingin membunuh.
"I-iya. A-aku akan keluar. Tenang ... Tenanglah ..." kata Clara takut-takut.
"Jangan banyak bicara. Cepat keluar sekaranggg!!!" hardik Reddick. Perempuan itu tidak lagi punya kesempatan memakai pakaiannya. Ia langsung menyambar selimut di atas ranjang king size dan berlari keluar kamar. "Argggh ..." Reddick menggeram kesal.
Mata Reddick mencari-cari pakaian. Ia menemukannya di atas sofa.
Bruk!
Setelah berpakaian, Reddick duduk di atas sofa. Mendesah kesal dan menutup mata sebentar. Rupanya ia bukan berada di rumah. Tubuh ini sedang menginap di hotel. Dan Reddick paham apa yang terjadi antara tubuh ini sebelum jiwanya masuk ke dalamnya dengan perempuan tadi.
Kenyataan bahwa Lionel adalah player terbukti. Reddick berdecih dan merasa muak dengan tubuh yang dipakainya.
"Tubuh ini juga pasti sudah meniduri Bellina. Aku yakin," gumam Reddick dengan senyum getir. Manik matanya beredar melihat ke sekitar kamar hotel ini. Menghela napas. "Mungkin juga Lionel pernah mengajak Bellina ke sini." Lagi-lagi ada senyum pedih yang terlukis. Teringat lagi soal foto-foto yang memperlihatkan bahwa Bellina terlihat berdua dengan pria ini. Tersenyum dengan sorot mata bahagia. Itu membuat jari-jarinya mengepal.
Tiba-tiba terdengar suara bel pintu kamar. Kepala Reddick menoleh. Siapa? Wanita itu kembali lagi? Ia tidak kapok sudah di bentak? Dengan langkah tegap, Reddick berjalan menghampiri pintu. Mulutnya sudah menyiapkan kata-kata kasar saat perempuan yang menemani tubuh ini muncul lagi.
"Selamat pagi, Lionel. Oh, ini bukan pagi. Ini sudah siang." Seorang pria muncul di depan pintu dengan setelan jas yang rapi. Reddick menatap lurus pria ini. Sedikit berpikir tentang siapa pria ini. "Jangan bilang, kau lupa denganku karena sudah mengalami malam yang hebat dengan Clara?" Reddick masih menatap dengan tatapan jiwanya belum terkumpul karena terkejut bertemu dengan orang ini.
"Aku ingat denganmu. Masuklah Delvin." Reddick mempersilahkan pria itu masuk ke dalam kamar hotel.
..._____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Hanachi
duhhh .. double kill ya
2023-06-14
1
%ER%
aku suka ceritanya
2022-12-04
1
%ER%
iya dulu aku baca dah nyampe bab 33 klo g salah
2022-12-04
0