Beberapa hari.
"Apakah ada jadwal pertemuan dengan rekan bisnis?" tanya Reddick yang muncul di ruangan Delvin. Pria ini melihat Lionel dengan tatapan heran. Temannya itu makin menjadi sosok yang baru.
“Kaca mata?” tanya Delvin saat melihat kacamata yang di beli Lionel tiba-tiba. Lionel menyentuh kacamatanya.
“Ya. Aku merasa mataku sedikit buram saat mengerjakan sesuatu di komputer,” jelas pria ini tanpa menutupi kekurangan yang sebenarnya milik Reddick.
“Oh, aku baru tahu. Kamu tidak pernah cerita soal itu.”
“Aku tidak perlu cerita karena aku tidak pernah bekerja,” ujar Reddick benar.
“Yah. Itu memang benar,” kata Delvin seraya tergelak setuju. Namun dia masih melihat Lionel dengan tatapan keheranan. "Tidak ada jadwal pertemuan. Hanya ini." Delvin mengangkat sebuah undangan di atas mejanya.
"Apa itu?" tanya Reddick tidak mengenali undangan berwarna hitam itu.
"Undangan menghadiri peringatan kematian Reddick Wyclif. Suami Bellina,” jelas Delvin.
Deg. Jantung Reddick berdetak kencang. Seakan tidak setuju jika nama Reddick di sandingkan dengan kata kematian. Karena dirinya masih hidup. Meskipun dengan memakai raga orang lain, yaitu Lionel. Reddick Wyclif masih hidup!
"Lion? Wajahmu pucat. Kau sakit?" tanya Delvin yang menyadari tidak ada suara dari temannya, menoleh. Lionel memucat.
"Tidak. Aku sangat sehat,” sahut Reddick. Bahkan aku lebih sehat karena bangkit dari kematian. Aku Reddick yang hidup lagi dengan memakai tubuh Lionel si Cassanova.
"Kita akan menghadirinya?" tanya Delvin.
"Ya. Tentu saja.” Reddick berusaha menyunggingkan senyum meski jiwanya meronta karena larut dalam kesedihan.
...***...
Pikiran Reddick berkecamuk saat mobil melaju menuju rumah tempat tinggalnya dulu. Ada rasa bahagia dan marah kembali lagi di sana. Senang, karena ia akan melihat lagi tempat ia tinggal sejak kecil. Marah, karena ia harus bertemu dengan perempuan itu. Bellina.
Mansion miliknya tampak padat di kunjungi banyak orang. Delvin melangkah di sampingnya. Meskipun dia terlihat tangguh, sebenarnya ia rapuh kembali ke rumah ini. Dari sini segala sakit hatinya ada.
Deg, deg, deg ...
Di barisan keluarganya, wanita itu tampak masih cantik memakai pakaian serba hitam.
Bel ...
Langkahnya terhenti seketika.
"Lion? Ada apa?" tanya Delvin. Kepala Reddick terasa pening.
"Halo Lion! Bagaimana kabarmu?" sapa suara seorang perempuan. Reddick membuka mata. Itu Amber adiknya.
"Baik," sahut Reddick singkat. Setelah itu ia pergi meninggalkan Amber yang terheran heran.
"Dia kenapa, Delvin?" Merasa di abaikan, Amber memilih bertanya pada Delvin.
"Maaf, saya tidak tahu," sahut Delvin.
"Kenapa auranya negatif begitu? Seperti bukan Lionel saja," kata Amber sambil melipat tangan. Delvin Mengangguk dan pergi mengikuti Reddick yang melangkah lebih jauh ke dalam. Ia bisa melihat Bellina lebih dekat. Jantungnya berdegup kencang. Sekali lagi. Reddick tetap merasakan itu.
Kepala Bellina mengangguk. Menyapa dirinya yang datang sebagai tamu.
"Oh, Lionel! Kamu datang?" Itu Agatha, mama Reddick. Dia menyambut dengan gembira. Namun Reddick terlalu fokus menatap perempuan ini. Jadi mama tidak di pedulikannya. "Lion?" tegur mama sambil melirik ke arah Bellina. "Kamu ini ... " Mama memukul lengan Reddick pelan. "Berhenti menatap Bellina. Dia istri anakku." Reddick terkejut dengan teguran itu. Tersadar dari tatapannya yang tidak teralihkan pada Bellina, Reddick tersenyum tipis. "Ayo, duduk. Kamu belum makan?"
Sungguh mengejutkan bagi Reddick soal sikap mama pada pria cassanova ini. Dia baru tahu bahwa mama dan Amber tadi begitu mengenal Lionel.
"Kalian begitu peduli padaku," kata Reddick.
"Hei ... Apa yang kamu katakan? Tentu saja kita peduli ..." Mama tersenyum pada Reddick. Senyuman aneh yang pernah ia temukan dari sosok perempuan yang ada di depannya. Bellina hanya melirik sebentar tanpa peduli.
Kenapa tidak peduli Bellina? Bukankah Lionel adalah kekasihmu? Kau tidak bisa menunjukkan rasa cintamu karena ada mama dan keluargaku di sini? Memuakkan. Reddick mendengus. Kau sedang berpura-pura tidak dekat padahal di belakangku kau begitu mesra.
"Ayo, Lion. Kita duduk di sana. Bellina, bawa makanan ke meja sana. Aku dan pria tampan ini akan bercengkrama." Mama memberi perintah pada perempuan itu.
"Baik, Ma." Bellina mengangguk dan menuju meja di mana sudah tersedia berbagai menu makanan untuk para tamu. Bola mata Reddick tidak berhenti melihat ke arah Bellina.
"Kamu begitu menyukai Bellina ya?" Mama tersenyum menggoda. Reddick mengerutkan kening.
"Tante setuju jika aku menyukai Bellina?" tanya Reddick tidak serius. Dia hanya sekedar bicara.
"Apa yang kamu katakan? Masih banyak wanita lain selain dia. Bellina itu sudah janda." Bellina muncul dengan makanan ringan dan buah. Bola mata Reddick menatapnya. "Namun kalau kamu suka, Tante pasti setuju."
"Duduklah di sini, Bellina." Reddick mengumpulkan semua keberaniannya bicara dengan istrinya.
"Maaf, aku masih harus menerima tamu yang lain, Lion." Bellina menolak dengan halus. Namun dalam benak Reddick, itu bagai sebuah kepalsuan. Aku tahu kau hanya tidak ingin ketahuan, Bellina.
Setelah menolak bicara dengan Lionel, Bellina tidak muncul lagi. Pria ini memilih pulang dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sesaat matanya tertutup. Ingatan soal Bellina yang selingkuh kembali mencuat di pikirannya. Itu membuatnya terkejut dan bangun.
"Sial! Aku ingat lagi memori menyakitkan itu. Siaallll!!! Jangan lemah Reddick, jangan lemah. Kamu harus bisa membalas dendam pada Bellina. Dia harus merasakan sakit hati yang kau rasakan. Karena itu, aku akan membuatnya hancur melalui tubuh ini," desis Reddick dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.
...***...
Pekerjaan kantor lumayan membuat Reddick lupa akan memori saat dirinya bunuh diri. Namun usaha untuk menghancurkan perempuan itu tidak berhenti di sini. Dia tentu tidak ingin melepaskan kesempatan hidup kedua ini sia-sia.
Tanpa bertanya pun Reddick tahu berapa nomor ponsel Bellina. Ia sangat hapal. Sesaat sebelum menekan tombol panggil, ada pesan masuk. Reddick urung menelepon. Itu dari nomor Bellina. Perempuan itu mengajak bertemu. Senyum licik terlihat dari bibir Reddick.
"Kau mulai memperlihatkan aslimu, sayang. Aku yakin akan datang saat seperti ini." Reddick setuju mereka bertemu di suatu tempat. Tanpa mengajak bertemu, ternyata Bellina lebih dulu menghubunginya.
Tok! Tok! Pintu ruang kerja di ketuk seseorang. Sebelum Reddick mempersilahkan, orang itu membuka pintu sendiri. Ternyata Dalvin. Reddick mengenakan jas rapi seraya melihat ke pria ini.
"Ada pertemuan darurat?" tanya Delvin heran. Karena menurutnya tidak ada jadwal pertemuan siang ini. Ia berjalan mendekat seraya memperhatikan temannya dengan heran.
"Bukan pertemuan penting," sahut Reddick mencoba terlihat kurang antusias. Namun Delvin membaca sebaliknya. Dia menemukan ada kesenangan di balik raut wajah temannya ini.
"Perempuan? Kenapa aku baru tahu? Aku yakin bukan Clara." Delvin meletakkan dokumen di atas meja seraya berhenti tepat di depan Reddick.
...__________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Andriani
Lionel sama Amber n mamanya yg ada sesuatu... 🤣🤣🤣
2022-11-26
0
tististis
pinisirin makin kesini...
2022-11-26
2
Nethy Sunny
makin penasaran thor ada rahasia apa belina sama lionel
2022-11-25
4