...🌿🌿🌿...
Siang itu. Arga datang dan masuk dengan langkah yang tergesa-gesa menuju kamar miliknya.
Disana sudah ada Dokter dan juga beberapa pelayan yang menemani istrinya, Jendaya.
"Apa yang terjadi kepada Istri saya Dokter?" Tanya Arga segera setelah sampai disana.
"Selamat tuan Arga. Anda sebentar lagi akan menjadi ayah!" Jawab Dokter pribadinya dengan senyuman manisnya.
Arga seketika tersentak dan menghentikan langkahnya dengan wajah yang sulit di artikan. Begitu pun dengan Jendaya yang juga terlihat terkejut ketika Dokter itu mengatakan Arga akan menjadi seorang ayah.
"A-apa? di-dia hamil?" Tanya Arga terbata sambil menunjuk Jendaya dengan wajah yang masih dengan ekspresi terkejut yang sama dengan Arga.
"Benar tuan! Nona Jendaya sedang hamil!" Jawab Dokter Jordan. Yang membuat Jendaya dan Arga saling melemparkan tatapan tak menduga. Secepat ini? Rasanya Arga tidak menduga akan secepat ini mendapatkan seorang anak.
Arga duduk di kursi kerjanya sambil diam berpikir seorang diri. Sampai sebuah ketukan pintu terdengar dari arah luar.
"Masuk!" Seru Arga dari dalam dan Sekertaris pribadinya Hans pun memasuki ruangannya.
"Tuan! Sebentar lagi akan ada pertemuan dengan klien kita. Dalam lima belas menit, mereka akan datang ke kantor!" Ucap Sekertaris Hans.
Kening Hans mengkerut ketika Arga hanya diam dan tak menjawab ucapannya, "Tuan! Apa ada masalah?" Tanya Hans.
Arga mengangkat wajahnya dan menatap Hans, "Aku tidak mencintainya, dan aku juga tidak menyukainya! Tapi... Ketika aku mendengar perkataan Dokter yang mengatakan bahwa Jendaya hamil, aku merasakan sesuatu yang berbeda di hatiku. Aku tidak mengerti itu. Aku terus memikirkannya, apakah aku merasa bahagia karena akan menjadi seorang ayah? Atau aku hanya khawatir? Aku tidak mengerti!" Ungkap Arga yang terus berbicara sendiri disana yang membuat Hans langsung mengerti akan apa yang membuat tuannya itu gelisah saat ini.
"Tuan! Setiap laki-laki cepat atau lambat akan menjadi seorang ayah. Seharusnya tuan akan merasa bahagia. Dengan begitu, tuan akan mendapatkan seorang pewaris yang akan meneruskan kekuasaan mu tuan!"
"Kamu benar! Aku memang harus memiliki seorang pewaris. Tapi bagaimana? Apakah aku harus berhenti menyiksa kembaran Laras itu?" Tanya Arga.
"Tuan! Saya tidak bisa memastikan. Tapi saya hanya bisa berkata, jika tuan menginginkan bayinya, maka selama bayi itu belum lahir, tuan harus menjaga Nona Jendaya dengan baik agar tidak terjadi hal apapun kepadanya!" Jawab Hans.
Arga hanya diam memikirkan ucapan Hans. Dia menginginkan anaknya, tapi tidak menginginkan Jendaya. Tetapi, demi anaknya, setidaknya sementara waktu dia akan berlibur untuk menyiksa perempuan yang bergelar istri untuknya itu. Begitulah yang Arga pikirkan.
"Ya! Kau benar Hans. Aku harus menjaga calon anakku!" Gumam Arga kemudian.
Arga tiba-tiba berdiri yang membuat Hans seketika terkesiap.
"Cari makanan atau buah-buahan yang bisa di makan oleh ibu hamil. SetelH rapat nanti, aku akan seger pulang!" Perintah Arga dan segera mendapatkan anggukan kepada dari Hans.
Arga pun melangkah keluar setelahnya. Sementara Hans masih mengekor di belakang Arga.
Sore itu. Arga sudah duduk di dalam mobil dan bersiap untuk kembali kerumahnya.
Sebelum kembali, Hans sudah membelikan makanan dan buah-buahan yang di perintahkan oleh Arga sebelumnya kepadanya siang tadi.
Tidak lama, mobilnya terparkir tepat di depan rumah mewahnya. Beberapa pengawal datang membukakan pintu. Dan Hans berjalan memutar setengah berlari menuju bagasi mobil untuk mengambil barang-barang.
Sesampainya di kamar. Jendaya masih setia berbaring di tempat tidur sejak pagi. Arga ingin sekali memekiknya dan berteriak karena telah meniduri kasur empuknya yang sangat dia sayangi. Jendaya tidak pernah di ijinkan tidur disana sebelumnya. Namun ketika dia mengingat kata-kata Hans di kantor tadi, membuatnya menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan untuk menetralkan emosinya.
"Jendaya! Aku membawakan kamu buah!" Ujar Arga.
Jendaya seketika tersentak, dia sangat takut hingga membuatnya segera bangun dan berdiri di tepi ranjang.
"Ma-maaf tuan. Saya tidak bermaksud untuk tidur di kasur tuan!" Ucap Jendaya terbata. Tubuhnya bergetar hebat, takut jika sewaktu-waktu Arga kembali memukulnya seperti hari-hari sebelumnya.
Arga menyadari ketakutan Jendaya, dan dengan lembut dia membawa Jendaya kembali untuk duduk disana.
"Duduk! Duduklah!" Perintah Arga dan Jendaya pun menurut dengan ragu.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
bekti lukman08
lanjut author.. penasaran nih
2022-12-19
2
Nining Ardiyah
Lanjut thour semoga arga bucin ya ma jedaya, semoga dengan lahir nya baby jadi memper kuat hubungan jedaya ma arga, semangat terus thour 💪💪💪☺️
2022-12-16
2
Sadam Linda
ceritanx seru tp knp harus babx terputus jadi ngga semangat bacanx beda sama cerita yang lain.
2022-12-16
4