Bab 8

...🌺🌺🌺...

Di dalam kamar.

Selesai sholat. Jendaya membaca sebuah Alquran mini yang diberikan oleh Bik Inah di dapur. Suara lantunan ayat suci yang begitu merdu dan indah, ternyata telah membangunkan Arga dari tidurnya yang nyenyak.

"Siapa yang membaca bacaan sampah seperti itu?" Gumam Arga yang merasa marah karena telah menganggu tidurnya.

Arga bangun dan melihat Jendaya sedang duduk di atas sajadah panjang dengan balutan kain mukena yang menutupi seluruh tubuhnya. Jendaya terlihat sangat cantik di pagi hari dengan wajah teduhnya yang begitu menenangkan jiwa Arga.

Arga mendadak diam ketika melihat Jendaya. Dia yang awalnya marah, kini mendadak tenang setelah mendengar dengan jelas suara merdu seorang wanita yang tengah membaca ayat suci Alquran di dalam kamarnya.

Setelah selesai membaca Alquran mini tersebut, Jendaya mencium sisi depan buku, lalu mencium sajadah dengan sangat lembut. Tanpa dia sadari, ternyata Arga sedang menatapnya sejak tadi.

Jendaya bangun setelah mengemasi mukenanya, dan hendak pergi menuju pintu keluar.

Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat Arga sedang duduk di tepi ranjang dengan mata yang sedang menatapnya dengan tajam.

"Tu-tuan! Se-sejak kapan Tu-tuan bangun?" Tanya Jendaya terbata. tubuhnya mulai bergetar takut.

"Kenapa? Bukankah ini kamarku? Apa kamu mengusirku, aku bebas ingin bangun atau tidak disini" ujar Arga.

"Tidak tuan! Bukan begitu maksud saya!" Jawab Jendaya ragu. Takut, jika Arga akan marah kepadanya.

"Pergilah! Aku ingin mandi! Siapkan air hangat untuk ku!" Titah Arga.

"Baik tuan!" Jawab Jendaya. Lalu dia pun melangkah pergi menuju pintu keluar.

"Tunggu! Mau kemana?" Tanya Arga yang spontan menghentikan langkah Jendaya.

Jendaya berbalik, "Ingin membuat air panas ke dapur tuan! Bukankah tuan ingin mandi air panas?" Tanya Jendaya balik.

Arga menghembus nafas kasar, "Apa kamu juga tidak tau cara menyiapkan air panas di kamar mandi?" Bentak Arga.

Jendaya menunduk takut, "Maaf tuan! Saya tidak tau!" Jawab Jendaya jujur.

Arga menghembus nafas kasar, "Dasar tidak berguna. Cepat! Ikuti saya!" Arga turun dari kasurnya, lalu berjalan menuju kamar mandi. sementara, Jendaya mengikuti dari belakang.

"Sekarang! Buka baju ku! dan layani aku" Perintah Arga.

Jendaya menganga kaget, dia menatap Arga dengan mata yang melebar sempurna.

"Cepat! Apa kamu tidak mau? atau kamu sudah tuli sekarang?" Bentak Arga marah.

Jendaya masih diam dengan tubuh gemetar. Dia sangat gugup berada di dalam situasi seperti ini. Wajahnya memucat sakit gugupnya.

Arga kehilangan kesabaran. Wajahnya terlihat sangat merah karena menahan amarah, "Jangan sok suci ya kamu!" Hina Arga.

Arga menarik tangan Jendaya dengan kasar, membuat Jendaya gemetar ketakutan.

"Tuan! Tuan mau apa?" Tanya Jendaya khawatir. Wajahnya bahkan sudah basah karena air matanya yang sudah keluar.

Tubuhnya bergetar hebat, ketika Arga melepas bajunya dengan paksa.

Krekkkkkk!

Hanya dengan satu tarikan saja, baju dress yang di kenakan oleh Jendaya langsung koyak, dan menyisakan kedua tangan Jendaya yang spontan menutup dua buah gunung yang mengembul dari balik Bra-nya.

Arga semakin liar, matanya terlihat penuh hasrat yang tidak tertahan.

"Aku akan menghukum mu karena sudah menentang perintahku Laras!" Ujar Arga.

Lagi. Arga melupakan sesuatu. Sakit hatinya karena penghianatan Laras kepadanya, membuat dia merasa bahwa Jendaya pantas di hukum karena memiliki wajah yang sangat mirip dengan Laras, mantan calon istrinya yang kabur dari pernikahan.

"Tuan! Tolong ampuni saya! Maafkan saya tuan!"

Arga tidak mengindahkan permintaan maaf dari mulut Jendaya. Semakin Jendaya menderita, semakin dia menikmati penderitaan itu.

"Jangan naif Laras. Kamu pasti menginginkan tubuhku bukan? Semakin kamu melawan, semakin aku menyukaimu!" Ucap Arga dengan seringai liciknya.

"Tuan! Sadarlah. Saya Jendaya, dan bukan Laras!" Ucap Jendaya di tengah saat Arga mencoba menodai dirinya.

Jendaya semakin kewalahan menahan Arga yang semakin mendesak tubuhnya di di lantai. Keduanya terlihat sudah basah, ketika Arga dengan sengaja menghidupkan shower yang ada di kamar mandi.

"Tuan! Aku mohon, sadarlah!" Pinta Jendaya lagi yang terus meronta.

Plakkkkk! Plakkkkk! Plakkkkk!

Tiga tamparan keras mendarat di wajahnya dengan sempurna. Menyisakan bercak darah segar yang mengalir di sudut bibirnya yang mungil.

Jendaya tidak menyerah, dia tidak ingin menyerahkan kesuciannya begitu saja kepada pria asing. Apalagi, Arga adalah pria kejam yang tidak dapat di percayai.

Sementara Arga, terus menindih tubuh Jendaya dengan paksaan yang terus dia lakukan.

"Tu-tuan....."

Arga ***** bibir ranum Jendaya dengan sangat kasar. Kedua tangannya memegang tangan Jendaya dan mengunci tubuh Jendaya dengan tubuhnya.

Plakkkkkk! Plakkkk!

Kembali, Arga menampar pipi Jendaya dengan sangat kasar. Hingga membuat tenaga Jendaya melemah dan tak berdaya.

Ketika Jendaya sudah mulai menyerah, dan hanya menyisakan suara isak tangisnya, Arga langsung menyalurkan aksinya dan hanya dengan satu kali hentakan saja, sudah berhasil menembus gawang kenikmatan yang begitu memabukkan untuknya.

.

.

.

Bersambung.

Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️

Terpopuler

Comments

Anak ayam

Anak ayam

next

2022-12-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!