...🌾🌾🌾...
"Aku akan tetap menikahinya hingga Laras di temukan" lanjut Arga setelah sejenak berpikir.
"Baik tuan. Ini adalah data-data pribadi milik Jendaya, lengkap dengan nama kedua orang tuanya" Ujar Hans dengan memberikan sebuah map bewarna ke atas meja Arga.
Arga pun langsung membuka map itu dan membaca dengan seksama, isi tulisan yang ada di dalam map itu.
"Tuan tidak perlu khawatir akan Wali nikahnya. Karena saya telah membawa paman dari nona Jendaya. Jadi pernikahan tuan akan tetap sah di mata hukum dan agama" Sambung Hans menambahkan. Yang membuat Arga tersenyum puas akan kinerja sekertaris nya itu.
"Bagus! Kamu memang rekan ku yang paling terbaik. Ayo kita kebawah dan lanjutkan pernikahannya" Ujar Arga.
Arga berdiri dari duduknya yang di ikuti oleh Hans sekretarisnya. Kemudian berjalan keluar ruangan menuju Aula tengah pernikahan. Nampak Hans hanya mengekor dari belakang Arga menuju Aula.
Tatapan Arga sejenak beralih kepada Jendaya yang masih duduk dengan cemas di pelaminan.
senyuman tipis penuh arti mengukir begitu saja di bibirnya, membuat Jendaya curiga dan merasa khawatir akan senyuman yang Arga berikan kepadanya itu.
Arga kembali duduk di samping Jendaya setelah sampai di pelaminan, Jendaya hanya bisa tertunduk, tidak berani menatap Arga yang sudah duduk disampingnya itu.
"Boleh kita mulai sekarang tuan Arga?" Tanya sang penghulu.
Jendaya seketika mengangkat wajahnya yang tertunduk dengan cemas, lalu menoleh ke sisi kanannya dengan wajah yang sudah berkeringat dingin.
" *Jadi nama dia Arga. Semoga saja dia membatalkan pernikahan ini"* Batin Jendaya penuh harap.
Arga sedikit menoleh kepada Jendaya dengan sorot mata tajamnya, Jendaya seketika terkesiap dan kembali menunduk dengan takut.
" *Kenapa tatapan pria itu begitu menusuk? Aku sampai merinding melihatnya" gerutu* Jendaya lagi.
*"* Pernikahannya boleh kita mulai sekarang pak penghulu" Jawab Arga. Yang membuat Jendaya langsung melebarkan matanya, menatap Arga dengan tidak percaya, harapannya untuk batalnya pernikahan ini ternyata berujung sia-sia.
Arga mendekatkan wajahnya kepada Jendaya, lalu berbicara dengan setengah berbisik, "Jangan pernah berharap aku akan membatalkan pernikahan ini Jendaya Pratiwi Astuti,"
Jendaya langsung tersentak ketika nama aslinya di sebut oleh Arga, matanya melebar dengan sempurna, terkejut! Itulah yang ia rasakan ketika Arga menyebut nama aslinya dengan jelas di telinganya.
"Dari mana kau tau nama asliku?" Tanya Jendaya spontan membuat Arga menatap tajam ke arahnya, membuat Jendaya kembali menunduk takut.
"Bisa kita mulai sekarang pak penghulu" Ucap Arga. Penghulu itu pun mengangguk, lalu menjabat tangan Arga dan siap mengucapkan kalimat sakral itu.
"Saya terima nikahnya Jendaya binti Almarhum Hasan Humaidi dengan mas kawin sebentuk cincin mas di bayar tunai"
"Sah" Seru serempak semua orang.
Setelah ijab kabul terucap dari mulut seorang pria yang tidak ia kenal itu, Jendaya seketika merasakan tubuhnya membeku tanpa bisa bergerak, hidup dengan penuh penderitaan seakan sudah menyeru dirinya. Entah perasaan seperti apa yang harus ia tunjukan saat ini, separuh hidupnya seakan sudah mati karenanya.
Ijab qobul yang biasa senantiasa di hadirkan dengan kebahagiaan, serta perasaan yang menggebu karena ingin saling memiliki, namun ini seperti sebuah awal dari penderitaan yang akan ia terima nantinya. Ijab kabul yang di kenal sebagai hari paling spesial bagi setiap orang. Tapi, apakah itu berlaku untuk Jendaya?
Perasaannya begitu hampa, dunia seakan hancur tiada tersisa. Masa depan yang ia harapkan seakan hanya sebuah bayangan semu tanpa bearti, setelah seorang pria kejam mengikatnya dengan sebuah pernikahan.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Dewi_Malam
lnjut thor
2022-11-25
1