Bukan hanya Rania, ternyata ada seseorang lagi yang merasa kesal dengan kepergian Divara yang tiba tiba.
"Kenapa kamu selalu menghindari ku? katakan apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa membuka hati untukku?" pesan dari Abraham.
Divara memang sengaja membatasi menu panggilan di ponselnya selama berada di Jepang, sehingga ponselnya hanya bisa menerima pesan saja.
"Kamu tidak perlu melakukan hal sia sia karena sampai kapanpun hatiku hanya untuk Rafael" balas Divara.
"Sadar Divara, dia adalah robot... kamu bisa memilikinya dan memerintah dia sesuka hatimu, tapi tidak menjadikan dia sebagai pendamping.." balas Abraham dengan nada kesal.
"Kamu tidak perlu mengatur hidupku, carilah wanita lain di luar sana yang sesuai idamanmu" kata Divara lalu mematikan ponselnya.
Di lempar benda pipih itu ke kasur, dan sementara waktu tidak ingin menggunakan benda itu lagi.
Satu pekan telah berlalu. Rafael telah di beri tambahan sistem baru di tubuhnya, kepekaannya kini juga bertambah.
Hal tersebut merupakan berita gembira untuk Divara.
Sore itu juga mereka berpamitan dengan profesor dan segera kembali ke Indonesia.
Raut wajah gembira menyelimuti wajah Divara hingga mereka tiba di tanah air.
Keduanya turun dari pesawat dan berjalan ke arah mobil milik Divara yang di kendarai oleh supir.
Sudah bagaikan romeo dan juliet, dimana ada Divara di sana pasti ada Rafael.
Satu wajah geram melihat kebersamaan mereka dan sangat ingin menghancurkan hubungan keduanya.
Hari telah berganti, Divara sudah memulai aktifitas kembali di perusahaannya.
Tentu saja di tinggal satu ruang dengan pasangan hidupnya si robot Rafael.
Tok. .tok..tok..
Pintu di ketuk.
"Masuk" sahut Divara.
"Ada yang ingin bertemu dengan anda" kata Andin sekretaris Divara.
"Siapa?" tanya Divara.
"Aku...aku yang ingin bertemu denganmu.." kedatangan Abraham membuat suasana hati Divara menjadi berubah.
"Siapa yang menyuruhmu masuk?" tanya Divara.
"Diriku sendiri..!!" jawab Abraham yang terlihat mengibarkan bendera peperangan untuk Rafael.
"Ada urusan apa kamu ke sini? jika tidak ada kepentingan lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini..!!" tegas Divara.
"Ada tantangan bisnis yang ingin aku tawarkan pada manusia robot itu, jika dia mampu mengalahkan ku...maka aku akan menjauh dari kehidupanmu ..tapi jika dia yang kalah..maka kamu harus membuangnya jauh ke laut.. apa kamu berani menerima tantanganku?" ucapan Abraham tertuju kepada Rafael.
Dengan sigap robot itu menjawab,
"Berani!"
Ada rasa kekhawatiran di hati Divara mengingat bahwa Abraham bukan laki laki biasa, dia takut jika Rafael akan kalah.
"Besar juga nyali mu .... Baiklah besok pagi akan aku bawa berkas berkas yang bisa kamu pelajari dan kita mulai persaingan bisnis kita dengan taruhan Divara" satu kalimat yang mutlak dan tidak dapat di tarik lagi dari mulut Abraham.
"Kamu tidak bisa melakukan hal itu karena aku belum menyetujuinya.." kata Divara menyela.
"Tapi aku bisa melakukannya, ini hidupku dan kamu tidak perlu mengaturku...bukankah itu yang selalu kamu ucapkan padaku cantik???" tukas Abraham sambil mencolek dagu Divara dan spontan membuat Rafael emosi.
"Jangan dekati dia ....!" tegas Rafael sambil mencengkeram kerah baju Abraham.
Dengan sekuat tenaga Abraham melepas cengkeraman manusia robot itu lalu pergi meninggalkan mereka.
"Cari tahu apa kelemahan robot sial*an itu?" terdengar Abraham menelpon seseorang dengan nada kemarahan. Sepertinya dia akan melakukan kelicikan dalam bertarung bisnis dengan Rafael.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments