"Lagi mikirin apa sih?" tanya Rania mengagetkan Divara.
"Iihhhh, bikin kaget aja !" jawab Divara.
"Abisnya kamu ngelamun gitu, padahal aku manggilnya nggak kenceng loooh," kata Rania.
"Iya nih,aku lagi mikirin sesuatu," sahut Divara.
"Mikir apa ? jodoh ?" tanya Rania mencoba menebak pikiran Divara.
Divara menggeleng.
"Terus apa dong ? kalau bingung mikir duit, mikir kerjaan, nggak mungkin dong ? So, hidupmu sudah kaya tujuh turunan nggak bakalan habis, aku aja iri sama kamu. Beneran !" kata Rania jujur dengan apa yang dia rasakan kepada temannya selama ini.
"Iri?Apa yang kamu iri dariku haaa ?" tanya Divara.
"Banyak lah, kamu cantik, cerdas, kaya raya. Pokoknya perfect deh untuk predikat seorang wanita single," jawab Rania.
Divara tersenyum masam.
"Single, selalu gagal tidak punya orang tua, tidak punya keluarga. Kenapa nggak sekalian kamu iri sama yang itu juga ? yang kamu lihat dariku cuma satu sisi aja Ran" tangkas Divara.
"Uppsss Sory, bukan gitu maksudku," Rania berkata sambil mengatupkan kedua tangan.
"Udah deh, nggak apa apa kok. Itu memang fakta. Aku ingin mencari seseorang yang bisa menemaniku hingga tua, tanpa ada lagi rasa kecewa, rasa sakit, dan rasa kehilangan" jawab Divara.
"Emang ada? emmm maksudku, setiap manusia pasti ada kurangnya , dan marah serta kecewa itu bukankah perasaan yang manusiawi banget? Bahkan semua orang pasti pernah merasakan, juga termasuk kehilangan?" kata Rania.
"Kalau nggak ada , aku akan membuatnya sendiri !" jawab Divara.
"Maksud kamu ?" tanya Rania yang tidak faham maksud Divara.
"Lihat saja apa yang akan aku lakukan nanti," jawaban Divara membuat Rania memutar otak berkali kali.
"Kalau nggak ada, aku akan membuatnya sendiri ? kenapa sampai saat ini aku belum paham apa maksudnya?? apa mungkin karena jumlah saldo tabungan dan aset kita berbeda , sehingga pola imajinasinya pun berbeda? Iiih ngeri....," dengan lirih Rania berkata seperti itu.
"Apanya yang ngeri ?kamu juga mau aku buatkan sekalian?", tanya Divara yang ternyata mendengar ucapan Rania.
"Eh tidak, tidak, tidak ! Aku cari stok yang ada aja, nggak perlu di buatin. Beneran!" jawab Rania dengan mengangkat dua jarinya.
Malam hari. Divara tengah sibuk menatap layar laptop di depannya. Sepertinya dia sedang mempelajari sesuatu.
Sebuah nama yang dia klik yakni Sankai, seorang profesor System & Information Engineering di University of Tsukuba.
Beliau mempunyai sebuah perusahaan Cyberdyne di kota Tokyo yang merupakan produsen robot terbesar di Jepang. Seorang Milioner pencipta robot tercanggih dengan sistem IT terbaru.
Sosok itu sepertinya menarik perhatian Divara , untuk menemui dan membicarakan rencananya.
Dan tak mau mengulur waktu, gadis itu segera mempersiapkan petualangannya.
Tiket pesawat Divara ke Jepang telah di pesan, besok siang dia berangkat pukul 11.30 WIB.
Tujuh jam setengah lama perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju ke Tokyo Narita .
Keindahan kota Tokyo di malam hari menyambut kedatangan Divara di negeri Sakura.
Malam itu dia bermalam di Hotel New Otani Tokyo EXECUTIVE HOUSE ZEEN di kota Tokyo.
Hotel bintang lima dengan fasilitas VVVIP tercanggih , ternyaman dan termahal.
Sepanjang malam dia mencari tahu keberadaan Profesor Sankai. Bagi seorang ilmuwan hebat dan mempunyai perusahaan ternama, tidak lah sulit bagi orang lain untuk mengenalinya.
Alamat kediaman Profesor Sankai sudah Divara catat, besok pagi dia ingin menemui pria yang berusia 56 tahun tersebut.
Keesokkan hari di kediaman Profesor Sankai.
"Pagi nona..ada yang bisa saya bantu ?" sapa laki laki berkulit putih itu
"Iya Prof , saya butuh bantuan Profesor" jawab Divara dan kemudian menyebutkan apa tujuannya datang ke Jepang.
"Satu Milyar, itu biaya yang harus anda persiapkan" jawab Profesor Sankai.
(Jangan lupa follow me biar makin cintaaa sama othornya...♥️♥️🤩)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments