BAB 14. MENERIMA LAMARAN

Rany seketika terdiam, dia memandang lekat kearah dua bola mata Arfan. Ada getaran aneh saat Rany melakukan itu.

"Apa dia benar-benar serius ataukah ini hanya untuk menyenangkan Erika saja?," itulah pertanyaan pertama yang muncul di hati Rany.

"Ran, jika kamu memang belum siap itu untuk Aku relah, tapi tolong jangan beri kesedihan yang kedua kalinya untuk Erika, dia begitu mendambakan kasih sayang seorang ibu di masa pertumbuhanya, Dan Aku sangat yakin kalau kamulah orang yang tepat untuk mengganti posisi almarhuma ibunya," Arfan menggengam erat tangan Rany.

Dilema ya, tentu saja itu yang dirasakan Rany kalah itu. Di saat dirinya belum benar-benar siap untuk menjalani sebuah biduk rumah tangga dan rasa sayangnya pada Erika yang sudah mengisi hari-harinya selama ini.

"Tapi Aku belum sepenuhnya yakin kalau Aku mampu menjadi orang tua buat Erika. Aku takut tidak bisa menjadi ibu terbaik untuknya," balas Rany yang masih terus menatap pada Arfan.

"Aku yakin kamu bisa, dari perhatianmu selama ini Aku sudah bisa menilai kalau kalian berdua itu memiliki ikatan kasih sayang begitu Erat," sambung Arfan meyakinkan Rany.

Rany sudah tidak bisa berbuat banyak, sebelum mengambil keputusan Rany menatap kearah Erika yang saat itu sedang menunduk kemudian melanjutkan menatap kearah nenek Nuri.

Nenek Nuri juga hanya bisa terdiam karena dia tidak bisa memutuskan hal itu, Semua keputusan ada pada Rany karena kelak dialah yang akan menjalani kehidupan berumah tangga bersama Arfan dan Erika.

"Baiklah kalau Tuan sudah mempercayakan Erika padaku, Aku akan menerima lamaran ini dan Aku iklas menjadi istri tuan,"

Erika yang saat itu tertunduk seketika mengangkat kepalanya setelah mendengar keputusan dari Rany.

"Apa ayah dan bunda akan segela menikah?,"

Arfan dan Rany saling menatap kemudian saling mengangukkan kepala sembari tersenyum padanya.

Erika seketika berdiri dan berdari menghampiri mereka.

" Ayah, bunda, telima kasih, ini adalah kado kedua telindah di hali ulang tahunku. Elika sungguh sangat menyayangi kalian," Eriaka yang saat itu berada di antara Arfan dan juga Rany.

"Kami juga sangat menyangimu sayang," ucap Arfan dan Rany sambil mencium pipi gembul Erika.

"Kalau kalian berdua sudah setuju, terus kapan acaranya kita gelar?," nenek Nuri yang saat itu sudah tidak sabaran menantikan pesta pernikahan antara Rany dan juga Arfan.

"Aku terserah ade Rany saja," balas Arfan.

Rany yang mendengar namanya di panggil ade oleh Arfan sungguh merasa sangat geli, Ingin sekali rasa dia berlari ke semak belukar untuk menyembunyikan wajahnya disana sakin malunya pada Erika dan juga nenek Nuri.

"Rany, semua keputusan ada padamu, kamu tinggal tentuin kapan pesta kalian akan di gelar," kini pertanyaan nenek Nuri berpaling pada Rany.

"Lebih cepat lebih baik, tapi pestanya jangan terlalu ramai. Kita undang keluarga kecil kita saja," balas Rany.

"Tapi dek, ini adalah pesta pernikahan kamu yang pertama, semua perempuan pasti ingin pestanya meriah di hari persandinganya, Kenapa kamu hanya menginginkan pesta yang sangat sederhana. Kalau masalah keuangan yang Ade pikirkan Kakang sanggup kok untuk membiaya semuanya jika Ade mau!," Arfan yang begitu heran mendengar jawaban dari Rany.

"Kalau Tuan tidak mau ya sudah," Rany memalingkan pandanganya.

"Baiklah-baiklah tapi dengan satu syarat, kamu tidak boleh memanggil Kakang lagi dengan sebutan Tuan, oke,"

"Terus Rany harus panggil apa?,"

"Kakang," jawab Arfan dengan cepat hingga membuat nenek Nuri dan Erika saling menggelengkan kepalanya.

"Erika, belum menikah saja sudah begini jadinya apa lagi kalau sudah,"

"Iya nek, Elika tidak tahu pikilan olang dewasa itu sebenalnya bagaimana," balas Erika masih menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu nenek yang akan putuskan, lusa kalian akan menikah,"

"Apa, lusa?, apa tidak kecepatan nek?," Rani begitu kaget mendengar keputusan nenek Nuri.

"Kata bunda tadi makin cepat makin baik bukan?," Erika tertawa melihat ekspresi wajah Rany.

"Iya, betul kata Erika, kamu sendiri bukan yang menginginkanya," nenek Nuri yang membenarkan ucapan Erika.

"Kalian bertiga bersatu untuk hal ini bukan?,"

Arfan, nenek Nuri dan Erika seketika tertawa mendengar ucapan Rany.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Dua hari kemudian.....

Kediaman Arfan terlihat biasa-biasa saja sepeti tidak ada sesuatu yang akan terjadi di gedung mewah itu.

Seorang penghulu sedang berjalan bersama beberapa rekanya memasuki rumah Arfan dan di sambut oleh Arfan dari arah pintu masuk.

"Silahkan masuk pak penghulu," sambut Arfan sambil menyalami tangan pak penghulu.

"Terima kasih Tuan Arfan, Apa penganti perempuanya dan pengantar pengantinya sudah siap tuan?," jawab pak penghulu itu pada Arfan.

"Mungkin sebentar lagi pak, Ayo masuk dulu kita tunggu mereka di dalam saja," ajak Arfan pada pak penghulu dan beberapa rekanya.

Pak penghulu dan rekan-rekanya segera masuk dan menuju kearah ruang tamu yang sudah di dekorasi sedemikian rupa untuk sebuah pesta pernikahan.

Sementara itu di dalam kamar tampak Rany sedang dirias. Ada dua orang sedang terlihat merias wajahnya kala itu.

Wajah Rany bagaikan disulap menjadi seorang ratu oleh dua penata rias yang sengaja Arfan datangkan dari sebuah manegement artis.

"Nona apa kami bilang, Anda itu terlihat sangat cantik, sungguh sangat mirip dengan Rini. Walau pun wajah kalian mirip tapi keunggulan Anda ada pada warnah kulit yang jarang di miliki oleh perempuan indonesia pada umumnya. Kami berdua begitu bangga mendandani Anda, betul kan Dewi?," tanya penata rias itu pada temanya.

"Betul sekali Any, ini adalah moment paling berharga yang jarang sekali bisa kita temukan," balas Dewi.

"Kalian ini padai sekali merangkai kata, tapi bila dilihat-lihat wajahku memang sangat mirip dengan Rini," Rany memengangi wajahnya dan mengusapnya dengan sangat lembut.

Tidak lama kemudian, dua ketukan dari arah pintu terdengar, Any segera pergi membuka pintu dan menemukan nenek Nuri dan juga Erika berdiri disana.

"Silahkan masuk Nyonya dan juga nona Erika yang imut," Any menyentuh pipih Erika mengginakan jari telunjuknya.

"Terima kasih," jawab keduanya serentak

Nenek Nuri dan Erika segera masuk dan begitu terkagum saat melihat wajah Rany yang sudah hampir selesai di dandanin oleh Dewi.

"Waw, bunda bagaikan princes," Erika begitu gembira sembari melompat.

Terpopuler

Comments

Tatik R

Tatik R

banyak typo nya thor

2022-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!