BAB 2. MEMENUHI KEINGINAN ARFAN.

"Rini, apa secepat itu kamu melupakan kebersamaan kita, kebersamaanmu dengan Erika yang sudah menganggapmu sebagai ibu,"

"Saya benar-benar tidak mengerti dengan semua ini, Saya ini Rany bukan Rini, coba Tuan tatap saya baik-baik, semirip apa pun kami pasti ada sesuatu yang berbeda diantara kami,"

Arfan maju dan mendekati Rany, inci demi inci Arfan memperhatikan Rany hingga dia menemukan perbedaan antara Rany dan Rini yaitu pada tatapan mata mereka.

Jika Rini memiliki tatapan mata tajam maka Rany sebaliknya, dia meiliki tatapan mata yang teduh.

"Iya kamu ini bukan Rini, tetapi kenapa kalian bisa semirip ini, atau jangan-jangan kalian berdua itu kembar?,"

"Mana mungkin kami kembar, Rini pasti berpenampilan glamour sedang saya, Tuan bisa lihat sendiri bukan?. kemungkinan Kami hanya tujuh diantara manusia yang memiliki kemiripikan wajah yang hampir sama,"

Arfan mengangguk kecil dan beberapa kali memandang Rany. Dia seolah-olah begitu kagum dengan ciptaan Tuhan yang itu, Menciptakan dua manusia yang hampir seratus persen sama.

"Kalau sudah tidak ada lagi yang Tuan ingin bicarakan, baiknya saya permisi dulu,"

Arfan tidak menjawab dia hanya mengangguk.

Setelah mendapat anggukan kepala dari Arfan, Rany pun berbalik badan dan melangkah kearah pintu keluar.

Pelan-pelan sekali Rany memutar gagang pintu dan menariknya.

Belum juga dia keluar sesorang sudah berdiri di depan pintu sambil merapatkan telinganya pada daun pintu.

"Ibu lagi ngapain?," tanya Rany pada ibu Karlota.

"Eee..anu.....Ah sudalah, cepat kembali ketempatmu, teman-temanmu sudah sedari tadi bekerja," ibu Karlota terburu-buru meninggalkan tempat itu.

Rany menggeleng kepalanya, dia tahu kalau perempuan parubaya itu lagi menguping pembicaraanya dengan Arfan.

Rany kembali bekerja seperti biasa bersama Maya melipat kain yang sudah di potong oleh karyawan lain.

"Ran, ibu karlota tadi memanggilmu karena masalah keterlambatanmu atau ada masalah lain?," tanya Maya menghentikan aktifitasnya sejenak lalu kemudian kembali melanjutkan melipat kain-kain yang ada di hadapanya.

"Bukan ibu Karlota tapi bos baru kita?,"

"Apa bos baru kita.," suara Maya begitu nyaring hingga para karyawan yang ada di tempat itu seketika berbalik menatap kearah mereka.

"Hiii..kamu ini, coba lihat karena ulahmu teman-teman lain pada melihat kita bukan?," Rany menepuk pundak Maya atas ketelediranya.

"Iya maaf, tapi ada keperluan apa bos baru itu memanggilmu, apa kamu mengenalnya atau dia mengenalmu?," tanya Maya yang kini penasaran.

"Dia bilang Aku Rini tunanganya bahkan wajah kami mirip sekali,"

"Benarkah, atau memang kamu benaran ada kembaran seperti mimpi nenekmu selama ini?,"

"Entahlah, Aku juga tidak mengerti. Kalau pun iya kenapa nenek menyembunyikan ini padaku, Sudalah Ayo kita lanjutin nanti ketahuan ibu karlota,".

Keduanyapun melanjutin kerja mereka hingga jam istirahat berbunyi.

para karyawan dalam ruangan itu bubar dan menuju kearah kantin. Begitu pun yang dilakukan oleh Rany dan Maya.

Keduanya bergegas menuju kearah tempat yang biasa mereka rempati untuk menyantap hidangan yang sudah di sediakan oleh pihak pabrik.

Belum sedikit pun mereka menyentuh hidangan yang ada di hadapanya, suara riuh para karyawan terdengar setelah melihat kemunculan Arfan dalam ruangan itu dan berjalan mendekati Rany dan juga Maya.

"Ganteng banget," ucap salah seorang karyawan dengan mata berbinar-binar menatap kearah Arfan.

"Iya, walau dia terlihat dewasa tapi dia begitu mempesona, membuat duniaku teralikankan padanya, Ya Tuhan jodohkanlah Aku denganknya," balas temanya yang saat itu duduk saling berhadapan.

Keduanya pun tertawa kecil sambil terus memperhatikan Arfan mendekat kearah meja Rany dan Maya.

"Apa boleh kamu ikut denganku?, Erika putriku sangat membutuhkan kehadiranmu sekarang," ucap Arfan dengan tatapan mata sedikit memohon.

"Kenapa harus saya, lagian dia tidak mengenalku, apa tidak aneh jika saya muncul secara tiba-tiba di depanya,"

"Tolonglah kali ini saja,".

Sebelum menjawab Rany menatap kearah Maya dan dianggukkan pelan oleh sahabatnya itu.

"Baiklah kalau begitu, tapi hanya kalbi ini saja bukan?,"

"Iya, Ayo ikut," Arfan menggenggam erat tangan Rany dan membawanya keluar.

Para karyawan dan pengelola kantin hanya bisa terdiam melihat kepergian mereka berdua.

Arfan terus membawa Rany ke arah pintu keluar sambil menggenggam erat tanganya.

Semua tatapan mata mengarah pada mereka berdua tapi tidak membuat Arfan menghentikan langkahnya dia lebih percaya diri dan menggap pandangan mata itu hanya ilusi semata.

Lain halnya dengan Rany dia hanya tertunduk dan tak berani untuk mengangkat kepalanya.

Setibanya di depan mobil, Arfan membuka pintu untuk Rany dan mempersilahanya untuk masuk.

"Rany, Aku berharap padamu setibanya di rumah kami, kamu bukan Rany melainkan Rini. Kamu adalah satu-satunya obat yang bisa mengobati kerinduan putriku pada Rini," ucap Arfan saat mereka sudah berada di dalam mobil dan melaju menuju kediaman Arfan.

"Tapi apa putri tuan tidak akan curiga kalau sebenarnya Aku ini Rany bukan Rini. Aku takut kelak jika dia mengetahui semuanya dia akan sakit hati,"

"Nanti kita lihat bagaimana reaksinya padamu, semoga saja dia mengangapmu sebagai Rini. Sehingga dia bisa kembali menjalani kehidupnya seperti dulu lagi,"

"Baiklah, Aku akan berusaha sebaik mungkin agar Erika kembali seperti dulu,"

"Terima kasih banyak Rany, kamu adalah satu-satunya harapan untuk mengembalikan Erikaku menjadi malaikat kecil seperti dulu sebelum Rani pergi meninggalkan kami" Arfa kembali menggengam tangan Rany.

"Sama-sama tuan, tapi tidak usah berlebihan seperti ini," Rany mencoba menarik tanganya dari genggaman tangan Arfan.

"Iya, maaf," Arfan mengalikan padanganya luar jendela.

Tidak lama kemudian, pak sopir menghentikan mobilnya di depan pintu utama sebuah rumah mewah dengan desain eropa kekinian.

Arfan dan Rany segera keluar dari dalam dan melangkah menuju pintu masuk. Belum juga mereka menginjakkan kaki di dalam ruangan megah itu seorang pelayan berlari kecil menghampiri mereka.

"Untung tuan cepat datang, kalau tidak, bibi sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk menghadapi nona Erika. Sedari pagi hingga menjelang siang begini nona Erika belum menyentuh makan sedikit pun. Dia hanya terus menangis sambil memandangi poto-poto nona Ri......,"si bibi menghentikan ucapanya tak kalah melihat Rany berdiri di samping Arfan.

Arfan sedikit tersenyum, ternyata bibi sama seperti dirinya yang menganggap Rany itu adalah Rini.

"Ayo masuk," kembali Arfan memegangi tangan Rany seperti yang sering dia dilakukan pada Rini saat mereka bersama.

Rany mengangguk kecil dan tersenyum tipis pada bibi yang saat itu masih terpaku menatapnya.

Keduanya masuk kedalam sebuah kamar berukuran besar dan mendapati seorang gadis kecil berumur empat tahun sedang membelakangi mereka sambil memeluk sebuah bingkai berukurang sedang.

Terpopuler

Comments

Deriana Satali

Deriana Satali

Nanti Rini yg merebut Arfan dari Rany
setelah Rany nikah dengan Arfan

2022-11-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!