Aku masih di tempat yang sama dan aku ingin menutup kembali wajahku. Namun tangannya memegang pergelangan tanganku. Dia menggelengkan kepalanya.
" Jangan menutupi apapun dariku karena kamu halal bagiku," ucapnya. Aku kembali dilanda demam lokal.
"Mas aku belum terbiasa ," jawabku pelan.
" Maka biasakanlah," jawabannya membuatku melongo. Dia hanya tersenyum seperti itu.
" Sayang banyak hal yang ingin kutanyakan padamu? Maukah kamu menjawab pertanyaanku ini," ucapnya padaku.
"Apa? Kenapa banyak baru kemarin kita bertemu lagi setelah 3 tahun lalu," jawabku dengan ketidaksengajaan.
" Benarkah ? Kapan kita bertemu?" tanyanya memulai, aku sudah terjebak oleh situasi ini.
" Siang itu ... Sebelum mas ceramah untuk pertama kalinya di pondok setelah lama tidak mudik," jawabku singkat
" Kamu gadis kecil itu? Yakin?" tanyanya penuh selidik, aku hanya mengangguk pasrah.
" Kenapa kamu menghindariku?"
" Yang ini perlu kujawab juga mas?"tanyaku balik.
" Tentu saja ..." jawabnya enteng
"Hmmmm ... Aku takut bertemu denganmu mas, apalagi saat mengetahui kamu adalah calon kakak iparku. Aku tidak berani barang sedikitpun menatap sesuatu yang menjadi milik kakak," ucapku pada suamiku. Dia mulai heran dengan ucapanku.
" Kenapa harus takut? Seharusnya sebaliknya," jawanya penuh penekanan.
" Ada tragedi diantara kami mas, hal itu juga yang pada akhirnya membuatku berpisah dengan mama dan papa." jawabku lesu, namun tangan itu kembali menyentuh kulitku kali ini memegang daguku.
" Bolekah mas tahu ada apa diantara kalian?" tanyanya. Namun aku menggeleng. Dia mulai paham bahwa saat ini air mataku sudah tidak bisa dikondisikan.
" Kenapa harus aku mas yang menikah denganmu? Bagaimana jika kakakku murka," ucapku sambil tergugu. Gus izdi kali ini tak memberikan jarak diantara kami, dia memelukku dan membelai hijabku. Aku jadi semakin menangis sambil mengatakan hal yang membuat dia tertawa kecil.
"Sudah jangan menangis lagi, semua akan baik-baik saja," ucapnya padaku.
"Mas kakak sangat mencintaimu, kenapa dengan mudahnya kamu melupakannya," cecarku pada izdi.
"Tenanglah sebentar ... Fatimah harus tahu keadaan sebenarnya jika dia kembali suatu saat nanti. Aku memilihmu karena aku sedang tidak ada pilihan lain. Yang kupikirkan kamu selalu menghindariku dari pertama kita bertemu. Kenapa? Apa aku pernah menyakitimu sebelumnya?" tanyanya membuatku kembali diam.
"bolekah aku menghindari pertanyaan ini?" tanyaku
" Jawablah ... "
" Mas kumohon jangan yang satu ini."
" Aku suamimu aku berhak atas apapun yang ada pada dirimu, dosa dan pahalamu adalah tanggung jawabku. Jika aku saja percaya menikahimu bukan kesalahan maka kamupun yang menyetujui harus percaya bahwa semua ini adalah awal dari hubungan kita," ucapnya panjang lebar.
" Mas ... Wardah mohon yang satu ini biar wardah simpan sendiri, yang jelas aku tdk punya kesanggupan untuk bercerita." jawabku.
" Apakah aku tidak berhak atas dirimu saat ini?" tanyanya membuatku hatiku sakit.
" Mas .... Sebenarnya mohon maaf sekali jika wardah lancang. Wardah mencintai mas sebelum wardah tahu mas adalah kekasih dari kakak fatimah. Maafkan wardah karena hal itu nama mas selalu muncul di setiap doa sepertiga malam. Mungkin doa itu yang menyebabkan saat ini aku terjebak diantara kalian berdua," jawabku supaya dia tidak merasa berhak atau tidak atas diriku dan aku ingin berlari gus izdi menarik tanganku kembali sehingga membuatku terjatuh dalam pelukannya.
" Astaghfirullah ... Maaf- maaf mas wardah tidak sengaja," ucapku yang membenahi posisi salah saat ini. Dia kembali bertanya.
" Kenapa kamu menyebutkan namaku dalam doa sedangkan kita hanya bertemu sekali? Yakinkah kamu dengan doa itu?" tanya gu iz padaku.
" Karena kebaikan siang itu dan paras mas yang menawan. Sholat juga sangat rajin, apalagi ceramahnya sangat indah. Namun jujur saja menikahi mas Iz bukanlah impianku, semua hanya aku ikuti secara nalar. Logiku juga masih berfungsi mas," jawabku.
" Kenapa bukan impianmu? Bukankah aku orang yang kamu cintai?" tanya gus iz padaku.
" Karena kakakku sangat mencintaimu," jawabku yang kemudian berlari ke kamar mandi. Karena aku sudah tidak sanggup lagi berhadapan dengannya. Aku tutup rapat pintu kamar mandi.
" Kamu harus bahagia bersamaku Wardah, kita mulai semuanya dari awal," monolog gus izdi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Jumadin Adin
kekuatan doa mmg tidak bisa diragukan kedahsyatan
2023-11-21
2
bobo
masyaallah itulah kekuatan doa
2023-04-08
3
Kholil Al Qassam
wardah
2023-01-31
1