...Selamat membaca...
...Silahkan meluangkan waktu untuk memberi Like, komentar, serta jangan lupa untuk berlangganan, vote dan beri hadiah untuk JyRu jika berkenan ☺️...
...Terima kasih...
...|JyRu 18|...
Nenek JyRu menatapku penuh telisik. Beliau seperti tidak suka dengan kehadiran ku disini seperti dulu. Jika beberapa waktu lalu beliau terlihat menerimaku, hari ini entah mengapa terlihat begitu berbeda.
JyRu membawa nampan berisi dua cangkir teh panas dan beberapa potong kue gulung yang terlihat enak karena ada isian selai didalamnya. Mataku tak lepas dari kue yang menggugah selera itu hingga membuat JyRu terkikik geli.
“Silahkan dimakan. Maaf jamuan seadanya.”
Aku mengibaskan tangan. “T-tidak. Ini sudah lebih dari cukup. Aku yang merepotkan kamu dengan bertamu kesini. Maaf.”
Kembali, JyRu tertawa.
“Maaf, nenek memang tidak terlalu suka jika rumah kedatangan tamu.”
Aku bisa paham itu. Tapi bisakah memberi aku alasan yang jelas agar aku tidak menebak dengan asumsi negatif yang aku buat tanpa ada dasar? Karena jika seperti Itu, aku merasa sama saja dengan orang lain yang memandang JyRu berbeda dan berakhir menjauhinya. Ya, aku tidak mau disebut orang yang ikut andil melakukan perundungan karena pada dasarnya aku memang tidak ingin merundung atau membeda-bedakan siapapun.
Seperti yang sudah aku katakan tadi, aku datang untuk memastikan rumah JyRu. Memastikan jika teras rumah yang ditempati JyRu, adalah teras rumah yang sama yang ada didalam mimpiku.
Semuanya terjawab ketika aku memijakkan kaki diteras rumahnya tadi. Tidak sama, berbeda dan cukup signifikan.
Jika didalam mimpiku, teras rumah itu disangga oleh dua saka kecil seperti bambu, sedangkan rumah JyRu, disangga oleh tiang kokoh seperti beton cor, namun ukurannya tidak terlalu besar. Kedua, atap rumah dalam mimpiku terlihat berumur dan nyaris rusak. Tapi rumah JyRu, terlihat baik-baik saja dan masih kokoh. Ditambah lagi sulur-sulur yang merambat hampir menyentuh ubin teras, tapi rumah JyRu bersih dari itu. Bahkan terdapat bunga-bunga kecil yang terlihat baru saja tumbuh dan hendak berbunga.
Apa itu sudah menjadi bukti kuat, jika JyRu dan neneknya tidak ada hubungannya dengan makhluk hitam itu?
Lalu, siapa yang dimaksud sosok hitam yang akan dimakan hatinya, dan menyuruhku untuk membuatnya patah hati?
Sumpah demi apapun yang hidup di muka bumi, aku sama sekali tidak mengerti kenapa diriku sekarang terasa begitu asing untuk diriku sendiri.
“Melamun?” tanya JyRu memecah lamunanku yang masih saja sibuk berfikir untuk apa makhluk itu hadir dalam mimpiku.
“Ah, maaf. Ada sesuatu yang sedikit mengganggu pikiran ku.”
JyRu mengarahkan anakan rambutnya yang jatuh didepan wajah. Ia menunduk dan mencuri pandang ke arahku.
“Lalu, dimana nenek sekarang?” tanyaku ingin memastikan jika sang nenek tetap dirumah dan tidak pergi keluar di hari yang mulai gelap.
“Didalam. Mungkin sedang istirahat.”
Aku mengusap tengkuk leherku karena gusar.
“Boleh aku bertanya?”
JyRu mengangkat wajah menatap kepadaku. “Silahkan.”
“Apa ... kamu akan tersinggung jika aku bertanya tentang sesuatu yang berhubungan dengan ramuan yang saat itu diberikan nenek untukku?”
JyRu terlihat mencoba mempertahankan ekspresi wajahnya setelah mendengar pertanyaan yang aku ucapkan.
“Tidak.”
Merasa tidak enak, aku menggaruk pelipis demi mengalihkan rasa segan yang tiba-tiba muncul.
“Doce gumbl, kamu pernah menyebut nama itu. Siapa dia?”
JyRu terperangah. Ia tidak pernah menduga jika aku masih mengingat nama itu meskipun kejadian waktu itu sudah terhitung beberapa hari lewat.
Ketika JyRu masih memilih diam, aku melanjutkan rasa penasaran ku dan bertanya sesuatu penting yang lainnya.
“Apa hubungan antara ramuan buatan nenek, jiwaku yang terancam, dan ... Doce Gumbl.”
JyRu terlihat kebingungan. Aku bisa melihat dengan jelas raut wajahnya yang terlihat gusar dan tidak kenal menatap mataku. Ada hal besar yang sedang ia sembunyikan.
“Lalu mimpiku, mengapa semua terasa semakin menakutkan?”
JyRu berhenti membuat dirinya terlihat gelisah. Ia diam dan tidak melakukan apapun selain menatap lekat bola mataku. Sesuatu seperti sedang mencari diriku melalui tatapan mata JyRu.
“Dan juga, aku merasa mimpiku begitu nyata? Apa mimpi itu memang sebuah kenyataan?”
Aku harap, JyRu bisa menjawab rentetan kalimat tanya yang aku lontarkan beruntun beserta rasa penasaran dalam benakku ini.
“Art, bisakah kamu hanya diam saja dan tidak peduli?”
Aku mengerutkan kening. “Sebenarnya aku ingin begitu. Tapi, rasa penasaran memintaku untuk tau banyak hal. Termasuk kejadian-kejadian aneh yang terjadi padaku akhir-akhir ini.”
“Mungkin itu hanya ilusi dan delusi ingatanmu.”
“Tapi kamu juga pernah mengatakan itu. Jadi kupikir itu bukan ilusi maupun delusi otakku.” tebak ku mencoba mempertahankan apa yang menjadi keinginan untuk tau.
JyRu menghela nafas dan menggigit bibirnya. Ia berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah sebentar, kemudian berjalan keluar dan memberi isyarat agar aku mengikutinya.
Kami berjalan menjauh dari rumah, menuju jalan setapak yang disisi kanan dan kirinya adalah pohon pinus yang sangat tinggi dan besar.
“Kita akan pergi kemana?” tanyaku penasaran, karena JyRu tidak bicara apapun sejak keluar dari rumah.
“Bukankah kamu ingin tau banyak hal? Aku tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mu itu jika ada nenek.”
Ah, alasan yang masuk akal.
“Ah, baiklah.”
Aku memilih diam dan mengikuti JyRu. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah aliran air diantara bebatuan yang tidak terlalu besar. Langitnya terlihat jelas, tidak tertutup pepohonan. Dan disekitar aliran sungai dan batu, ada beberapa bunga dengan warna berbeda yang sedang mekar, dan beberapa lainnya masih kuncup. Aku tersenyum dalam hati, ternyata ada tempat secantik ini di antara belantara. Tapi, dari mana bunga-bunga itu tumbuh? Apa bibitnya di bawa burung?
“Aku yang menanam bunga ini.” celetuk JyRu tanpa kuberi pertanyaan. Aku kadang tidak tau, mengapa JyRu seperti bisa membaca isi kepala ku, dengan menyuguhkan jawaban yang selalu tepat dengan apa yang sedang aku pikirkan.
Lalu, JyRu duduk di salah satu batu dan merendam kakinya disana. Kulit seputih pualam itu terkena bias cahaya dan terlihat sangat indah. Seperti berkilau.
“Jadi, kamu datang kesini bersama nenek?”
Dia menggeleng. “Tidak. Aku selalu datang sendirian. Nenek tidak pernah tau tempat ini.”
Bagaimana aku mengatakannya ya? Apa aku orang pertama yang tau tempat indah ini? Apa aku orang pertama yang dibawa JyRu kesini?
“Kamu yang pertama.”
Benar bukan? Lagi-lagi dia menjawab apa yang sedang aku terka di dalam kepala.
JyRu tiba-tiba tersenyum. Ia menundukkan kepala menatap kakinya yang sedang bermain air, kemudian mengalihkan tatapan itu kepadaku dengan cepat hingga aku yang hendak menyusulnya untuk merendam air, membeku di tempatku berdiri.
“Jadi, aku harus menjawab yang mana terlebih dahulu?”
Aku ragu, apa akan baik-baik saja berada disini ketika malam hendak datang? Aku takut makhluk hitam itu datang—
“Jangan mengkhawatirkan apapun. Cepatlah, aku harus menjawab pertanyaan yang mana?”
Sekarang aku yakin jika JyRu memang bisa membaca pikiranku.
“Doce Gumbl.” jawabku singkat. Nama itu terdengar aneh dan aku penasaran.
JyRu kembali menatap jari-jarinya yang terendam air yang suhunya ... seperti ada diantara tujuh sampai nol derajat. Kenapa dia seperti tidak merasa kedinginan.
“Doce Gumbl, adalah sosok makhluk hitam yang datang dalam mimpimu.”
Apa?
Tentu saja aku menyuarakan itu dalam hati. Aku tidak ingin terlihat begitu mencurigainya sebagai sosok manusia serigala seperti yang di tuduhkan Ghea dan sebagian mahasiswa kampus.
Ups, aku harus menjaga pikiranku. Atau JyRu akan menebaknya dan marah pada Ghea. Oke JyRu, jika kamu mendengar apa yang aku katakan tadi, lupakan. Anggap kamu tidak mendengar apa-apa.
Aku melihat ekspresinya setelah mengatakan itu. Dia terlihat datar dan tenang. Sepertinya aku salah menduga. Pasti jawaban yang tadi keluar dari mulut JyRu hanya sebuah kebetulan. Ya, seharusnya begitu saja. Dia adalah manusia yang memiliki keistimewaan, anggap saja begitu.
“Apa kamu tidak pernah mendengar mitos tentang Folk?”
Aku mengerjap cepat. “Tentu aku mendengarnya.”
“Ah, itu berarti kamu tidak mendengarnya secara utuh. Mungkin kamu hanya mendengarnya sebagian, khususnya tentang manusia serigala saja, kan?”
Aku mengangguk ragu. Memangnya, cerita utuhnya seperti apa?
“Doce Gumbl, adalah makhluk yang bisa menyerang manusia serigala saat hatinya sedang terluka, rapuh, dan putus asa.”
Katanya, dan aku masih perlu mendengarnya lebih jauh.
“Seandainya, jika kamu terpilih menjadi orang yang dipercaya oleh manusia serigala untuk menjadi orang terdekatnya, apa kamu bisa menjaga hati dan perasaannya, Art?” []
...To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments