Beberapa saat berlalu. Saat langit yang cerah sudah berubah menjadi gelap, saat itulah Oma Idina terbangun dan membuat sebuah senyuman terbit di wajah pemuda yang senantiasa menunggu nya.
Roy menatap neneknya sambil tersenyum walaupun ia juga merasa sangat khawatir. Pemuda itu mencoba bertanya kepada sang nenek. Namun tak ada satupun kata yang keluar dari mulut neneknya. Roy hanya bisa menunduk dengan sedih.
Pemuda itu kemudian berjalan keluar dari kamar neneknya, berniat mengabari keluarga nya bahwa neneknya telah bangun. Segera, keluarga nya dan juga keluarga Andara, datang menghampiri kamar itu.Ruangan yang luas itu bisa menampung banyak sekali orang. Mereka tak perlu berhimpitan ketika berada di dalam nya.
Kedua kakak Roy yang sudah datang sejak siang, merasa sedih namun juga senang karena neneknya sudah bangun. Namun mereka bingung, karena Oma Idina tidak merespon sama sekali apa yang mereka ucapka. Mereka menjadi lebih khawatir.
Tuan Scott segera menghubungi dokter pribadi keluarga nya dan menceritakan tentang apa yang terjadi saat ini. Dokter itupun segera menuju ke rumah besar Tuan Scott.
.
.
.
Dokter datang dan berjalan di rumah itu dengan tergesa-gesa. Langkah nya sengaja ia percepat karena merasa khawatir dengan keadaan Oma Idina. Ia tidak mengira keadaan Oma Idina bisa seperti ini. Dokter itu masuk ke kamar Oma Idina tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Rasa khawatirnya membuatnya melupakan tata krama saat berada di rumah orang lain.
Dokter itu segera menghampiri Oma Idina tanpa diminta. Memeriksa keadaan Oma Idina dengan teliti, namun gerakannya terhenti saat tangan Oma Idina menyentuh tangannya seolah memintanya untuk menghentikan semua itu.
Dokter menatapnya dengan bingung. Lebih bingung lagi karena keadaan Oma Idina tidak seburuk yang ia kira. Lalu, apakah yang terjadi sebenarnya?
Oma Idina memberikan isyarat pada dokter itu agar mendekatinya. Oma Idina membisikkan sesuatu yang membuat dokter itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu setelahnya, dokter itu menatap pada orang di ruangan itu satu persatu.
"Bisakah hanya keluarga Oma Idina dan Oma Claudy saja yang berada di dalam ruangan ini?" Dokter itu menatap orang-orang yang bertahan di sana. Tidak ada satupun dari orang-orang itu yang keluar dari sana karena memang hanya ada Tuan Scott sekeluarga dan Oma Claudy beserta anak dan cucunya.
Tuan Scott berjalan menghampiri dokter itu. "Kami adalah orang-orang yang dimaksud. Tidak ada lagi orang luar disini." Lalu Tuan Scott duduk di samping kanan ibunya, berdampingan dengan Roy yang sejak tadi duduk sambil menunduk di sana. Sementara Oma Claudy duduk di samping kiri. Wanita lanjut usia itu melihat wajah sahabat nya dengan sedih.
Kedua kakak Roy duduk tidak jauh dari mereka, sementara Andara dan kedua orang tuanya berdiri bersama Diana, berdekatan dengan Roy.
"Silahkan, Oma." Dokter itu bersuara dan berdiri di belakang Tuan Scott.
Oma Idina menggapai tangan anaknya, menggenggam dengan erat tangan itu. Tuan Scott membalasnya untuk menguatkan ibunya. "Katakan saja, Bu. Apa yang ibu inginkan?"
"Ibu sudah tua,nak." Oma Idina berucap dengan suara yang bergetar. Wanita itu menatap dengan sayu wajah putranya.
Roy menunduk walaupun ia tidak menangis. Pemuda itu sudah pasrah dengan apa yang akan dikatakan oleh neneknya dan juga sudah pasrah dengan apa yang mungkin saja terjadi. Baginya, saat ini kebahagiaan dan kesehatan neneknya yang menjadi hal utama.
"Ibu memiliki satu keinginan. Ibu harap, keinginan ibu bukanlah suatu kesalahan. Ibu harap, kalian bisa mengabulkan keinginan ibu." Tidak ada satupun yang menjawab.
"Scott, bisakah kamu menikahkan Clarence? " Seketika suasana di ruangan itu menjadi terasa lebih hening. Mereka saling menatap satu sama lain.
Tuan Scott menoleh pada Tuan Guzov yang saat itu sedang melihat ke arah nya. Mereka terlihat bingung, walaupun keinginan Oma Idina menjadi keinginan mereka juga. Terlebih lagi, mereka sama sekali belum mengatakan tentang rencana itu. Apakah Oma Idina sudah merencanakan ini sendiri?
"Scott..." Oma Idina memanggil putranya yang tampak bingung.
Tuan Scott menatap ibunya dengan ekspresi yang bingung namun juga senang. "Iya, Bu?"
"Apa kamu bersedia menikahkan anakmu yang masih muda ini? Aku hanya ingin melihat cucu lelakiku menikah. Aku takut aku tidak bisa menyaksikan pernikahannya." Suara Oma Idina bergetar dan ia menangis.
Tuan Scott menahan tangisannya dan segera menenangkan ibunya. "Aku tidak keberatan, Bu. Kalau itu yang menjadi keinginan ibu. Aku senang kalau ibu bisa menyaksikan pernikahannya. Tapi, aku juga harus bertanya padanya." Tuan Scott menatap Roy yang masih saja menunduk.
"Nak, apakah kamu bersedia?" tanya Oma Idina dengan lirih. Roy sama sekali tidak menjawabnya.
Oma Idina benar-benar menangis. Namun Roy belum juga memberikan jawaban. Tuan Scott mengguncangkan bahu Roy,tapi pemuda itu tetap tidak merespon. Kesadaran Roy seolah hilang dari tubuhnya. Tuan Scott menjadi serba bingung. Ia tak bisa lagi menahan air matanya. Apalagi melihat wajah ibunya yang tampak menderita.Oma Idina menangis hingga nafasnya sesak. Orang-orang di sana menjadi panik dan tidak lagi menunggu jawaban dari Roy. Dokter segera menangani secepat mungkin.
Dalam keadaan itulah akhirnya Roy memberikan jawaban yang membuat semua orang merasa lega. "Oma, Clarence bersedia. Clarence mau menikah sesuai keinginan Oma. Oma bertahanlah. " Roy menangis sambil menggenggam erat tangan neneknya.
Orang-orang di sana hanya bisa melihat dari jarak yang cukup jauh, mencoba memberi ruang untuk dokter saat menangani Oma Idina. Namun Roy dan Tuan Scott masih berada di sana.
Beberapa saat kemudian, Oma Idina kembali tenang. Wanita itu tersenyum pada putra dan juga cucunya. Mereka membalasnya walaupun tatapan khawatir masih terlihat di wajah mereka.
"Terima kasih,nak. Terima kasih karena kamu mau menuruti keinginan Oma."
Roy terisak. "Iya Oma. Oma jangan sedih lagi. Oma sudah bisa tenang sekarang."
"Belum. Sampai Oma benar-benar menyaksikan semuanya."
"Tapi Oma, Roy sama sekali tidak punya kekasih. Lalu siapa yang akan menjadi pengantin perempuan nya?"
Oma Idina menatap Roy kemudian menatap lekat wajah Andara. "Angel."
Kali ini, wajah Andara menjadi pucat. Tubuhnya menegang. Tatapan semua orang tertuju padanya, kecuali Roy. Pemuda itu merasa dunianya seakan runtuh. Berpikir bahwa kondisi neneknya akan semakin memburuk. Karena Roy yakin, Andara tidak akan mau mengikuti keinginan neneknya.
Sintya menepuk bahu Andara yang hanya mematung. Wanita itu bertanya dengan lirih dan perlahan. Tidak ingin anaknya berontak walaupun ia sangat tau Andara adalah anak yang baik. "Sayang, tenanglah dulu. Lihat Mami, nak." Sintya membawa Andara sedikit menjauh dari yang lain.
"Sayang, maafkan Mami atas permintaan kami. Tapi, coba lihatlah kondisi Oma Idina saat ini. Kami semua sangat berharap padamu,nak. Lagipula, kamu sama seperti Clarence yang sama-sama belum memiliki pasangan,kan? " Andara menatap ibunya dengan tatapan kosong.
"Atau, apakah kamu sudah memiliki kekasih? Apa Mami bertanya saja pada Karin?" Seketika Andara tersadar dan segera menghentikan ibunya yang terlihat ingin menghubungi seseorang.
Andara tidak tau apa saja yang akan diucapkan oleh ibunya pada Karin. Bahkan Karin saja tidak tau kalau saat ini Andara sedang berada di Surabaya.
"Stop, Mi!" ucapan Andara yang cukup keras membuat orang-orang di sana berpikir bahwa Andara menolak semua itu.
Roy sangat mengerti dan tidak ingin menyalahkan Andara walaupun gadis itu menolak keinginan neneknya. Ia akan menerima apapun jawaban dari Andara.
Andara meninggalkan ibunya dan berjalan mendekati Oma Idina. Tuan Scott menggeser posisi nya untuk memberikan ruang pada Andara. Orang-orang di sana melihatnya dengan perasaan yang tegang.
Andara mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu. Melihat neneknya sendiri yang usianya tidak jauh dengan Oma Idina. Melihat tatapan penuh harap kedua orang tuanya dan menatap wajah Oma Idina yang terlihat sangat sedih.
Andara melihat sekilas ke arah Roy yang setia menunduk. Lalu gadis itu membuang nafas panjang.
"Angel mau, Oma. Angel bersedia untuk menikah dengan Clarence."
.
.
.
bersambung...
.
.
.
salam dari Yuya😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
🍁ʀͬαͥɪᷤʂᷜαͥ❣️
semoga ini jalan supaya kamu balik ke jalan lurus roy
2023-04-05
1
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵
mantab oma, semoga Roy setuju ya,
2023-04-05
1
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵
waduhh kenapa dengan oma nya Roy? Apakah itu tanda?
2023-04-05
1