Permintaan 2

Beberapa saat berlalu. Saat langit yang cerah sudah berubah menjadi gelap, saat itulah Oma Idina terbangun dan membuat sebuah senyuman terbit di wajah pemuda yang senantiasa menunggu nya.

Roy menatap neneknya sambil tersenyum walaupun ia juga merasa sangat khawatir. Pemuda itu mencoba bertanya kepada sang nenek. Namun tak ada satupun kata yang keluar dari mulut neneknya. Roy hanya bisa menunduk dengan sedih.

Pemuda itu kemudian berjalan keluar dari kamar neneknya, berniat mengabari keluarga nya bahwa neneknya telah bangun. Segera, keluarga nya dan juga keluarga Andara, datang menghampiri kamar itu.Ruangan yang luas itu bisa menampung banyak sekali orang. Mereka tak perlu berhimpitan ketika berada di dalam nya.

Kedua kakak Roy yang sudah datang sejak siang, merasa sedih namun juga senang karena neneknya sudah bangun. Namun mereka bingung, karena Oma Idina tidak merespon sama sekali apa yang mereka ucapka. Mereka menjadi lebih khawatir.

Tuan Scott segera menghubungi dokter pribadi keluarga nya dan menceritakan tentang apa yang terjadi saat ini. Dokter itupun segera menuju ke rumah besar Tuan Scott.

.

.

.

Dokter datang dan berjalan di rumah itu dengan tergesa-gesa. Langkah nya sengaja ia percepat karena merasa khawatir dengan keadaan Oma Idina. Ia tidak mengira keadaan Oma Idina bisa seperti ini. Dokter itu masuk ke kamar Oma Idina tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Rasa khawatirnya membuatnya melupakan tata krama saat berada di rumah orang lain.

Dokter itu segera menghampiri Oma Idina tanpa diminta. Memeriksa keadaan Oma Idina dengan teliti, namun gerakannya terhenti saat tangan Oma Idina menyentuh tangannya seolah memintanya untuk menghentikan semua itu.

Dokter menatapnya dengan bingung. Lebih bingung lagi karena keadaan Oma Idina tidak seburuk yang ia kira. Lalu, apakah yang terjadi sebenarnya?

Oma Idina memberikan isyarat pada dokter itu agar mendekatinya. Oma Idina membisikkan sesuatu yang membuat dokter itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu setelahnya, dokter itu menatap pada orang di ruangan itu satu persatu.

"Bisakah hanya keluarga Oma Idina dan Oma Claudy saja yang berada di dalam ruangan ini?" Dokter itu menatap orang-orang yang bertahan di sana. Tidak ada satupun dari orang-orang itu yang keluar dari sana karena memang hanya ada Tuan Scott sekeluarga dan Oma Claudy beserta anak dan cucunya.

Tuan Scott berjalan menghampiri dokter itu. "Kami adalah orang-orang yang dimaksud. Tidak ada lagi orang luar disini." Lalu Tuan Scott duduk di samping kanan ibunya, berdampingan dengan Roy yang sejak tadi duduk sambil menunduk di sana. Sementara Oma Claudy duduk di samping kiri. Wanita lanjut usia itu melihat wajah sahabat nya dengan sedih.

Kedua kakak Roy duduk tidak jauh dari mereka, sementara Andara dan kedua orang tuanya berdiri bersama Diana, berdekatan dengan Roy.

"Silahkan, Oma." Dokter itu bersuara dan berdiri di belakang Tuan Scott.

Oma Idina menggapai tangan anaknya, menggenggam dengan erat tangan itu. Tuan Scott membalasnya untuk menguatkan ibunya. "Katakan saja, Bu. Apa yang ibu inginkan?"

"Ibu sudah tua,nak." Oma Idina berucap dengan suara yang bergetar. Wanita itu menatap dengan sayu wajah putranya.

Roy menunduk walaupun ia tidak menangis. Pemuda itu sudah pasrah dengan apa yang akan dikatakan oleh neneknya dan juga sudah pasrah dengan apa yang mungkin saja terjadi. Baginya, saat ini kebahagiaan dan kesehatan neneknya yang menjadi hal utama.

"Ibu memiliki satu keinginan. Ibu harap, keinginan ibu bukanlah suatu kesalahan. Ibu harap, kalian bisa mengabulkan keinginan ibu." Tidak ada satupun yang menjawab.

"Scott, bisakah kamu menikahkan Clarence? " Seketika suasana di ruangan itu menjadi terasa lebih hening. Mereka saling menatap satu sama lain.

Tuan Scott menoleh pada Tuan Guzov yang saat itu sedang melihat ke arah nya. Mereka terlihat bingung, walaupun keinginan Oma Idina menjadi keinginan mereka juga. Terlebih lagi, mereka sama sekali belum mengatakan tentang rencana itu. Apakah Oma Idina sudah merencanakan ini sendiri?

"Scott..." Oma Idina memanggil putranya yang tampak bingung.

Tuan Scott menatap ibunya dengan ekspresi yang bingung namun juga senang. "Iya, Bu?"

"Apa kamu bersedia menikahkan anakmu yang masih muda ini? Aku hanya ingin melihat cucu lelakiku menikah. Aku takut aku tidak bisa menyaksikan pernikahannya." Suara Oma Idina bergetar dan ia menangis.

Tuan Scott menahan tangisannya dan segera menenangkan ibunya. "Aku tidak keberatan, Bu. Kalau itu yang menjadi keinginan ibu. Aku senang kalau ibu bisa menyaksikan pernikahannya. Tapi, aku juga harus bertanya padanya." Tuan Scott menatap Roy yang masih saja menunduk.

"Nak, apakah kamu bersedia?" tanya Oma Idina dengan lirih. Roy sama sekali tidak menjawabnya.

Oma Idina benar-benar menangis. Namun Roy belum juga memberikan jawaban. Tuan Scott mengguncangkan bahu Roy,tapi pemuda itu tetap tidak merespon. Kesadaran Roy seolah hilang dari tubuhnya. Tuan Scott menjadi serba bingung. Ia tak bisa lagi menahan air matanya. Apalagi melihat wajah ibunya yang tampak menderita.Oma Idina menangis hingga nafasnya sesak. Orang-orang di sana menjadi panik dan tidak lagi menunggu jawaban dari Roy. Dokter segera menangani secepat mungkin.

Dalam keadaan itulah akhirnya Roy memberikan jawaban yang membuat semua orang merasa lega. "Oma, Clarence bersedia. Clarence mau menikah sesuai keinginan Oma. Oma bertahanlah. " Roy menangis sambil menggenggam erat tangan neneknya.

Orang-orang di sana hanya bisa melihat dari jarak yang cukup jauh, mencoba memberi ruang untuk dokter saat menangani Oma Idina. Namun Roy dan Tuan Scott masih berada di sana.

Beberapa saat kemudian, Oma Idina kembali tenang. Wanita itu tersenyum pada putra dan juga cucunya. Mereka membalasnya walaupun tatapan khawatir masih terlihat di wajah mereka.

"Terima kasih,nak. Terima kasih karena kamu mau menuruti keinginan Oma."

Roy terisak. "Iya Oma. Oma jangan sedih lagi. Oma sudah bisa tenang sekarang."

"Belum. Sampai Oma benar-benar menyaksikan semuanya."

"Tapi Oma, Roy sama sekali tidak punya kekasih. Lalu siapa yang akan menjadi pengantin perempuan nya?"

Oma Idina menatap Roy kemudian menatap lekat wajah Andara. "Angel."

Kali ini, wajah Andara menjadi pucat. Tubuhnya menegang. Tatapan semua orang tertuju padanya, kecuali Roy. Pemuda itu merasa dunianya seakan runtuh. Berpikir bahwa kondisi neneknya akan semakin memburuk. Karena Roy yakin, Andara tidak akan mau mengikuti keinginan neneknya.

Sintya menepuk bahu Andara yang hanya mematung. Wanita itu bertanya dengan lirih dan perlahan. Tidak ingin anaknya berontak walaupun ia sangat tau Andara adalah anak yang baik. "Sayang, tenanglah dulu. Lihat Mami, nak." Sintya membawa Andara sedikit menjauh dari yang lain.

"Sayang, maafkan Mami atas permintaan kami. Tapi, coba lihatlah kondisi Oma Idina saat ini. Kami semua sangat berharap padamu,nak. Lagipula, kamu sama seperti Clarence yang sama-sama belum memiliki pasangan,kan? " Andara menatap ibunya dengan tatapan kosong.

"Atau, apakah kamu sudah memiliki kekasih? Apa Mami bertanya saja pada Karin?" Seketika Andara tersadar dan segera menghentikan ibunya yang terlihat ingin menghubungi seseorang.

Andara tidak tau apa saja yang akan diucapkan oleh ibunya pada Karin. Bahkan Karin saja tidak tau kalau saat ini Andara sedang berada di Surabaya.

"Stop, Mi!" ucapan Andara yang cukup keras membuat orang-orang di sana berpikir bahwa Andara menolak semua itu.

Roy sangat mengerti dan tidak ingin menyalahkan Andara walaupun gadis itu menolak keinginan neneknya. Ia akan menerima apapun jawaban dari Andara.

Andara meninggalkan ibunya dan berjalan mendekati Oma Idina. Tuan Scott menggeser posisi nya untuk memberikan ruang pada Andara. Orang-orang di sana melihatnya dengan perasaan yang tegang.

Andara mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu. Melihat neneknya sendiri yang usianya tidak jauh dengan Oma Idina. Melihat tatapan penuh harap kedua orang tuanya dan menatap wajah Oma Idina yang terlihat sangat sedih.

Andara melihat sekilas ke arah Roy yang setia menunduk. Lalu gadis itu membuang nafas panjang.

"Angel mau, Oma. Angel bersedia untuk menikah dengan Clarence."

.

.

.

bersambung...

.

.

.

salam dari Yuya😘😘

Terpopuler

Comments

🍁ʀͬαͥɪᷤʂᷜαͥ❣️

🍁ʀͬαͥɪᷤʂᷜαͥ❣️

semoga ini jalan supaya kamu balik ke jalan lurus roy

2023-04-05

1

☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵

☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵

mantab oma, semoga Roy setuju ya,

2023-04-05

1

☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵

☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵

waduhh kenapa dengan oma nya Roy? Apakah itu tanda?

2023-04-05

1

lihat semua
Episodes
1 Penghuni Kost Putri
2 Penghuni Kost Putra
3 Hubungan
4 Berdua di semak-semak
5 Di depan api unggun
6 Jujur dan Pergi
7 Perjalanan menuju Surabaya
8 Bertemu dengan teman lama
9 Obrolan dua sahabat
10 Permintaan
11 Permintaan 2
12 Pernikahan di Surabaya
13 Mencoba untuk berdamai
14 Kenyataan yang menyakitkan
15 Kehilangan
16 Menjadi sandaran
17 Tidak sepenuhnya jujur
18 Sebagai teman
19 Menunggu kabar (hanya sebatas teman)
20 Ketukan pintu di malam hari
21 Khawatir
22 Kembali
23 Tidak mampu menahan
24 Kejadian di pagi hari
25 Jangan ganggu dia
26 Aku tidak menyesal
27 Berkunjung ke rumah mertua
28 Rahasia kita berdua
29 Berbakat
30 Jantungku
31 Kalian tidak tau
32 Sikap dingin Karin
33 Akhirnya memutuskan
34 Mencoba untuk tegar
35 Curhatan hati kedua orang tua
36 Semuanya membutuhkan proses
37 Menepati janji
38 Kejutan
39 Berdamai dengan keadaan
40 Kekhawatiran seorang teman
41 Alasan yang sesungguhnya
42 Sadar
43 Tamu undangan
44 Tamu undangan 2
45 Senjata makan tuan
46 Bukan malam pertama
47 Cinta dan benci
48 Bohong
49 Mengubah keadaan
50 Main perang-perangan
51 Aku suka melihatnya
52 Nge-lag
53 Keluargaku (POV Karin)
54 Masih tentang keluargaku (POV Karin)
55 Tentang aku dan Karin (POV Thanit)
56 Memulai usaha
57 Menggoda suami
58 Misi menggoda suami, gagal
59 Salah faham
60 Sore yang hangat
61 Karena... I Love You
62 Suami yang cemburu
63 Masih berani merebut istriku?
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Penghuni Kost Putri
2
Penghuni Kost Putra
3
Hubungan
4
Berdua di semak-semak
5
Di depan api unggun
6
Jujur dan Pergi
7
Perjalanan menuju Surabaya
8
Bertemu dengan teman lama
9
Obrolan dua sahabat
10
Permintaan
11
Permintaan 2
12
Pernikahan di Surabaya
13
Mencoba untuk berdamai
14
Kenyataan yang menyakitkan
15
Kehilangan
16
Menjadi sandaran
17
Tidak sepenuhnya jujur
18
Sebagai teman
19
Menunggu kabar (hanya sebatas teman)
20
Ketukan pintu di malam hari
21
Khawatir
22
Kembali
23
Tidak mampu menahan
24
Kejadian di pagi hari
25
Jangan ganggu dia
26
Aku tidak menyesal
27
Berkunjung ke rumah mertua
28
Rahasia kita berdua
29
Berbakat
30
Jantungku
31
Kalian tidak tau
32
Sikap dingin Karin
33
Akhirnya memutuskan
34
Mencoba untuk tegar
35
Curhatan hati kedua orang tua
36
Semuanya membutuhkan proses
37
Menepati janji
38
Kejutan
39
Berdamai dengan keadaan
40
Kekhawatiran seorang teman
41
Alasan yang sesungguhnya
42
Sadar
43
Tamu undangan
44
Tamu undangan 2
45
Senjata makan tuan
46
Bukan malam pertama
47
Cinta dan benci
48
Bohong
49
Mengubah keadaan
50
Main perang-perangan
51
Aku suka melihatnya
52
Nge-lag
53
Keluargaku (POV Karin)
54
Masih tentang keluargaku (POV Karin)
55
Tentang aku dan Karin (POV Thanit)
56
Memulai usaha
57
Menggoda suami
58
Misi menggoda suami, gagal
59
Salah faham
60
Sore yang hangat
61
Karena... I Love You
62
Suami yang cemburu
63
Masih berani merebut istriku?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!