Pagi harinya, Andara dan Roy terbangun secara bersamaan. Andara semula merasa bingung, dirinya berada di mana. Namun segera ia teringat saat melihat Roy yang menggeliat disampingnya dengan mata yang sudah terbuka. Mereka tampak biasa saja. Tidak merasa risih karena telah tidur berdekatan di atas kasur yang sama. Mereka seolah sudah menjadi teman dekat.
Andara membantu Roy untuk merapikan kembali tempat tidur nya. Andara menggunakan kamar mandi di kamar Roy untuk membersihkan wajahnya.
"Aku keluar dulu."
"Ya. Terima kasih sudah menemani ku. Aku sepertinya mau mandi saja karena aku ingin menemui Oma ku dan menemaninya.Tadi malam aku tidak bisa berlama-lama dengan nya karena dia kelelahan. Pasti saat ini dia sudah bangun. "
"Ya, itu ide yang bagus. Aku akan segera menyusul setelah membersihkan diri. Jadi kita bisa mengobrol bertiga. Kamu tidak keberatan,kan?" Andara bertanya dengan ceria.Tapi Roy tampak enggan.
Andara tidak terlihat tersinggung sedikitpun."Kalau tidak bisa juga tidak apa-apa. Aku akan pergi jalan-jalan bersama Mami ku. Aku pergi dulu, bye..."
Roy hanya tersenyum sampai bayangan Andara sudah tidak terlihat lagi. Pemuda itu segera membersihkan diri dan bergegas turun menuju kamar sang nenek.
.
.
.
Roy benar-benar hanya ingin berdua dengan neneknya, bahkan pemuda itu dengan gesitnya menyiapkan apa saja keperluan sang nenek. Dirinya sendiri juga yang membersihkan tubuh neneknya. Menyuapi dan mengajaknya berjalan-jalan ke sekeliling rumah itu. Roy mendorong dengan perlahan neneknya yang duduk di atas kursi roda. Mereka mengobrol dan sesekali tertawa.
Entah mengapa, Roy sendiri tidak tau kenapa dirinya merasa tidak ingin diganggu saat bersama dengan neneknya. Roy merasa tidak ingin kehilangan waktu berharganya bersama sang nenek. Roy merasa kesempatan ini tidak bisa diulang nya lagi.
Roy selalu menghibur neneknya. Bercerita apa saja yang bisa membuat neneknya tersenyum. Hingga neneknya meminta Roy untuk membawanya ke taman. Roy dengan sabarnya membawa neneknya ke sana.
"Kedua kakakmu sebentar lagi akan datang. Kamu senang,kan? " tanya Oma Idina dengan tatapan tertuju pada bunga-bunga di taman.
"Iya, Clarence senang, Oma. Sudah lama Clarence tidak bertemu dengan mereka. Apakah mereka sering mengunjungi Oma?"
"Tentu saja. Awalnya, mereka setiap minggu selalu datang ke sini. Tapi,Oma meminta mereka untuk tidak terlalu sering datang."
"Kenapa, Oma?"
"Kedua kakakmu sedang mengandung."
Roy tampak senang." Benarkah? Wah... Berarti sebentar lagi aku akan menjadi seorang paman."
Oma Idina tertawa pelan. "Kamu senang?"
"Tentu saja, Oma."
"Lalu, kapan kamu menyusul mereka?"
"Maksud Oma apa? Oma tidak meminta ku untuk segera menikah,kan?"
Oma Idina menghela nafas panjang. "Kalau iya, kenapa?"
Roy tampak tidak tenang. Pemuda itu segera berpindah ke depan neneknya. Menatap wajah sang nenek yang sangat ia sayangi. Roy duduk sambil menekuk lututnya dan menggenggam erat tangan sang nenek. "Oma, Clarence masih muda. Clarence bahkan belum lulus kuliah. Bukankah Oma ingin agar Clarence sukses dengan perjuangan Clarence sendiri? Jadi, Clarence tidak bisa memikirkan dengan hal itu dulu."
Oma Idina menatapnya dengan ekspresi yang sulit untuk Roy mengerti. Wanita lanjut usia itu tampak sedih dan marah dalam waktu yang bersamaan. "Tapi apakah kamu memiliki pasangan?"
Roy hampir saja tersedak walaupun tidak ada yang melewati kerongkongannya. Wajahnya seolah menjadi pucat mendengar pertanyaan tiba-tiba dari neneknya. "Ehm... Belum, Oma."
Oma Idina tersenyum dan melihat ke arah lain. "Syukurlah kalau begitu."
Roy menjadi semakin tidak mengerti dengan sikap neneknya. Pemuda itu tetap berada di posisinya dan dengan sabar menunggu neneknya.
"Kalau Oma meminta sesuatu padamu, apakah kamu mau menurutinya?"
Roy tampak berpikir sebelum ia menjawab, "Kalau Clarence bisa, Clarence akan lakukan itu untuk Oma. "
Oma Idina menatapnya dengan tajam. "Kamu berjanji?"
Roy menjadi lebih bingung. "Iya, Oma. Memangnya apa yang Oma ingin Clarence lakukan? "
Bukannya menjawab pertanyaan Roy,Oma Idina malah memalingkan wajahnya. "Usia Oma sudah sangat tua. Oma khawatir, Oma tidak bisa bertahan sampai kamu lulus kuliah. "
Roy segera memeluknya. "Oma... Jangan bicara begitu. Oma akan selalu bersama Clarence. Dulu Oma yang menjaga Clarence, sekarang Clarence yang akan menjaga Oma. Kalau perlu, Clarence akan pindah kemari atau Oma yang akan Clarence bawa ke Jakarta."
Oma Idina mengurai pelukannya. "Itu tidak perlu. Kamu juga sudah tau kan? Bahwa apa yang kita inginkan, tidak selalu bisa tercapai. Kamu juga bukan anak kecil yang akan mengira Oma akan hidup bersamamu selamanya. Hidup Oma bisa berakhir kapan saja. Dan sebelum saat itu tiba, Oma ingin sekali melihat kamu menikah. Oma akan merasa tenang setelah melihat semua cucu Oma berkeluarga." Oma Idina mengusap air mata yang jatuh berlinang melewati pipi keriputnya.
Roy tercengang. Pemuda itu tampak terkejut dan merasa terguncang dengan perkataan neneknya. Dia berdiri di hadapan sang nenek dengan tatapan yang kosong. Oma Idina tidak berusaha membujuk Roy yang tampak terkejut itu. Wanita lanjut usia itu masih saja teguh dengan pendiriannya.
"Mungkin ini akan menjadi permintaan terakhir Oma. Oma hanya ingin kamu bahagia dan juga... " Oma Idina menengadah, menatap wajah Roy yang terdiam tanpa ekspresi.
"Juga Oma tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak seharusnya padamu."
Roy perlahan menunduk untuk menatap wajah neneknya. Ekspresi wajah nya yang masih sama tidak membuat neneknya goyah dengan keinginan itu. "Apa kamu tidak bisa memenuhi keinginan Oma? " Oma Idina mulai menangis. Roy mulai khawatir dengan kondisi neneknya.
Pemuda itu mencoba membujuk dan menenangkan neneknya, tapi yang terjadi selanjutnya malah membuatnya semakin panik.
Oma Idina tampak kesulitan untuk bernafas. Roy bangkit dan berteriak meminta bantuan. Tak lama, beberapa orang di sana datang ke arahnya. Mereka segera memberikan pertolongan pada Oma Idina.
Roy hanya bisa menangis ketika melihat tubuh neneknya yang lemah dan tak sadarkan diri. Pemuda itu segera mengikuti orang-orang yang membawa neneknya.
.
.
.
Roy duduk menangis sambil meremas jari-jari tangan nya. Pemuda itu bahkan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah neneknya. Tidak peduli bagaimana orang-orang di dekatnya menenangkan nya, Roy tetap saja menangis.
Orang-orang di rumah itu menunggu dengan wajah yang tidak sabar. Sebagian dari mereka menunggu di dalam kamar Oma Idina dengan jarak yang cukup jauh. Mereka menunggu sambil melihat dokter pribadi di keluarga itu menangani Oma Idina. Orang-orang yang berada di luar ruangan itu pun tak kalah khawatir nya. Mereka menunggu dengan wajah yang cemas.
Hingga dokter itu selesai dengan pekerjaannya dan berbalik menatap orang-orang yang menunggu di ruangan itu. Roy yang sejak awal duduk di dekat neneknya, terdiam dari tangisannya untuk mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh dokter itu.
"Nyonya Idina butuh banyak istirahat. Jangan buat pikirannya tidak tenang. Usahakan agar beliau selalu dalam keadaan hati yang senang. Jangan memberikan kabar buruk padanya karena itu akan semakin mengganggu kesehatan nya."
Tuan Scott segera menghampiri ibunya dan menatap wajah perempuan yang ia sayangi itu dengan sedih. "Padahal aku belum mengatakan tentang rencana ku, tapi ibuku sudah seperti ini. Apakah masih bisa aku lanjutkan semua ini? Sementara aku sendiri tidak tau bagaimana reaksi Clarence nanti. Aku takut reaksi Clarence malah membuat ibuku semakin parah," batin Tuan Scott sedih.
Kemudian pria itu menatap sang dokter dan banyak berterima kasih padanya. Dokter itu pun pergi setelah berpamitan pada orang-orang di sana.
Roy menatap wajah neneknya yang belum sadarkan diri. Hatinya begitu merasakan penyesalan yang mendalam. Sungguh ia tak ingin melihat keadaan neneknya seperti ini. Ia mengakui, bahwa dirinya memang bersalah dalam hal ini.
.
.
.
bersambung..
.
.
.
salam dari Yuya😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
🍁ʀͬαͥɪᷤʂᷜαͥ❣️
nah shock pasti si roy kira kira apa jawaban roy yah
2023-04-05
3
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵
Roy sayang banget ya ama Oma nya, kau cucu yg baik roy semoga saja kau bisa lurus kembali😂
2023-04-05
2
⍣⃝𝐦𝐫.𝐚𝐮𝐥𝐢𝐚𝐧এ⑅⃝ⁿᶦⁿᵃ
udah sering tidur satu tempat tidur jadi gk canggung lagi ya
2023-04-05
4