Dua puluh menit lagi acara grand opening H.Ay Restaurant akan dimulai. Restoran keluarga dengan menu khas makanan nusantara menjadi pilihan usaha Hasna kali ini.
Beberapa customer tetap menjadi undangannya. Terlihat juga beberapa pengunjung yang antusias ingin mengikuti acara peresmian itu.
Keluarga pak Andi pun juga sudah hadir. Tinggal menunggu persiapan akhir saja. Beberapa kali Hasna menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan guna mengusir kegugupan yang mendera dirinya.
Bu Diana yang melihat ketegangan menghiasi wajah calon menantunya itupun berusaha untuk menghiburnya.
"Rileks saja sayang, tidak usah tegang." Ucap beliau sambil mengusap lengan kanan Hasna.
Gadis itu berusaha tenang dengan menyunggingkan senyuman manisnya.
"Ini bukan pertama kalinya kamu membuka usaha nak. Kenapa kamu jadi setegang ini? Lihat telapak tanganmu terasa dingin sekali." Ujar kakek sambil menggenggam jemari sang cucu.
Berkali-kali Hasna menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Hanya itu yang bisa dilakukannya untuk mengusir kegugupan.
Sang MC memulai acara tepat sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Sampai akhirnya pada acara inti.
"Bismillah, dengan penuh rasa syukur atas pencapaian saya selama ini. Hari ini akan resmi dibuka H.Ay Restaurant. Semoga kedepannya selalu memperoleh keberkahan dari Allah, aamiin. Bismillahirrahmanirrahiim." Dengan sedikit sambutan, Hasna meresmikan pembukaan restoran miliknya dengan menggunting pita didepan gedung.
Riuh tepuk tangan menyambut peresmian restoran baru Hasna. Ucapan selamat berdatangan, diberikan kepada Hasna. Selanjutnya acara ramah tamah bagi para undangan dan pengunjung.
"Alhamdulillah acara hari ini sukses, mbak." Ucap Hamzah, pagawai senior Hasna di Dapur Berkah yang sekarang diangkat menjadi menejer restoran.
Sedangkan untuk kepala koki, Hasna menunjuk Karina, pegawai senior di Dapur Berkah juga.
"Oh ya sayang, tante sama om pamit dulu. Karena om ada meeting di kantor sore ini." Pamit bu Diana.
"Terima kasih atas kedatangannya tante." Ucap Hasna.
Gadis itu mengantar kedua calon mertuanya sampai parkiran. Setelah memastikan mobil mereka menghilang dibalik gerbang, Hasna kembali masuk ke dalam restoran.
Tak berapa lama setelah kepergian keluarganya pak Andi, ponsel di saku gamis Hasna berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Panggilan dari Kevin.
"Assalamu'alaikum, mas Kevin." Sapa Hasna saat panggilan tersambung.
"Wa'alaikumussalam, Hasna. Aku ganggu nggak?" Tanya Kevin.
"Tidak mas, ada apa ya?"
"Aku rencananya mau adain acara syukuran kecil-kecilan di kantor, hanya untuk staf dan para karyawan. Kira-kira kalau aku pesan semua dari kamu bisa gak?"
"Untuk berapa orang mas?"
"Kurang lebih lima ratus orang."
"Oke bisa, buat kapan?"
"Buat lusa."
"Oke, mas Kevin tinggal tentukan menunya saja."
"Nantinya aku juga pesan katering untuk prasmanan juga. Jadi untuk prasmanan, nasi boks, dan kuenya sekalian."
"Oke mas, bisa."
"Baiklah, nanti tagihannya kamu kirim saja ke nomer aku."
"Oke, siap." Jawab gadis itu cepat.
Hening sesaat, tak ada percakapan diantara keduanya.
"Halo, mas?" Suara Hasna membuyarkan lamunan seorang lelaki diseberang sana.
"Ya, Hasna?" Jawab Kevin
"Ada lagi?"
"Emm...sepertinya tidak."
"Baiklah, kalau begitu aku tutup ya teleponnya."
"Eehh...jangan." Ucap Kevin spontan, seketika Hasna mengernyitkan keningnya.
"Maksudnya, mas?"
"Ma-maksudku, kalau tidak keberatan. Kamu bisa datang diacara kantor aku?" Ucap Kevin penuh kegugupan.
"Maksudnya, mas Kevin ngundang Hasna?" Tanya Hasna memastikan.
"Ya." Jawab pemuda itu cepat.
"Kalau untuk minggu ini, sepertinya saya tidak bisa mas. Bukannya menolak, tapi kebetulan restoran baru buka. Dan selama seminggu ini, saya akan standby di sini." Tolak Hasna secara halus.
"Restoran? Kamu buka restoran?"
"Iya, alhamdulillah hari ini grand openingnya."
"Oh... aku gak diundang nih, ceritanya?" Goda Kevin.
"Loh, diundang kok. Saya kirimkan undangan via whatsapp ke tante Rosita. Malah beliau yang tidak hadir."
"Ah... iya. mama menemani papa ke luar kota selama satu minggu."
"Mas Kevin, maaf. Teleponnya saya tutup dulu ya. Disini lagi rame. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam"
***
Kevin menatap layar ponsel dalam genggamannya. Panggilan baru saja diakhiri. Lelaki berparas tampan itu menghembuskan nafas kasar.
"Kenapa mama tidak memberitahukan soal undangan Hasna?" Gumamnya.
Segera ia mengirimkan pesan whatsapp kepada sang mama.
~Mama, ada undangan dari Hasna? Kok gak bilang Kevin?~ Kevin
~Maaf sayang, mama lupa. Mama terlalu sibuk dengan urusan papa.~ Rosita
~Langsung samperin aja~ Rosita
~Gak bisa ma, nanti sore Kevin harus meninjau proyek baru di luar kota.~ Kevin
Tak ada balasan lagi dari sang mama.
Kevin bersandar di sandaran kursi kerjanya. Laki laki itu sedikit kecewa karena tidak mengetahui hal penting tentang Hasna.
Diam diam ada percikan dihati lelaki itu. Kevin mulai memiliki rasa ketertarikan pada gadis yang tidak sengaja ia temui saat sedang hujan besar di sebuah restoran. Gadis pemilik mata teduh itu mampu membuat Kevin kelabakan hanya karena memikirkannya.
Benar kata sang mama, gadis setipe Hasna tidak mengenal yang namanya pacaran. Maka dari itu ita tidak terang terangan saat mendekati Hasna. Ada cara yang lebih alami untuk mendekati gadis itu, yaitu mendekati dengan cara menjalin kerja sama.
Sering jika ada acara di kantor, Kevin sengaja memesan segala sesuatu dari tempat usaha Hasna. Bukan hanya karena rasa yang nikmat, tapi juga karena rasa dihati lelaki itu untuk sang gadis pujaan hati.
***
Hasna sampai di rumah saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam lewat lima puluh menit. Untuk seminggu kedepan sepertinya dia akan pulang larut malam.
Ia ingin turun tangan sendiri untuk melihat perkembangan restoran yang baru tadi pagi resmi ia buka. Sama seperti tempat usaha yang lainnya yang ia miliki. Hasna akan memastikannya sendiri perkembangan awal sebelum ia serahkan tugas itu kepada orang orang kepercayaannya.
Walaupun usianya masih tergolong muda, namun profesionalitas Hasna dalam bidang usaha tidak bisa diragukan lagi.
Gegas ia memasuki kamarnya, tak ingin membuat suara suara yang dapat mengganggu istirahat kakek.
Ia ingin segera beristirahat juga, segera ia bersih bersih diri selama 15 menit dikamar mandi. Hanya waktu yang singkat, namun mampu menghilangkan kepenatan yang seharian ini bergelayut manja di tubuhnya.
Setelah berganti pakaian dan serangkaian malam lainnya, Hasna pun memposisikan diri diatas ranjang.
Saat akan mematikan lampu utama dan menggantikan lampu tidur, tak sengaja netranya menangkap sebuah map coklat diatas nakas.
Ia baru ingat akan map itu, walaupun sudah ia terima beberapa hari yang lalu. Map berisikan foto lelaki yang akan menjadi suaminya.
Di raih nya amplop itu, lalu dibukanya dan mengambil isi di dalamnya. Sepertinya ada beberapa lembar foto di dalamnya.
Foto lelaki bermata tajam, dengan hidung yang mancung serta alis yang tebal membingkai wajah yang begitu rupawan. Rahangnya begitu kokoh dengan ditumbuhi bulu bulu halus disekitarnya. Dan senyuman itu. Senyuman yang mampu membuat setiap hati wanita bergetar jika melihatnya.
Tapi entah apa yang ada dibenak Hasna saat ini. Sejenak ia perhatikan satu persatu foto ditangannya.
Hasna memejamkan mata sesaat. Ditariknya nafas dalam dan dihembuskannya perlahan.
Semoga saja dia memang yang digariskan menjadi yang terbaik untukku, ucapnya dalam hati.
Setelah itu ia Mengembalikan foto itu diposisi semula, dan memulai untuk memejamkan mata.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Napoleon
pray for mas Kevin , blm berjuang sudah kalah duluan
2025-04-05
0
yukmier
sepertinya dia jodoh sementaramu aja hasna
2024-05-17
1
Neulis Saja
serahkan saja pada sang Maha Kuasa 🤲
2024-03-18
3