Sesampainya di rumah, Hasna segera menemui sang kakek yang tengah bersantai di ruang tengah. Jam segini biasanya mbak Marni, orang yang membantu bersih-bersih rumah sudah pulang. Hanya dari pagi sampai jam empat sore saja.
"Assalamu'alaikum, kek." Hasna langsung mencium punggung tangan sang kakek.
"Wa'alaikumussalam, nak." Senyuman lembut tersungging di wajah tuanya.
Hasna pun duduk di sisi sang kakek.
"Ada apa nak?"
"Tante Diana barusan telepon Hasna, kek." Ucap gadis bermata teduh itu.
"Bu Diana sudah menelepon?" Ucap kakek memastikan. Hasna hanya menganggukan kepala sebagai jawabannya. "Terus bagaimana dengan jawabanmu, nak?" Lanjut beliau.
Seketika kepala gadis berparas ayu itu menunduk dalam. Sang kakek mengusap pucuk kepala cucunya dengan penuh sayang.
"Kakek tidak pernah memaksakan sesuatu kepadamu nak. Jika kamu tidak menginginkannya, maka jangan lakukan. Kakek hanya ingin melihatmu bahagia. Tidak ada lagi yang kakek miliki selain gadis kecil kakek di dunia ini. Tawanya selalu menjadi obat bagi kakek." Seketika Hasna menghambur kedalam pelukan hangat sang kakek. Isakan kecil keluar dari bibirnya.
"Jika cucu kakek keberatan dengan permintaan keluarga pak Andi, katakanlah nak. Kakek akan selalu berada didepan sebagai pelindung cucu kesayangan kakek." Lanjut beliau.
Keheningan menyelimuti beberapa saat, hanya isakan yang mulai terdengar samar menghiasi. Hasna mengurai pelukannya saat dirasa dirinya mulai tenang. Manik mata cokelat itu menatap lurus manik tua di hadapannya. Dengan menghela nafas panjang, Hasna mulai membuka suara.
"Kalau kakek memberikan restu pada Hasna, insyaallah Hasna akan menerimanya. Namun jika kakek tidak meridhoi, Hasna akan tetap bersama kakek. Dan akan tetep menjadi gadis kecil kesayangan kakek."
"Kakek merestuimu nak, bukan karena hutang budi almarhum kedua orang tuamu yang harus kau tunaikan. Tapi, kakek yakin kamu berada ditangan yang tepat, setelah tanggung jawab kakek diambil alih oleh putra pak Andi."
Kakek Rusdi menagkup kedua pipi cucu tercintanya itu. Menatap mata yang telah basah oleh air mata. Kemudian mencium kening gadis kecilnya yang telah tumbuh dewasa.
"Berbahagialah nak, doa kakek selalu menyertaimu."
***
Hari ini, Hasna tidak bisa fokus pada pekerjaanya. Untuk mengecek beberapa gerainya pun, hanya melalui video call para karyawan kepercayaannya. Bahkan sedari pagi, ia belum juga beranjak dari ruangannya. Laptop dibiarkannya terbuka, namun posisi off.
Pikirannya benar-benar terpecah. Untuk pembukaan Restoran pun hanya menunggu dari pihak WO dan orang kepercayaannya. Padahal acaranya besok.
Jam diruangan menunjukkan pukul empat sore kurang sepuluh menit. Itu artinya, sepuluh menit lagi ia harus pulang.
Sesuai dengan rencana, keluarga pak Andi tiba di kediaman kakek Rusdi tepat pukul tujuh malam. Hanya terlihat sepasang suami istri dan seorang gadis yang usianya hampir seusia Hasna. Tak terlihat seorang pemuda pun disana.
Dengan balutan gamis berwarna merah muda dan jilbab putih dikepalanya, Hasna duduk dengan anggun disamping sang kakek.
"Nak, perkenalkan. Ini pak Andi dan istrinya, bu Diana." Ucap kakek.
Hasna menagkupkan kedua tangannya di depan dada pada pak Andi, dan mencium punggung tangan bu Diana. Tak disangka bu Diana menarik Hasna kedalam pelukannya.
"Udah dong ma, pelukannya. Gantian aku yang mau kenalan dengan calon kakak ipar." Celetuk gadis cantik disebelah bu Diana. Pelukan keduanya pun terurai.
"Kenalin, aku Nayla, adik kak Rama." Sambungnya sembari mengulurkan tangannya pada Hasna. Gadis itu tersenyum sangat ramah. Terlihat sekali dia gadis yang periang.
"Hasna." Jawabnya menyambut uluran tangan Nayla.
"Kita pasti bisa jadi bestie nantinya. Kata mama usia kita tak selisih jauh." Ucap Nayla. Sepertinya gadis satu ini mudah akrab dengan orang-orang baru. Dia begitu mudah mencairkan kekakuan yang sempat terjadi. Semua yang ada di ruang tamu ikut tersenyum mendengar celotehannya.
"Udah, ah. Jangan mulai." Tegur sang ibu. Nayla pun hanya mencebikkan bibirnya.
"Pak Rusdi, sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena putra kami berhalangan untuk datang. Rama masih ada di Jepang mengurus bisnis." Ucap pak Andi.
"Kami datang dengan niatan baik yang sudah kami utarakan sebelumnya kepada pak Rusdi. Kami harap Hasna sudah bisa memberikan jawabannya kepada kami." Pak Andi memulai percakapan serius ini.
"Bagaimana Hasna, apa jawabanmu sayang?" Tanya bu Diana terdengar tak sabar.
"Diterima ya mbak. Kakakku ganteng kok, walaupun sedikit menyebalkan." Sela Nayla
"Nay..." tegur sang ayah.
"Ah, oke." Tangan Nayla bergerak seperti gerakan mengunci bibir.
"Bagaimana sayang?" Ulang bu Diana.
Kakek mengusap lembut punggung cucu satu-satunya itu. Hasna menghirup nafas sepenuh dada sebelum akhirnya berucap.
"Bismillah, saya terima lamaran keluarga om dan tante. Semoga ikatan ini akan mendatangkan kebaikan dan keridhoan dari Allah" Jawabnya lembut dengan kepala yang tertunduk.
"Alhamdulillah." Ucap kakek, pak Andi dan bu Diana serempak.
"Yeay, akhirnya aku punya kakak perempuan." Nayla heboh sendiri dengan jawaban Hasna.
"Hasna, ini ada foto anak tante. Bukan lelaki yang sempurna, tapi dangan adanya Hasna, insyaallah bisa menyempurnakan kekurangan anak tante." Bu Diana menyodorkan map cokelat kecil dihadapan Hasna. Tak langsung menjawab, justru Hasna tertunduk lagi.
"Gausah dilihat mbak, nanti mbak Hasna gak bisa tidur malahan." Kekeh Nayla. Sang ibu pun menepuk pelan lengan putrinya.
Untungnya membawa Nayla, suasana canggung mencair seketika.
"Oh ya sayang, ini ada cincin yang ingin tante pakaikan di jari manis Hasna. Bukan cincin pertunangan, hanya cincin tanda kalau Hasna menerima ikatan hubungan dengan anak tante."
Bu Diana memakaikan cincin itu dijari manis Hasna. Terlihat begitu pas. Selanjutnya acara makan malam sambil mengobrol ringan.
"Enak masakannya. Ini kamu yang masak?" Tanya bu Diana.
"Iya tante." Jawab Hasna.
"Hasna ini punya bisnis kuliner bu Diana. Alhamdulillah besok akan ada peresmian Restoran pertamanya. Kalau pak Andi sekeluarga bisa datang, kami pasti sangat senang." Ucap kakek sambil mengusap pucuk kepala sang cucu. Terlihat kasih sayang yang begitu tulus.
"Wah, benar itu pak Rusdi?" Tanya pak Andi hampir tak percaya dengan bisnis sang calon menantu. Begitupun raut wajah terkejut bu Diana.
"Kebetulan, Hasna ini hobi memasak. Sedari kecil dia suka bantu-bantu almarhumah ibunya saat usaha katering dulu." Kakek pun menceritakan sedikit tentang usaha cucunya.
Bukan bermaksud menyombongkan, tetapi hanya untuk memberitahukan kepada calon keluarga cucunya tentang kesibukan sang cucu. Agar jangan sampai ada rasa dibatasi saat melakukan kesibukan di luar sana.
"Pasti...pasti kita akan datang, ya kan pa?" Ucap bu Diana yang dijawab anggukan oleh suaminya.
"Pasti almarhum mas Firman dan mbak Hesti sangat bangga melihat putrinya menjadi pengusaha sukses." Puji pak Andi
"Yah, aku gak bisa ikutan. Soalnya ada kuliah sampai sore." Ucap Nayla kecewa.
Setelah makan malam, mereka membicarakan kapan pernikahan akan dilangsungkan. Dan telah disepakati, acaranya dua bulan lagi. Mengingat Rama akan melakukan perjalanan bisnis ke luar negri. Sekalian untuk moment bulan madu.
Segala persiapan akan dilakukan oleh keluarga Suryanata. karena mereka sangat paham dengan kondisi kakek Rusdi yang tak memungkinkan untuk melakukan persiapan pernikahan Hasna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
yukmier
jangan sampe calon suami hasna adalah orang yg pernah dilihat direstorsn bersama cewek yg pake baju seksi itu yaa...
2024-05-17
1
Neulis Saja
hasba kamu tdk ngomong apakah calon suamimu mau atau tdk? justru nanti jadi kendala saat pernikahan terjadi karena calon suamimu memang keberatan dgn pernikahan ini?
2024-03-18
2
Eny Hidayati
Hasna ... hatimu lembut juga kuat ...
2024-03-03
1