Bab 17

Hasna duduk terdiam di meja ruang makan di rumah almarhum kakek. Di sini biasanya dia makan bersama kakek. Namun, kini semua tinggal kenangan manis yang memenuhi memorinya.

Bahkan makanan yang sempat ia masak tadi belum sempat ia makan. Ikhlas, hanya itu yang ia tanamkan kuat dihati dan pikirannya atas kepergian sang kakek.

Segera ia tuntaskan makan malamnya, agar ia bisa segera beristirahat. Masih terlalu sore jika ia bergegas untuk tidur saat ini. Jam di dinding masih menunjukkan angka tujuh lewat sepuluh menit.

Semenjak ia menikah, tak pernah ia berada di luar rumah lebih dari jam empat sore. Ia berusaha menjalankan peranan sebagai seorang istri bagi Rama.

Di jam seperti ini lelaki itu baru menginjakkan kaki di rumah, dan Hasna selalu menyambutnya dengan senyuman manis diwajahnya. Walau sebenarnya tak pernah ada balasan senyuman yang ia dapatkan.

Teringat akan Rama, sudut hatinya kembali berdenyut. Apakah ia begitu tidak diinginkan lelaki itu untuk menjadi istrinya?

Masih terngiang ucapan Rama sebelum berangkat ke Jepang.

"Saya harap, selama saya pergi kamu tidak berulah. Selama saya pergi, jangan pernah kamu menampakkan diri dihadapan keluarga saya."

Sungguh, ucapan yang berhasil meremas jantung dan hatinya secara bersamaan.

Hasna sadar bahwa pernikahan ini bermula dari perjodohan. Tapi perempuan itu berusaha menerima pernikahan itu. Bahkan ia selalu menunjukkan sikap sebagaimana seorang istri. Yang pada akhirnya tak pernah sekalipun ia diperlakukan layaknya seorang istri.

Setelah ia mengetahui kisah masa lalu sang suami, Hasna berusaha mendekatkan diri pada lelaki itu. Tidak mudah memang, tapi setidaknya ia tidak berdosa mendekati laki-laki yang telah berstatus menjadi suaminya.

"Astaghfirullahal'adzim..." berkali-kali bibir mungil itu mengucap istighfar.

Ia tak mau membuat dosa dihatinya karena membenci sang suami. Tidak, bukan membenci hanya kecewa dengan perlakuan Rama.

***

Tiga hari sudah Rama berada di Jepang. Tapi tak satupun kabar yang diterima orang tuanya, terlebih sang mama.

Beliau terlihat gusar saat putra dan menantunya tak kunjung memberikan kabar padanya. Padahal sebelum mereka berangkat, wanita paruh baya itu sudah mewanti-wanti agar jangan sampai lupa memberikan kabar.

Bahkan pagi ini, Bu Diana terlihat mondar mandir di depan suami dan putrinya yang tengah bersantai di ruang keluarga.

"Udah dong ma, jangan mondar mandir terus. Nay ikutan pusing jadinya." Protes sang putri.

"Iya nih, mama kenapa sih, dari kemarin gak bisa tenang gitu." Ucap Pak Andi.

"Gimana bisa tenang Pa, Rama dan Hasna sudah tiga hari pergi ke Jepang. Tapi tak sekalipun memberi kabar." Jawab beliau gusar.

"Udah biarin aja lah ma, mereka kan lagi pendekatan. Pendekatan yang spesial. Maklum pengantin baru. Mama nih kayak nggak pernah muda saja." Ucap pak Andi.

"Tau nih Mama, bilangnya pengen cepet-cepet punya cucu. Giliran mereka bulan madu, Mama jadi uring-uringan sendiri." Sahut Nayla.

Mereka tidak tahu saja kalau sebenarnya hanya Rama yang pergi ke sana. Sedangkan Hasna, perempuan itu tengah bersembunyi untuk menutupi kelakuan suaminya.

***

Saat jam makan siang, Kevin sengaja pergi ke restoran milik Hasna. Rupa-rupanya lelaki tampan satu ini benar-benar ingin mendekati Hasna diluar kerjasama mereka.

Sesampainya di parkiran, Kevin berusaha mengontrol emosinya. Jangan sampai ia terlihat terang-terangan kemari hanya untuk mendekati Hasna.

Ia harus terlihat senatural mungkin, bahwa tujuannya kemari hanyalah untuk makan siang.

Berkali-kali ia berusaha menetralkan degup jantungnya. Rasanya sungguh meledak-ladak saat akan bertemu orang yang spesial di hati.

"Oke Kevin, rileks. Jangan sampai lo terlihat terang-terangan mencari Hasna di sini. Stay cool. Lo pasti bisa. Huffft..." Ucapnya menyemangati diri sendiri.

Berkali-kali menghirup nafas penuh dan membuangnya cepat. Dan akhirnya Kevin pun turun dari mobilnya.

Dengan langkah tegap, ia pun berjalan memasuki restoran. Netranya memindai setiap sudut restoran, berharap mendapati Hasna disalah satu sudut di dalam sana. Namun hasilnya nihil.

Lelaki itu memutuskan untuk duduk di salah satu meja yang tak ditempati oleh pengunjung. Di jam makan siang seperti ini restoran pastinya sangat ramai.

Seorang pelayan menghampiri meja Kevin, sesaat setelah pemuda itu duduk.

"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya perempuan berseragam itu dengan ramah.

"Ah iya, saya mau pesan ini dan minuman ini." Jawabnya setelah membaca buku menu.

"Baik, ada lagi?" Tanya pelayan itu tadi.

"Ah tidak, cukup. Terima kasih."

Pelayan itu pun segera pergi. Tak lama kemudian pesanan terhidang dimeja.

"Silahkan, selamat menikmati."

Kevin segera mengambil sendok dan garpu. Namun gerakannya terhenti saat akan menyuapkan makanan. Tiba-tiba ia teringat Hasna yang selalu membaca doa sebelum gadis itu makan.

Senyuman lelaki itu terbit, hanya karena mengingat hal kecil tentang Hasna.

Sepertinya memang Hasna tak berada di restoran. Bahkan hingga makanannya tandas, tak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu.

Sedikit kecewa, itu yang dirasakan Kevin saat ini. Tapi bukan salah Hasna juga, karena memang mereka tidak membuat janji.

Ya mungkin ia belum beruntung kali ini. Masih ada banyak kesempatan lagi untuk bertemu gadis yang diam-diam membawa sebagian hatinya.

***

Di kantor Rama, Marissa tengah menyelesaikan pekerjaan yang beberapa saat lalu dikirimkan oleh Ivan lewat email. Laporan itu harus selesai sebelum Rama tiba di tanah air. Masih ada empat hari lagi.

Sebenarnya Marissa adalah salah satu pegawai yang cekatan. Perempuan seksi itu cukup bisa diandalkan. Pekerjaannya tidak pernah gagal. Selalu membuat Rama puas dengan hasil kerjanya.

Mengingat Jepang, membuat emosi Marissa naik ke ubun-ubun. Betapa tidak, ia menyiapkan segala keperluan yang akan dibawanya ke Jepang.

Bahkan rela menghabiskan sebagian gajinya bulan ini untuk membeli beberapa potong baju untuk menunjang penampilannya. Karena ia begitu yakin bahwa ia akan ikut serta ke Jepang sekalian berlibur. Mengingat waktu booking hotelnya selama satu minggu.

Angan hanyalah sebatas angan, kenyataannya ia bahkan diberi tugas untuk menghandle perusahaan sampai Ivan kembali. Sungguh sial sekali.

Sebentar lagi, jam pulang kantor. Sepertinya ia akan membereskan pekerjaannya di rumah. Karena moodnya benar-benar buruk.

Segera ia rapikan meja kerjanya. Mengemasi semua barang-barangnya dan segera pergi meninggalkan kantor.

Sesampainya di parkiran, ponsel dalam tasnya berbunyi. Sepertinya ada panggilan masuk. Tertera nama Siska di sana, teman kuliahnya dulu.

"Halo, Sa. Lo sibuk nggak?" Ucap Siska saat telepon tersambung.

"Kenapa emang?" Tidak menjawab, justru Marissa memberikan pertanyaan.

"Ntar malem lo ikutan ke party nya Lola gak? Barengan yuk. Gue nggak ada pasangan nih."

Terdengar hembusan nafas kasar dari Marissa. Perempuan itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih jam empat lewat dua puluh menit.

Sepertinya meng-iya kan ajakan Siska tak ada salahnya. Apalagi ia sendiri butuh hiburan.

"Oke, gue ikut." Jawab Marissa pada akhirnya.

"Oke, gue jemput lo jam tujuh. Jangan lupa dandan yang cantik. Karena ada Tomi di sana." Goda Siska dengan sengaja mengatakan bahwa mantan pacar Marissa ikut di acara itu.

"Basi lo. Udah ah, gue mau pulang dulu."

Kemudian sambungan pun terputus.

***

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

kamu hiburan pekerjaan terbengkalai tahu rasa lho

2024-03-18

0

Eny Hidayati

Eny Hidayati

Mama Diana jangan kaget kalo tahu kelakuan putra sulung yang sangat ekslusif...

2024-03-03

4

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

ngarep.com aja Marrisa

2023-04-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 BAb 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Salam cinta Ayah Bunda Reyn
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
BAb 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Salam cinta Ayah Bunda Reyn

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!