Tring...tring...
Notifikasi pesan diponsel Hasna berbunyi beberapa kali. Perempuan cantik berjilbab navy itu mengambil ponsel yang ia letakkan didekat laptopnya. Ternyata pesan dari mama mertua, Nayla, beberapa pelanggan dan juga Kevin.
Satu persatu pesan dibacanya.
~Sayang, hati-hati selama kalian di Jepang ya. Jaga kesehatan. Jangan lupa selalu kasih kabar sama mama.~ mama mertua.
Kening Hasna mengernyit seketika, saat membaca pesan mama mertua.
"Jepang?" Gumamnya.
~Rama bilang, kalian ambil penerbangan pagi ya. Dia juga tidak mau diantar mama sama papa. Kita disuruh di rumah saja katanya. Dasar anak bandel.~ mama mertua.
Mungkin Rama belum sempat memberitahukannya perihal kepergian mereka ke Jepang. Itu yang ada di benaknya saat ini.
~Insyaallah, Hasna dan mas Rama akan jaga kesehatan dengan baik. Mama sama papa jaga kesehatan juga ya.~ Hasna.
Chat kedua yang dia baca adalah dari Nayla, adik iparnya.
~Ciye.... yang mau honeymoon. Jangan lupa oleh-oleh ponakan yang banyak, yang lucu-lucu.~ Nayla
Ternyata kepergian mereka ke Jepang untuk berbulan madu. Hanya membaca teks yang bertuliskan honeymoon saja sudah membuat pipi perempuan itu merona seketika. Dia menggeleng pelan sambil menyunggingkan senyumannya. Mungkin ini sebuah awal yang baik untuk hubungan mereka.
~Kamu mau dibawakan oleh-oleh apa dari Jepang?~ Hasna
Terlihat tulisan mengetik disudut kiri atas room chat Nayla. Ternyata gadis itu langsung membaca dan membalas chatnya.
~Gausah repot-repot mbak, tapi aku juga gak bisa nolak sih kalau dapat.~ Nayla, yang disertai dengan emotikon tertawa lebar.
Dasar Nayla. Gadis periang yang dengan mudahnya menerima kehadiran Hasna sebagai anggota keluarga baru mereka. Walaupun sifat mereka berbanding terbalik, tapi baik Nayla maupun Hasna menemukan kenyamanan satu sama lain.
Chat dari beberapa pelanggan pun, dibalasnya satu per satu. Beberapa pelanggan setia Hasna memang selalu menghubunginya secara langsung, walaupun ada nomer telepon tempat katering, toko juga restorannya. Hasna pun membalas pesan mereka satu persatu. Hingga di chat terakhir ada nama Kevin di sana.
~Assalamu'alaikum Hasna. Bagaimana kabar kamu?~ Kevin.
~Lama kita tidak bertemu, semoga kamu sehat selalu.~ Kevin.
~Oh iya, aku mau menawarkan kerjasama sama kamu. Barangkali kamu minat, kalau bisa sih mau, hehehe.~ Kevin.
~Kalau seandainya aku ambil katering dari kamu untuk makan siang di kantor, kira-kira bisa gak?~ Kevin.
~Aku tunggu kabar secepatnya dari kamu.~ Kevin.
Jemari Hasna menari diatas tuts keyboard ponselnya untuk mengetikkan balasan di chat Kevin.
~Wa'alaikum salam, mas Kevin. Alhamdulillah kabar Hasna baik. Mas kevin dan keluarga sehat semua kan?~ Hasna.
Terlihat pesan Hasna sudah centang biru. Tandanya sudah terbaca oleh Kevin. Bahkan Kevin terlihat membalas pesan yang barusan Hasna kirim.
~Insyaallah bisa mas. Mau dikirim kapan dan berapa banyak?~ Hasna.
~Alhamdulillah, aku dan keluarga sehat semuanya.~ Kevin.
~Mulai besok kamu bisa antar tiga ratus boks setiap hari di kantor aku. Nanti aku kirim lokasinya.~ Kevin.
Senyum perempuan itu mengembang seketika. Usaha kateringnya semakin maju. Terbukti banyaknya orderan dari beberapa kantor besar di jam makan siang. Sepertinya Hasna akan membuka cabang baru dan merekrut beberapa karyawan lagi.
Hasna kembali fokus dengan pekerjaanya memeriksa laporan keuangan dan bahan baku yang dibutuhkan semua tempat usahanya. Dia masih bisa menghandle pekerjaan ini seorang diri, karena dia tidak memiliki kesibukan yang menyita waktunya.
Tiba-tiba ia teringat dengan pesan yang dikirim oleh mama mertua dan adik iparnya. Berusaha dengan cepat menyelesaikan pekerjaanya, agar bisa pulang sebelum Rama pulang dari kantor.
***
Hasna memilah beberapa baju yang sekiranya cocok digunakan saat Jepang nanti. Dia memilih beberapa potong gamis juga setelan baju untuk ia bawa. Sebelum merapikan baju-bajunya, terdengar seru mesin mobil Rama memasuki halaman. Tak lama terdengar suara garasi yang ditutup.
Hasna bergegas menyambut sang suami di depan pintu utama, dengan senyuman yang menghiasi bibir. Namun senyuman itu perlahan memudar saat Rama hanya melewatinya begitu saja.
Hasna hanya menghembuskan nafas cepat. Tapi tiba-tiba Rama berbalik menghadap ke arah Hasna.
"Saya nanti mau bicara sama kamu." Ucap Rama.
Sebelum Hasna menjawab, Rama langsung berbalik dan melangkah menuju kamarnya di lantai atas. Hasna menatap punggung lebar suaminya itu yang menghilang dari balik ruang tamu.
Segera Hasna menuju dapur dan menghidangkan masakan sup iga yang sengaja dibuatkannya untuk Rama di atas meja makan.
Tiga puluh menit kemudian, terdengar langkah menuruni anak tangga. Terlihat Rama sudah segar sehabis mandi. Dengan hanya mengenakan kaos biru polos yang mencetak otot-otot tubuhnya, Rama terihat begitu memikat.
Hasna mengambilkan nasi beserta sup dan juga pelengkap lainnya, kemudian diletakkannya dihadapan lelaki itu.
"Dimakan, Mas. Kata Mama, mas Rama suka sup iga." Tak lupa senyuman manis ia sematkan di kedua sudut bibirnya.
Rama melihat makanan yang ada dihadapannya. Memang benar makanan kesukaannya, tapi entah kenapa rasanya begitu enggan untuk memakannya. Apalagi yang memasak adalah Hasna. Perempuan yang tiba-tiba hadir dan mengacaukan hidupnya.
Bukan tanpa alasan Rama menganggap Hasna seperti itu. Pertama, dia terpaksa harus menerima perjodohannya dengan Hasna, disaat dia melupakan prioritasnya untuk menikah.
Semua itu disebabkan oleh luka di masa lalunya. Perempuan yang pernah sangat ia cintai ternyata lebih memilih pergi bersama seorang pria yang usianya bisa dibilang lebih pantas menjadi ayahnya. Setelah kejadian itu, seolah hati Rama mati rasa dengan yang namanya cinta.
Kedua, karena Hasna juga, ia setiap hari selalu saja di mendapatkan chat bahkan telepon dari kedua orang tuanya. Mereka selalu mengingatkan posisi Rama sebagai suami, dan Hasna sebagai istri yang menjadi prioritasnya sekarang. Semua itu tidaklah penting. Toh, Hasna juga bukan anak kecil yang harus siaga dijaga selama 24 jam. Buang-buang waktu saja.
Hasna melihat kedua tangan suaminya masih setia disisi piring makannya. Tak ada tanda-tanda ia akan memulai makan malamnya.
"Mas."
Suara Hasna membuyarkan lamunan Rama.
"Mas Rama tidak suka sama menunya? Apa mau Hasna ganti?" Tawar Hasna.
Beberapa detik kemudian Rama mulai menyuapkan makanan itu kedalam mulutnya. Tak ada komentar apapun yang terdengar dari mulut lelaki itu. Hanya suara sendok dan garpu yang beradu diatas piring. Hasna pun memutuskan untuk ikut makan malam bersama suaminya.
"Besok malam, saya akan berangkat ke Jepang untuk satu minggu." Suara Rama menghentikan suapan Hasna.
"Saya harap, selama saya pergi kamu tidak berulah." Lanjutnya.
"Berulah? Maksud mas Rama?" Tanya Hasna heran.
Rama tidak langsung menjawab pertanyaan istrinya itu, dan menghirup nafas panjang sebelum kedua bibirnya berucap.
"Selama saya pergi, jangan pernah kamu menampakkan diri dihadapan keluarga saya. Karena perjalanan bisnis saya kali ini adalah untuk...." Rama tak melanjutkan kata-katanya.
"Untuk bulan madu." Sahut Hasna cepat.
Seketika Rama mengalihkan pandangannya ke arah Hasna yang terlihat tengah fokus dengan piring makanannya.
"Aku tau dari Mama. Tadi Mama memberitahukan kalau besok pagi kita, maksud aku, kamu akan ke Jepang selama satu minggu." Keterkejutan Rama terjawab sudah.
Perempuan itu sangat paham, jika Rama tidak akan mengajak serta dirinya. Anggap saja dia terlalu geer dengan pesan yang dikirimkan mama mertua dan adik iparnya.
"Bagus kalau kamu tau maksud dari kepergianku ke Jepang. Saya harap kamu juga bisa memahami dengan baik perkataan saya sebelumnya."
Setelah menghabiskan makan malamnya, Rama segera beranjak dan menuju ruang kerjanya. Pernyataan Rama sukses membuat jantung Hasna seakan diremas.
Dia bukanlah perempuan bodoh yang tidak bisa menterjemahkan maksud dari ucapan Rama. Makanan yang begitu lezatpun terasa hambar dilidahnya.
Tak perlu berlama-lama, segera ia bereskan meja makan dan bersiap untuk beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
AR
jahat kamu Rama
2024-04-28
0
Yuna Ningsih
nyesek Thor bacanya juga
2024-04-21
0
Neulis Saja
wiil be beautiful in it's time
2024-03-18
0