BAb 9

Pernikahan yang semula direncanakan dan tinggal sebulan lagi, terpaksa harus dipercepat. Karena kakek Rusdi yang tengah kritis.

Beliau adalah satu-satunya keluarga sekaligus wali dari Hasna. Mau tidak mau, pernikahan akan dilangsungkan saat ini juga di rumah sakit tempat kakek Rusdi dirawat.

Pak Andi telah meminta izin dari pihak rumah sakit untuk pelaksanaan akad nikah. Penghulu sudah datang. Hanya menunggu Rama yang masih dalam perjalanan. Dua orang saksi, yaitu dokter yang menangani kakek dan juga seorang dokter jaga pun sudah siap.

Hasna duduk disisi kiri sang kakek. Menggenggam erat tangan keriput yang penuh kasih merawat dirinya sepeninggal kedua orang tuanya. Bu Diana mengusap lembut punggung calon menantunya. Terdengar isakan kecil yang mengiringi lantunan ayat suci ditelinga lelaki tua itu dari bibir Hasna.

Cklek....

Pintu dibuka dari luar. Semua mata tertuju di pintu ruang rawat kakek, kecuali Hasna. Seorang lelaki tampan berperawakan tinggi tegap memasuki ruangan dengan jas yang tersampir di lengan kirinya.

Pak Andi menghampiri lelaki itu, yang tak lain adalah sang putra, Rama. Beliau membisikkan sesuatu ditelinga sang putra. Cukup lama laki-laki itu mengerutkan keningnya tanpa menjawab apa yang dikatakan ayahnya. Namun akhirnya, ia menganggukkan kepalanya.Keduanya melangkah mendekati ranjang kakek Rusdi.

"Pak penghulu, silahkan, acaranya bisa dimulai sekarang." Kata pak Andi.

Penghulu hanya menganggukkan kepalanya, dan proses akad nikah pun dimulai.

Saat terdengar kata SAH dari para saksi, buliran bening menerobos keluar dari mata kakek dan Hasna secara bersamaan.

Beliau menginginkan pernikahan cucu kesayangannya itu akan berkesan seumur hidupnya. Namun kenyataannya, bahkan tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa pernikahan dilaksanakan di ruang rawat. Dengan kondisi beliau yang tengah berjuang untuk tetap bertahan hidup.

Tak ada gaun pengantin, ataupun dekorasi yang indah. Hanya ruangan yang penuh dengan alat medis, serta bau obat yang menyapa indera penciuman.

Setelah doa pernikahan dibacakan, kakek berpesan kepada cucu menantunya.

"Nak Rama, kakek titipkan gadis kecilku padamu. Dia satu-satunya yang kakek punya di dunia ini. Mungkin dia gadis yang terkesan manja. Karena hanya dia satu-satunya tempat kakek mencurahkan kasih sayang dan cinta. Jika ada yang kurang berkenan, kakek mohon tegurlah dia dengan perkataan yang lembut. Perlakukanlah dia dengan penuh kasih sayang. Jagalah selalu hatinya. Kakek yakin, cucu kakek akan mengabdikan seluruh hidupnya kepadamu, suaminya. Dia akan menjaga kehormatan mu juga kehormatan keluargamu, selayaknya ia menjaga kehormatannya. Dia harta berharga yang selama ini kakek jaga. Aku serahkan tanggung jawab ini padamu, Nak. Semoga kalian selalu bahagia." Rama mengangguk kecil seraya menyunggingkan senyum tipis pada kakek.

Semua yang ada di ruangan itu hanya terdiam menyimak perkataan kakek Rusdi. Bahkan, Bu Diana dan Pak Andi tak kuat menahan air mata saat mendengarnya. Terlihat juga para dokter yang menjadi saksi pernikahan mereka mengusap sudut matanya.

Sungguh besar sekali kasih sayang lelaki tua yang tengah berjuang antara hidup dan mati itu.

Hasna masih tetap membisikkan ayat suci di telinga sang kakek sambil mengusap lembut tangan keriput itu. Tangan kakek terulur menyentuh pucuk kepala Hasna, dan diusapnya penuh sayang.

Mata tua itu telah basah oleh air mata. Namun di bibirnya masih tersungging sebuah senyuman untuk sang cucu.

"Hasna, gadis kecil kakek. Berbahagialah nak dengan keluarga barumu. Jadilah istri yang baik, tempatkan dirimu sebagaimana mestinya seorang istri. Turunkan egomu saat dihadapan suamimu. Kakek meridhoi mu, Nak." Ucap beliau dengan lembut.

Air mata semakin deras mengaliri pipi mulus Hasna.

"Pak Andi, Bu Diana, jagakanlah Hasna seperti kalian menjaga putri kalian. Aku titipkan dia pada kalian." Pak Andi dan Bu Diana mengangguk secara bersamaan.

"Kakek meridhoi mu, Nak. Maka ridhoilah kepergian kakek." Hasna menggeleng pelan mendengar perkataan kakek. Ia masih memiliki harapan jika sang kakek akan sembuh.

"Kakek jangan bicara seperti itu, istighfar kek." Ucap Hasna lirih. Terdengar helaan nafas kakek begitu berat. Dokter dengan sigap memeriksa keadaan kakek.

Hasna membisikkan syahadat ditelinga sang kakek, yang kemudian diikuti beliau dengan terbata.

"Saya mohon semua yang ada di ruangan ini untuk keluar dulu. Kami akan memeriksa kondisi pasien." Ucap dokter.

Semua keluar dan duduk di kursi tunggu didepan ruang rawat. Penghulu pun berpamitan. Menyisakan Pak Andi beserta istri, juga sang putra yang baru saja resmi menikah. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.

Beberapa perawat dan dokter terlihat memasuki ruangan. Namun Hasna tak kunjung keluar. Bu Diana terisak di pelukan sang suami. Sedangkan Rama, berdiri tak jauh dari kedua orang tuanya.

Genggaman hangat itu terlepas dari tangan Hasna. Detak jantung Hasna berpacu sangat cepat. Bayangan kehilangan orang terkasihnya kembali memenuhi memori ingatannya.

"Kakek." Lirihnya

"Mbak tenang, kami akan berusaha melakukan yang terbaik untuk pasien." Ucap salah seorang perawat menuntun Hasna sedikit menjauh dari ranjang pasien.

Tim dokter melakukan tugasnya dengan sangat maksimal. Namun sang pemilik kehidupan lebih berhak menentukan.

Kakek Rusdi telah tiada, setelah melepaskan tanggung jawab dipundaknya yang diambil alih oleh Rama. Senyuman dibibir keriputnya, masih terlihat, seolah tengah beristirahat.

"Yang sabar ya Mbak, insyaallah surga tempat kakek Mbak." Ucap dokter.

Seketika tubuh Hasna luruh kelantai. Dunianya seakan menjadi gelap. Pelindungnya telah pergi.

Sesaat ia bertahan di posisinya. Air mata kembali mengaliri kedua pipi. Hasna menghembuskan nafas yang terdengar begitu berat. Seolah dadanya terhimpit batu yang besar.

Gadis itu mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya. Ia segera bangkit menuju ranjang dimana sang kakek telah terbujur tak bernyawa. Dia harus ikhlas, dia harus ridho atas takdir yang telah digariskan oleh Allah.

"Hasna ikhlas kek, Hasna Ridho. Semoga kakek ditempatkan ditempat yang paling indah di sisi-Nya." Ucapnya penuh ketegaran.

Diciumnya tangan sang kakek, kemudian mencium keningnya lama. Tak akan ada lagi tangan yang selalu memeluknya. Tangan yang selalu ia cium untuk meminta ridho di setiap akan memulai harinya.

"Dok, tolong bantu saya mengurus jenazah kakek." Ucapnya pada dokter yang menangani sang kakek. Beliau hanya menganggukkan kepala menyetujui permintaan Hasna.

Tak lama jenazah kakek dipindahkan untuk segera diurus kepulangannya.

Saat brangkar didorong keluar dari ruang rawat, seketika itu juga Pak Andi, Bu Diana, serta Rama menghambur mendekati. Tanpa perlu bertanya, sudah terlihat jelas bahwa kakek telah tiada.

Ketika brangkar mulai menjauh, barulah Hasna terlihat keluar dari ruang rawat kakek. Matanya sembab, pun dengan penampilannya yang terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Hasna." Panggil Pak Andi.

Hasna pun menoleh dan menghampiri kedua mertuanya. Seulas senyum tersungging seperti sedang dipaksakan. Spontan bu Diana menarik, gadis berjilbab navy itu kedalam pelukannya. Air mata yang sempat tertahan akhirnya luruh juga. Tanpa isakan, Hasna berusaha menguasai emosinya.

"Om, Tante, jika semasa hidup kakek ada salah, tolong maafkan kesalahan kakek Hasna ya." Ucap gadis itu setelah mengurai pelukan. Dari suaranya sudah terdengar dia begitu tenang sekarang.

Rama hanya memperhatikan interaksi diantara mereka, tanpa ada keinginan untuk bergabung.

"Segala kesalahan kakek kamu, sudah kami maafkan, Nak." Kata Pak Andi sambil mengusap lembut pucuk kepala sang menantu.

"Kami akan bantu uruskan jenazah almarhum." Sambungnya. Hasna hanya mengangguk menanggapinya.

***

Terpopuler

Comments

Alivaaaa

Alivaaaa

😭😭😭

2024-04-01

0

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

hiks hiks hiks

2024-03-26

0

Lian

Lian

adduuwh. dadaku trsasa sesak.
ya Allah 😭😭

2024-03-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 BAb 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Salam cinta Ayah Bunda Reyn
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
BAb 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Salam cinta Ayah Bunda Reyn

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!