Bab 18

Pukul tujuh tepat, Siska menjemput Marissa di kontrakannya. Perempuan itu benar-benar kagum dengan dandanan sahabatnya.

Mini dress di atas lutut yang begitu pas ditubuh, dengan potongan dada rendah. Ditambah lagi dengan polesan make up yang menonjolkan kesan seksi. Begitu sempurna.

"Gila, lo seksi banget, Sa." Puji siska.

"Gue yakin, Tomi bakalan mohon-mohon buat balikan lagi sama lo."

"Ckk...udah nggak usah lebay deh." Ucap Marissa.

Sebenarnya mini dress itu salah satu dress yang akan dipakainya saat di Jepang. Marissa ingin tampil sempurna dan seksi dimata Rama. Tapi...hanya sebuah angan.

Kedua gadis itupun langsung menuju ke tempat acara berlangsung. Di sebuah bar yang sudah di booking oleh si pemilik acara.

Teman-teman semasa kuliah mereka menjadi sebagian tamu di acara ini. Sebagian lagi mungkin teman-teman kerja Lola.

Acara berlangsung meriah sampai pada acara puncak. Setelah itu acara bebas bagi para tamu.

Siska dan Marissa memutuskan untuk duduk di tempat yang tidak terlalu bising. Menikmati hidangan yang telah tersedia.

Mereka mengambil jus dan makanan ringan. Kebetulan disana disediakan wine dan beberapa minuman beralkohol lainnya. Siska kebetulan memang tidak ingin menikmati minuman itu, ia harus tetap pada kesadaran seratus persen, mengingat ia yang membawa mobil.

"Hai, boleh gabung?" Ucap Tomi, mantan pacar Marissa semasa kuliah.

Refleks lengan Siska menyenggol Marissa pelan. Benar dugaannya kalau Tomi bakalan terpesona dengan sahabatnya itu.

"Silahkan." jawab Siska.

Marissa biasa saja. Sejujurnya Tomi adalah lelaki tipe Marissa, tapi posisinya terganti oleh Rama. Karena pesona Bos muda itu begitu kuat.

Dulu mereka putus pun dengan cara yang baik. Bukan karena drama perselingkuhan atau semacamnya. Jadi hubungan keduanya baik-baik saja hingga sekarang.

"Lo cantik banget, Sa." Puji Tomi.

"Makasih." Jawab Marissa.

Obrolan mereka mengalir begitu saja, karena memang hubungan mereka juga lumayan dekat.

Raut wajah Siska berubah saat mendapati sebuah pesan yang barusan ia terima.

"Sa, gue dapat pesen dari kakak gue, mobilnya mogok. Kebetulan suaminya lagi keluar kota. Lo ikutan pulang gak sama gue?" Kata Siska.

Siska merasa tidak enak pada Marissa, mengingat dia yang telah mengajak gadis itu pergi.

"Santai aja kali, ntar gue yang anter. Alamat masih sama kan?" Sahut Tomi.

"Gimana, Sa?" Tak menghiraukan ucapan Tomi, Siska masih menunggu keputusan Marissa.

"Lo duluan aja deh, gue bisa pulang sama Tomi." Jawab Marissa pada akhirnya.

"Serius lo?" Tanya Siska memastikan.

"Iya santai aja. Lagian besok weekend. Gue butuh refreshing." Jawab Marissa lagi.

"Oke kalu gitu, gue cabut duluan ya. Have fun guys."

Hening sesaat sepeninggal Siska. Marissa terlihat menikmati camilannya, dan Tomi sesekali mencuri pandang pada mantan kekasihnya itu.

"Ehmm... By the way, lo beneran makin cantik Sa. Lo kelihatan dewasa banget."

Lagi, terdengar pujian keluar dari bibir Tomi. Tapi tidak terdengar begitu menarik bagi Marissa. Karena perempuan itu berharap jika pujian serupa keluar dari mulut lelaki yang dia cintai, Rama.

"Udah, nggak usah muji-muji gitu. Biasa aja kali." kekeh Marissa.

"Beneran. Pasti cowok lo beruntung banget."

"Gue gak punya cowok."

"Nggak percaya gue."

"Terserah lo."

Nampaknya mereka mengobrol lumayan seru. Mungkin karena mereka pernah berhubungan dekat dan saling nyambung satu sama lain. Hingga seorang waitress datang menawarkan minuman pada mereka.

Terlihat Tomi mengambil segelas minuman beralkohol dan ditenggaknya cepat. Sedikit banyak Marissa tau bahwa mantan pacarnya sudah terbiasa dengan minuman semacam itu.

Terbesit keinginan di pikiran perempuan itu, untuk mencicipi minuman yang sama seperti yang dinikmati Tomi barusan. Dengan cepat Tomi mencegah agar jangan sampai Marissa meminumnya.

"Sa, lo jangan coba buat minum ini, lo nggak terbiasa. Ntar yang ada lo malah hangover."

"Ckk... Gue cuma pengen coba doang."

Selama ini Marissa hanya terbiasa dengan wine, bukan minuman dengan kadar alkohol tinggi. Dia hanya ingin mengurangi sedikit kekesalan hatinya dengan mencoba minuman itu.

"Lo yakin?" Tomi masih berusaha mencegah Marissa yang akan menenggak minuman ditangannya.

"Bawel lo, ntar lo kan yang nganterin gue pulang. Jadi aman kalau-kalau seandainya gue benar-benar hangover." Kekeh perempuan seksi itu.

Dengan sekali tegukan, minuman di gelas nya tandas. Tenggorokannya terasa sedikit terbakar. Tapi seketika pikirannya menjadi rileks.

Marissa pun menyambar segelas minuman yang sama, dan tandas begitu saja.

Kepalanya mulai berdenyut, mungkin karena efek dari minuman itu. Tapi perasaannya menjadi lebih ringan.

Segera ia sambar gelas ditangan Tomi. Tapi lelaki itu menahan agar jangan sampai diminum lagi oleh Marissa. Tomi sadar bahwa Marissa mulai kehilangan kesadarannya.

"Sa, cukup!. Jangan diteruskan!. Lo mulai nggak sadar." Ucap Tomi sedikit meninggi.

Cup

Kecupan singkat mendarat di pipi kanan lelaki itu. Dan hal itu sukses membuat Tomi sedikit lengah. Pada akhirnya Marissa berhasil menghabiskan segelas lagi.

Kesadaran Tomi kembali, saat Marissa menggoyang-goyangkan gelas kosong tepat didepan mukanya. Betapa ceroboh nya dia, gara-gara kecupan sampai-sampai tidak sadar kalau gelas sudah berpindah tangan dan telah tandas isinya.

Suasana mulai tidak kondusif saat Marissa mulai meracau tidak jelas. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu segera membawa Marissa keluar dari tempat acara dan mengantarkannya pulang.

***

Tepat pukul dua belas malam, Tomi sampai di kontrakan Marissa. Terlebih duhulu ia membuka pintu kontrakan setelah mencari kuncinya didalam tas perempuan itu.

Sejak dalam mobil hingga sampai kontrakan, terus saja Marissa meracau. Mungkin terlalu stress dengan pekerjaan, pikir Tomi.

Setelah menutup pintu dan mengantarkan Marissa sampai kedalam kamar, Tomi berniat langsung pulang. Mengingat ini sudah terlalu malam untuk bertamu.

Namun langkahnya terhenti, tatkala Marissa memeluknya dari belakang. Tomi tentu terkejut dibuatnya. Segera ia lepaskan pelukan perempuan itu.

"Sa, lebih baik lo istirahat. Gue cabut dulu."

Namun dengan cepat, lagi-lagi Marissa memeluknya.

"Jangan tinggalin aku, aku mohon. Aku cinta banget sama kamu. Kenapa kamu nggak peka sama sekali?" Ucap Marissa

Tak menanggapi, justru Tomi terdiam mendengarkan perkataan Marissa yang lebih mirip seperti ungkapan hati.

Apakah benar untuknya, atau untuk orang lain? Tapi, tadi Marissa mengatakan bahwa ia tidak memiliki kekasih.

"Tau nggak, aku sengaja pakai baju ini, dandan seperti ini tuh buat kamu."

Tomi benar-benar terkejut dengan ucapan Marissa. Apakah benar dia berdandan secantik ini untuknya? Seketika hatinya berbunga-bunga. Ternyata perempuan itu masih memiliki rasa untuknya.

"Lo cinta sama gue sa?" Tanya Tomi memastikan.

"Gue cinta banget sama lo, bahkan dari awal pertemuan kita."

Cup

Marissa mendaratkan bibirnya tepat di bibir Tomi. Terdiam Diana beberapa detik, kemudian ******* lembut bibir itu. Lelaki itu tetap diam tak membalas perlakuan Marissa kepadanya. Ia terkejut untuk kesekian kalinya.

"Lo nggak suka sama gue? Nggak cinta?" tanya Marissa saat ciuman itu terlepas.

"Gue juga cinta, Sa sama lo." Jawab Tomi.

Cup

Sekali lagi Marissa mendaratkan ciumannya dibibir Tomi. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya mereka berciuman. Sudah sering disaat mereka berpacaran dulu.

Ciuman kali ini terbalaskan. ******* dan gigitan kecil menjadi seni diantara ciuman mereka. Ciuman lembut berubah sedikit kasar dan menuntut.

Tomi yang mulai mendapatkan kesadarannya kembali, mendorong pelan bahu perempuan itu.

"Udah, Sa. Cukup."

Namun Marissa tak menghiraukannya. Kedua sorot matanya terlihat sayu. Seperti sedang mengharapkan sesuatu yang lebih.

Dengan kasar ia kembali ******* bibir Tomi dan semakin memperdalam ciumannya. Pertahanan Tomi akhirnya jebol juga. Lelaki itu mulai mengimbangi permainan Marissa.

Entah siapa yang memulai, keduanya sudah dalam keadaan tanpa busana. Keduanya menuntut hal lebih dari sekedar ciuman.

"Sa..." Ucap Tomi dengan suara yang terdengar parau.

Rupanya ia meminta persetujuan perempuan dibawah kungkungannya itu untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi.

"Lakukanlah sayang, aku milikmu." Suara Marissa terdengar seperti ******* yang tertahan.

Setelah mendengar ucapan itu, Tomi segera memposisikan dirinya. Diciumnya lembut bibir gadis dibawah tubuhnya itu.

Cengkeraman kuat bersarang di punggung lelaki itu, manakala ia berhasil melakukan penyatuan dengan Marissa.

"Sa, maaf."

Ia sungguh menyesal telah melakukan hal ini kepada perempuan yang masih mengisi hatinya itu. Tapi sudah kepalang tanggung, toh ini juga mereka lakukan atas dasar suka sama suka.

***

Assalamu'alaikum manteman, jangan lupa berikan dukungan kalian dengan cara like, comment, vote dan gift nya ya. Biar makin semangat nulisnya.

Terpopuler

Comments

Syaiful Amri

Syaiful Amri

marisa kok jadi diana thor??

2024-04-14

0

Neulis Saja

Neulis Saja

ehm satu dosa yg kau perbuat maka akan kembali melakukan yg sama

2024-03-18

2

Eny Hidayati

Eny Hidayati

Marisa... kelakuanmu seperti nyai Blorong...

2024-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 BAb 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Salam cinta Ayah Bunda Reyn
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
BAb 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Salam cinta Ayah Bunda Reyn

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!