Bab 2

Jam menunjukkan hampir pukul empat sore. Setelah selesai memastikan semua persiapan pembukaan restoran sudah beres, Hasna memutuskan untuk pulang.

Namun sampai dipertengahan jalan, hujan turun dengan derasnya. Terpaksa Hasna menghentikan perjalanan dan mencari restoran terdekat. Karena kebetulan dia belum sempat makan siang dan sholat ashar.

"Permisi mbak, mushollahnya disebelah mana ya?" Tanya Hasna kepada salah satu pegawai restoran.

"Mbak lurus saja, lalu belok kanan. Tepat disebelah kiri toilet." Jawab pelayan itu ramah.

"Oh iya, terima kasih."

Hasna segera menuju ke mushollah yang ditunjukkan pagawai wanita tadi. Saat mengantri di toilet tak sengaja ia berpapasan dengan seorang wanita cantik yang memakai mini dress diatas lutut. Rambut ditata sedemikian rapi dengan gelombang diujungnya.

Terlihat wanita itu memoleskan lipstik merah terang yang begitu kontras dengan warna kulitnya. Anggun, itu kata yang pertama keluar jika melihat penampilannya.

Tapi yang menjadi fokus Hasna adalah, belahan dada yang rendah dan dengan sengaja memamerkan isinya. Astaghfirullah, semua lelaki akan terbangkitkan hasratnya jika melihat penampilan wanita itu. Apalagi cuaca yang begitu mendukung.

***

Hasna memesan makanan dan segelas minuman hangat setelah melaksanakan kewajibannya sebagai muslimah. Semakin lama semakin penuh pengunjung restoran ini. Bahkan banyak juga yang tak beranjak walaupun makanan di piring mereka telah tandas. Di luar hujan masih deras.

Hasna menikmati makanannya. Sesekali dia mengecek email para customer yang masuk di ponselnya. Alhamdulillah tak pernah sepi orderan. Hasna sangat bersyukur bisa mengembangkan bisnis orang tuanya. Bahkan dia sudah memiliki hampir lima puluh pegawai di lima gerai usahanya.

"Ehmmm....permisi." Suara deheman seorang laki-laki mengalihkan atensi Hasna dari layar ponselnya.

"Boleh, saya ikutan gabung?" Lanjut lelaki itu. Seketika Hasna menautkan kedua alisnya.

"Semua meja sudah penuh, saya hanya butuh tempat untuk menghabiskan makanan saya." Sepertinya lelaki itu paham atas keterkejutan perempuan dihadapannya itu.

Seketika Hasna menyapukan pandangannya di sekeliling restoran. Benar saja, semua meja penuh terisi.

"Jadi bagaimana?" Lelaki itu masih menunggu izin dari Hasna.

"Ya, silahkan." Hasna mempersilahkan lelaki itu untuk bergabung di mejanya.

Suasana kembali hening, Hasna melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Netranya tak sengaja menangkap sosok wanita yang ditemuinya di toilet tadi tengah memaki seorang pelayan restoran.

Tak lama kemudian seorang berkemeja rapi menghampiri mereke berdua. Sepertinya menejer restoran yang kemudian menegur pegawainya dan meminta maaf pada wanita berbaju merah.

Lalu wanita itu pergi bersama seorang lelaki berpakaian jas rapi. Terlihat dari penampilannya, sepertinya baju wanita itu ketumpahan sesuatu.

"Tapi tidak bisa mendadak juga ma, semuanya butuh persiapan." Suara lelaki didepan Hasna menginterupsi perhatian gadis itu.

"Makanya mama minta bantuan sama kamu." Jawab seseorang dari seberang sana.

"Iya, acaranya besok kan? Tapi tidak mungkin bisa menyiapkan semuanya serba dadakan gini." Ucap lelaki itu lagi. Hasna tetap menyimak percakapan yang tak sengaja di didengarnya sambil menikmati makanannya.

"Tempat, kita sudah reservasi, tapi untuk katering tamu undangan masih belum ada."

"Ya nanti coba Kevin tanya-tanya sama teman-teman Kevin dulu. Siapa tau ada yang bisa rekomendasiin jasa katering buat acara dadakan mama ini." Ponsel yang semula menempel di telinga kiri lelaki itupun diletakkan diatas meja. Pertanda panggilan sudah diakhiri.

"Maaf mbak, kalau saya mengganggu." Ucap lelaki itu.

"Emmm...tidak apa-apa." Jawab Hasna sambil tersenyum.

"Emmm...maaf kalau saya mencuri dengar percakapan anda ditelepon." Ucap Hasna sopan

"Aah...tidak apa-apa. Suara saya pasti tadi sedikit keras." Jawab pemuda disertai seulas senyuman.

"Emmm...apa mas butuh jasa katering?" Tanya Hasna to the point. Lelaki didepannya seketika mengernyitkan kening mendengarnya.

"Maaf." Sambung gadis itu dengan sedikit canggung karena melihat tanggapan pemuda dihadapannya itu.

"Ah...iya. saya butuh jasa katering untuk acara mama saya besok sore. Tapi saya bingung jika harus memesan secara dadakan dalam jumlah yang tidak sedikit."

"Saya ada rekomendasi jasa katering, kalau mas nya mau." Tawar Hasna.

Ya anggap saja seperti menerapkan strategi marketing. Hasna mencari celah untuk menawarkan secara tidak langsung pada calon customer.

"Boleh, kalau mbak...."

"Hasna." Jawabnya cepat

"Kevin." Pemuda itu mengulurkan tangak kananya untuk berkenalan dengan Hasna. Namun Hasna hanya menagkupkan kedua tangannya didepan dada sambil tersenyum.

"Ah...maaf." Kevin menarik kembali tangan kanannya.

"Gimana, apa bisa saya minta nomer yang bisa saya hubungi? Maksud saya nomer katering."

Hasna mengeluarkan kartu nama dari dalam tasnya, dan menyodorkannya dihadapan lelaki itu. Kevin menerimanya dengan sedikit kelegaan, karena tidak harus mendengarkan omelan sang mama jika dia gagal menjalankan tugas dari beliau.

"Dapur Berkah, Hasna Ayudia?" Kevin mengalihkan pandangannya dari kartu nama yang dipegang pada gadis didepannya itu.

"Iya, itu usaha katering milik saya." Sepertinya Hasna mengetahui arti tatapan lelaki dihadapannya itu.

"Wah...kebetulan sekali kalau begitu. Apa mbak ada waktu? Mengingat acaranya besok malam. Maksud saya, saya ingin mengenalkan mbak Hasna pada mama saya. Karena saya juga tidak bisa memutuskan apa yang akan dipesan nanti."

Hasna melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, sudah masuk waktu maghrib. Hujan di luar pun sudah reda.

"Bisa mas, tapi saya izin untuk sholat sebentar ya. Setelah itu saya akan temui ibunya mas Kevin."

"Ya, silahkan."

Hasna segera beranjak meninggalkan Kevin sendiri di meja. Ia segera menuju mushollah restoran.

***

Setelah sholat dan memberikan kabar pada sang kakek, Hasna segera menuju ke meja tempatnya semula. Terlihat Kevin melambaikan tangan ke arahnya.

Ternyata dimeja tempatnya tadi sudah ada seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik duduk dan samping kiri Kevin. Kalau diperhatikan dari parasnya, ada kemiripan dengan Kevin. Mungkin itu ibunya.

Sungguh kebetulan, ternyata sang mama sedang berada diluar rumah. Dan saat Kevin menghubunginya, beliau langsung menuju ke tempat Kevin saat ini.

"Mbak Hasna, perkenalkan ini mama saya. Ma ini mbak Hasna pemilik katering yang Kevin ceritakan tadi." Kedua wanita beda usia itu saling berjabat tangan untuk berkenalan.

"Begini nak Hasna, saya rencananya akan mengadakan acara santunan dengan anak yatim, yang nantinya akan mengundang sekitar seribu orang. Besar sekali harapan saya kalau nak Hasna bisa membantu menyediakan katering untuk acara nanti." Ucap Bu Rosita, mamanya Kelvin.

"Maaf mbak Hasna, kalaupun nantinya mbak Hasna menolak tidak apa-apa kok. Mengingat acaranya juga mendadak." Kata Kevin menyela sebelum hasna menjawab perkataan ibunya.

Karena Kevin tau kalau ibunya ini suka sedikit memaksa. Seulas senyuman tersungging di bibir perempuan berjilbab biru muda itu.

"Tidak masalah mas Kevin." Jawab Hasna dengan tenang. Lalu mengalihkan netranya pada ibu pemuda itu.

"Kebetulan saya punya dua cabang jasa katering lagi. Jadi dengan jumlah segitu tidak akan ada masalah. Ibu tinggal tentukan saja menu serta tempat pengantarannya. Nanti insyaallah akan kami antarkan tepat waktu." Lanjutnya.

"Alhamdulillah, terima kasih sekali nak Hasna." Senyum kelegaan terlihat jalas di wajah wanita paruh baya itu.

"Oh iya nak Hasna, jika ada rekomendasi untuk kue dan sejenisnya, bisa juga sekalian beritahukan pada tante"

"Ma..." Kevin merasa tidak enak mendengar permintaan mamanya pada Hasna.

"Mama hanya bertanya Kevin." Sela wanita yang dipanggilnya mama itu.

"Kebetulan saya juga mengelola toko kue dan pastry. Kalau ibu bersedia, saya akan mengirimkan menu-menunya."

"Wah tante tidak menyangka kalau Kevin ada kenalan pengusaha muda yang cantik. Eh... jangan panggil ibu, tante saja supaya lebih akrab." ucap bu Rosita.

Kedua pipi Hasna bersemu merah mendengarkan pujian dari wanita dihadapannya itu. Setelah mengirimkan contoh menu kepada Bu Rosita, dan beliau memilih menu nasi beserta beberapa kue yang akan dipesannya. Pembayaran pun langsung dilakukan saat itu juga.

Setelah mengobrol kembali selama tiga puluh menit, akhirnya Hasna pamit undur diri. Mengingat malam semakin larut.

***

Pukul delapan malam, Hasna baru sampai di rumah. Dan kebetulan kakek sudah beristirahat. Akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat juga dikamarnya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Hasna bersiap merebahkan diri diatas kasur nan empuk miliknya. Namun suara dering ponsel membuatnya batal mendaratkan punggungnya. Segera dibukanya aplikasi perpesanan di hpnya. Dari nomer yang tidak dikenal. Ternyata dari Bu Rosita, yang mengirimkan alamat tempat diadakannya acara.

Setelah membalas pesan itu, Hasna mulai merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata.

Terpopuler

Comments

Khusnul Khotimah

Khusnul Khotimah

pasti ada rencana Allah didalamnya

2024-06-25

1

yukmier

yukmier

sepertinya calon mantu niii...hehe

2024-05-17

0

Neulis Saja

Neulis Saja

Kevin salah satu kandidat calon suamimu

2024-03-18

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 BAb 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Salam cinta Ayah Bunda Reyn
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
BAb 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Salam cinta Ayah Bunda Reyn

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!