☘️☘️
Setelah selesai menyuapi Bagas, Bulan pun berniat membersihkan rumah Bagas dan mencuci semua pakaian kotor Bagas.
" Ya sudah sekarang Abang istirahat ya. " kata Bulan yang langsung menuntun Bagas ke kamar, lalu membatu Bagas untuk berbaring di tempat tidur, dan langsung menyelimutinya.
Bagas yang masih bingung itu pun menurut saja, karena ia masih belum percaya dengan apa yang terjadi dengan sikap sahabatnya ini.
Setelah membantu Bagas beristirahat, Bulan langsung keluar, dan membereskan serta bersih - bersih rumah Bagas, dan juga mencuci semua pakaian kotor milik Bagas.
Bagas yang masih tidak percaya dengan perubahan sikap yang ia kira Tari itu, langsung bangun dari tempat tidur, dan langsung mengintip Bulan dari kejauhan.
Bertambah bingung lah Bagas melihat semuanya, sampai - sampai ia terpesona melihat semua perhatian dan kepedulian sahabatnya itu padanya.
Setelah selesai semuanya, Bulan pun bermaksud pamit pada Bagas untuk pulang karena harinya sudah sore.
" Eh bang Bagas sudah bangun, semuanya sudah beres bang... dan aku juga sudah memasakkan makanan untuk makan malam Abang nanti. Ya sudah aku pulang dulu ya Bang, permisi... " kata Bulan yang sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya.
" I... iya terimakasih banyak Tari. " kata Bagas, karena hanya itu yang dapat ia katakan, karena masih dalam mode bingungnya.
" Sama - sama Bang, cepat sembuh ya... aku pulang dulu. " kata Bulan yang langsung di anggukan oleh Bagas.
Setelah berpamitan Bulan pun langsung pulang kerumah Tari, dan di sana sudah ada Bu Diah yang sudah menunggunya.
Sedangkan Bagas kembali beristirahat karena kembali merasakan sakit setelah Bulan pergi.
" Assalamualaikum Bu " salam Bulan yang melihat ibunya sedang memasak di dapur.
" Walaikum salam, bagaimana keadaan Bagas Tari ?" tanya Bu Diah yang sudah mendengar kabar tentang anak dan sahabat anaknya itu dari para warga.
" Alhamdulillah sudah mendingan Bu. " jawab Bulan yang langsung membantu Bu Diah memasak.
" Alhamdulillah kalau begitu, ya sudah kalau begitu kamu bersih - bersih dulu gih, biar ibu yang menyelesaikan semuanya. " kata Bu Diah meskipun sedikit heran Kenapa Tari tidak bisa melawan saat para preman menyerangnya, padahal ia sudah mengajarkan semua ilmu bela diri kepada anaknya itu.
" Iya Bu, ya sudah aku ke kamar dulu ya Bu, mau bersih - bersih dulu. " kata Bulan yang langsung di anggukan oleh Bu Diah.
" Aneh... Kenapa Tari diam saja saat mereka di serang oleh para preman, apakah ia sudah mulai berubah agar bisa kalem... Hah tau ah, terserah kamu saja nak, ibu selalu mendukung apapun yang kamu lakukan. " kata Bu Diah bergumam sendiri setelah Bulan ke kamarnya.
Tidak mau ambil pusing, Bu Diah pun membiarkan saja sedikit perubahan dari sikap anaknya itu, bahkan Bu Diah sangat bahagia melihat anaknya bisa kalem juga seperti wanita pada umumnya, tidak seperti biasanya yang sedikit jutek, dan tidak begitu perduli dengan penampilan nya sendiri.
Tidak ada kecurigaan sama sekali di hati Bu Diah dan Bagas atas perubahan sikap Yang mereka kira Mentari itu, karena Bu Diah dan Bagas sangat bahagia atas perubahan sikap yang menurut mereka berdua jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Sampai - sampai Bagas terus kepikiran dengan sikap lembut dan perhatian dari yang ia kira sahabatnya itu.
" HAH... Lo kenapa bisa berubah jadi cantik dan anggun banget gini sih Tar, kalau begini terus, lama - lama gue bisa jatuh cinta sama Lo. " kata Bagas sendiri yang terus teringat dengan semua perhatian Bulan tadi siang.
Hari pun sudah larut malam, dan sampai sekarang Bagas masih tidak dapat memejamkan matanya, ia terus terbayang wajah sahabatnya itu, meskipun terus berusaha untuk menghilangkan pikirannya tentang Tari, tapi malah semakin membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan rasa tidak karuan karena terus kepikiran dan terbayang - bayang wajah sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments