Bab 9

🌻🌻🌻

Bu Linda masih mengobati tangannya yang terkena pecahan piring tadi, begitu juga dengan Vika, ia juga mengompres pipinya yang merah akibat tamparan ibunya tadi.

" Dasar perempuan si****l, akan ku balas semuanya. Berani sekali dia sekarang seehhttt..." kata Bu Linda sambil meringis mengobati lukanya di dapur.

" Kenapa ga di usir atau di bunuh aja sih mah perempuan si****l itu, lihat sudah berani kurang ajar kan dia " kata Vika yang juga masih mengompres pipinya.

" Jika itu bisa, sudah mamah lakukan sejak dulu Vika... Asal kamu tahu, semua yang kita miliki saat ini akan hilang kalau ia tidak bersama kita sekarang, apalagi kalau sampai ia mati, maka seluruh harta warisan nya ini akan jatuh ke panti asuhan. " kata Bu Linda lagi

" Terus sekarang kita harus bagaimana mah ?" tanya Vika lagi

" Yah seperti biasa, ia akan menjadi budak kita selamanya, sampai ia menikah dan ikut bersama suaminya. Barulah semua harta warisan nya akan tetap di tangan kita. " jawab Bu Linda

" Apa tidak ada cara lain mah, supaya kita bisa mendapatkan semuanya tanpa harus menyangkut dia " tanya Vika lagi

" Tidak ada, kecuali kita harus memaksanya menandatangani surat pelimpahan harta warisan itu atas nama kita " jawab Bu Linda

" Kenapa tidak mamah lakukan sejak dulu mah ?" tanya Vika lagi

" Mana bisa Vika... itu hanya bisa di lakukan ketika ia berumur dua puluh lima tahun, jadi kita harus bersabar lima tahun lagi. " jawab Bu Linda lagi

" Huh... lama banget sih..." kata Vika sambil cemberut karena kesal pada Tari

" Sabar sayang... " kata Bu Linda lagi yang menenangkan anaknya itu.

Tanya mereka sadari, ternyata Tari mendengar semua yang mereka berdua katakan.

" Oh pantas saja, semua karena harta rupanya... Kasihan sekali kamu Bulan, baiklah aku akan membantumu mempertahankan semua peninggalan orang tua mu ini. Dan memberi pelajaran orang - orang yang sudah menyakitimu, dan menjadikan mu budak di rumahmu sendiri selama ini. " kata mentari dalam hati dan langsung kembali ke kamarnya.

Mentari tidak sengaja mendengar pembicaraan duo macam tadi ketika ia hendak mengambil air minum di dapur, dan mentari pun berhenti di depan pintu dapur untuk mendengar semuanya.

" Sebenarnya siapa sih tu perempuan yang bernama Bulan, apa ada hubungannya ya sama gue, dan kenapa wajah kami bisa sangat mirip. Hah... aku harus mencari tahu semuanya. " kata Tari yang bergumam sendiri di dalam kamarnya.

Tari pun mengunci pintu kamarnya, karena ia hendak beristirahat dengan tenang malam ini, tidak butuh waktu lama ia pun langsung terlelap dan berada dalam mimpi.

☘️☘️☘️

Sedangkan di tempat lain, setelah selesai makan malam saat ini Bulan sedang membantu Bu Diah mengikat sayuran untuk di bawa ke pasar besok.

" Tari sayang, besok kamu di rumah saja ya tidak usah ikut ibu jualan kamu kan masih sakit, ibu tidak mau terjadi apa - apa padamu " kata Bu Diah yang sangat menyayangi dan mengkhawatirkan yang ia kira anaknya itu.

" Tapi Bu, aku kan mau bantu ibu " kata Bulan yang sudah menganggap Bu Diah sebagai ibunya sendiri.

" Jangan sayang, nanti kalau kamu sudah sembuh total baru boleh bantu ibu lagi ya, sudah nurut saja sama ibu. " kata Bu Diah lagi, yang terpaksa di anggukan oleh Bulan.

Setelah selesai mengikat sayuran, Bulan dan ibunya pun langsung beristirahat karena harinya memang sudah malam.

Saat sampai di kamarnya, Bulan pun bergumam sendiri di atas tempat tidurnya.

" Beruntung sekali kamu Tari, meskipun hidup sederhana, tapi kamu berada di sekeliling orang - orang yang menyayangimu, ijinkan aku menikmati semua sementara sampai kau kembali Tari, Maafkan aku yang egois ini. " kata Bulan sebelum ia menutup matanya dan tidak lama ia pun langsung masuk ke dalam mimpi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!