Menurutnya lebih lanjut, kegagalan itu mempunyai beberapa sebab: pembangunan telah di laksanakan secara terpisah dan tak global ( tak ada hubungannya satu dengan lainnya, misalnya antara industri dan pertanian ), antara sektor industri yang berbeda juga tak ada hubungan sehingga aktivitas industri sekonder tak dapat tumbuh.
Ketika hal itu di ketahui beberapa tahun yang lalu, semuanya sudah tak dapat di perbaiki. Beberapa akibat yang berat terasa: percepatan ketidak berkembang pertanian, bertambahnya ketergantungan makanan Iran pada negeri lain, ketimpangan tingkat pembangunan dan tingkat hidup antara daerah dan pusat tambah besar; terjadilah ecodusrural yang besar sekali, lahir sebuah sub-proletariat, perbedaan antara yang miskin dan yang kaya menjadi luar biasa: dan terjadilah kejutan kebudayaan yang menghancurkan seluruh sendi masyarakat tradisional Iran.¹
Salah satu penyebab tak berhasilnya strategi pertama tersebut adalah juga karena seluruh rencana pembangunan boleh di katakan diikuti separuhnya saja. Bahkan di pelita IV ( 1969-1974 ), 40% dari biaya yang ada tidak di pakai karena prioritas proyek sudah di ubah.
Keinginan melepaskan ketergantungan dari negeri asing juga tampak pada strategi pembangunan kedua, yang memberi prioritas pada pembangunan industri petro kimia dan pupuk buatan, meskipun di butuhkan pembiayaan besar sekali: lebih dari 10 milyar dollar AS. Tetapi rencana ini terhenti di tengah jalan, karena datangnya revolusi juga tidak akan dapat memenuhi harapan. Sebab 2.500 barang yang di buat dari petro kimia ( 5% dari pasar di dunia ) akan mendapat saingan berat akibat jenuhnya pasar. Selain itu pemilihan produksi telah di tentukan oleh beberapa perusahaan asing ( kebanyakan Amerika dan jepang ) yang ikut serta dalam proyek ini dan mempunyai kepentingan sendiri. Mereka terang tak mau perduli pada ke inginan Iran untuk berdikari di bidang Ekonomi.
Pada saat terakhir menjelang revolusi. Iran bukan saja di landa korupsi tetapi juga oleh inflasi yang besar : antara 100-200% dari tahun 1975 s/d 1978. Beberapa faktor politik, gelombang protes dari kaum miskin, pemogokan, pendudukan pabrik oleh buruh, demontrasi yang memuncak di akhir tahun 1977 menyebabkan banyaknya modal yang keluar dari Iran dan berakibatkan terbengkalainya tak sedikit proyek proyek raksasa.
Suhu politik menaik karena pembangunan hanya menguntungkan bagi sebagian kecil orang Iran, terutama yang termasuk 2000 orang Iran terkaya, sedangkan sisanya miskin miskin. Sepuluh persen penduduk yang mempunyai penghasilan terendah hanya mempunyai/membelajakan 1,37% dan sepuluh persen keluarga yang terkaya membelanjakan tak kurang dari 40% kekayaan Iran.
Naiknya kelompok berjuis minyak yang campur aduk dengan kalangan kerajaan ( berkat spekulasi tanah, rumah dan komisi di segala bidang ) menyebabkan kaum borjuis menengah dan borjuis kecil merasa iri hati sekaligus tertekan. Tingkat hidup para dokter, pengacara, pegawai negeri, profesor, merosot. Apalagi kaum proletariat dan sub-proletariatnya, jangan tanya!
Ekonomi Iran pada akhirnya menjadi ekonomi yang parasit. Masyarakat Iran menjadi masyarakat yang konsumtif seperti di negera negera Eropa, tapi di kurangi daya produksi. Uang negara juga habis buat membayar banyaknya birokrat yang bekerja untuk negara. Di tahun 1966 ada 662.664 pegawai negeri di Iran. Dua belas tahun jumlahnya meningkat menjadi 750.000 orang dari 10,3 juta penduduk aktif di Iran. Artinya 7,2% orang yang bekerja di Iran di bayar oleh pemerintahan. Itu belum termasuk jumlah anggota Angkatan perang: 413.000 orang.
Pemerintahan telah mengusahakan sekolah sekolah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi industri industrinya. Sekitar 2,5 juta orang mendapat kesempatan bersekolah di seluruh tingkatan, di tahun 1978, di 33.500 sekolah. Padahal di tahun 1960 hanya ada 600.000 orang murid untuk 8.000 sekolah. Mereka kebanyakan putra putri keluarga petani, yang terpaksa harus tinggal di kota kota untuk menempuh pendidikan lebih tinggi. Kebanyakan mahasiswa tersebut mendapatkan bea siswa. Tetapi yang menyedihkan adalah jumlah bea siswa mereka, bahwa lebih besar dari penghasilan keluarga mereka di desa. Terpaksa mereka mengirimkan sebagian dari uang tersebut untuk menyokong orang tua dan adik adik, di kampung.¹
Di universitas atau sekolah tinggi banyak anak orang kaya. Hal ini dapat di maklumi, sebab siapa yang punya uang tentu akan dapat kesempatan lebih baik untuk belajar dan lulus di saringan masuk. Anak anak orang miskin tersebut akan iri hati melihat kemewahan mahasiswa mahasiswa lain tersebut. Mula mula hal ini akan dapat di tahan dan di bendung. Lama lama ia akan menjadi bola salju yang akan memberikan sumbangan mereka dalam perjuangan oposisi melawan pemerintah Shah Iran.
Pada bulan juli 1979 Terdapat 547.000 calon mahasiswa yang bermaksud memasuki universitas universitas. Tetapi tersedia hanya 44.000 tempat (8%). Di Iran ada ujian khusus bagi mereka yang ingin masuk ke universitas universitas Pemerintahan. Ini, di lakukan mulai 10 tahun yang lalu dan seluruhnya di pusatkan. Tak kurang dari 30.000 pegawai yang bekerja mengurusi hal itu. Universitas Teheran, misalnya, hanya mempunyai 3.260 tempat (4.260 sesudah revolusi). Adanya pembatasan tersebut adalah karena Iran hanya membutuhkan 44.000 sarjana pertahun sudah termasuk doktor, insinyur, dokter dan lain lain. Karena itu banyak anak kaum hartawan Iran yang di kirim belajar ke luar negeri.
MINYAK DAN IMPERIALISME BARU
Minyak memainkan peranan penting sekali di Iran. Di temukannya cadangan minyak yang besar sekali di Iran selatan tapi di oleh Inggris menyebabkan Iran terjajah secara ekonomi. Konsesi minyak yang besar sekali pada negeri itu menyebabkan Inggris dapat ikut campur dalam urusan luar negeri Iran. Dan sejarah kolonialisme ekonomi bermulalah secara sistematik.
Seorang profesor Iran¹ melihat adanya paralelisme antara pentingnya peranan irigasi buatan ( Ghanat ) Yang memerankan peranan penting di bidang ekonomi, sosial dan politik pada sistem ekonomi despotis Asia, dengan peranan minyak ( Oleoduc ) Dalam pemerintahan Iran di zaman shah yang di sebutnya pemerintahan borjuis. Dalam sistem negara despotis Asia, adanya kekuasaan administratif, keuangan dan militer adalah berkat pengembangan hasil pertanian. Sedangkan dalam sistim negara despotis modern Iran, kekuasaan itu kokoh berkat adanya minyak. Sistem produksi kapitalis masuk Iran berkat adanya negara yang bersifat totaliterisme, absolut dan memerintah dengan bantuan apratur aparatur pemerintahannya. Masuknya kapitalisme secara besar besaran di Iran di mungkinkan dengan di olahnya mingan oleh negara imperialis. Minyak menjadi kunai utama ekonomi Iran. Seluruh aktivitas politik, ekonomi, keuangan berputar putar sekitar minyak. Makin besar lagi peranan minyak setelah terjadi krisis dalam negeri dan akibat krisis luar negeri pada Iran.
Lemahnya kelompok kelompok sosial ttadisional Iran menyebabkan kelompok borjuasi baru gampang lahir. Borjuasi modern ini yang bekerja di aparatur negara menyebabkan lahirnya borjuasi industri dan keuangan modern. Negara yang bertindak sebagai manajer dengan perantaraan birokrasinya yang tidak sesuai dengan ekonomi modern itu terpaksa melakukan beberapa perubahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Sigit Prasetiyo
ok
2022-12-09
2
Su Hartatik
siap di tunggu
2022-12-09
2
Sigit Prasetiyo
lanjutkan 👍
2022-12-09
2