Hutan Setra Sembrani

Perdebatan yang tidak berujung menggaduhkan daerah pinggiran Tindihmayit malam ini. Tiga hari sebelumnya, seorang pria setengah baya yang memakai pakaian berwarna hitam berupa kain yang dililitkan ke tubuhnya datang ke rumah dalang kesenian wayang yang terkenal di kabupaten ini. Seseorang yang mengundang pagelaran wayang untuk mengisi sebuah acara pesta rakyat di desa Sembrani.

Tanpa berpikir macam-macam, koordinator kesenian wayang itu pun mengiyakan untuk berangkat besok lusa menuju tempat yang telah disebutkan. Ternyata tanpa mereka ketahui, desa Sembrani yang dimaksud itu adalah sebuah desa memang sudah lama tidak ada. Desa Sembrani hanya menjadi sejarah kelam bagi masyarakat Tindihmayit yang mengetahui bagaimana saat desa Sembrani musnah dalam waktu satu malam.

Desa Sembrani dahulu merupakan desa yang berada di bawah kaki bukit Sangkala. Bukit tinggi yang menjulang di atas hutan Setra Sembrani yang gelap. Suatu malam di sekitar tahun 90-an, desa Sembrani terbakar habis hampir tak tersisa apapun. Penyebab dan bagaimana kebakaran itu terjadi pun tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti.

Abu desa ditemukan di pagi hari oleh beberapa pemburu dari Tindihmayit yang melintas ke kawasan hutan Setra Sembrani. Menurut orang-orang pada saat itu, desa Sembrani berpindah dimensi ke alam ghaib di tengah hutan Setra Sembrani. Namun, beberapa orang juga percaya bahwa desa Sembrani sebenarnya telah dimusnahkan untuk suatu kepentingan.

Singkat cerita, rombongan wayang itu bersikukuh untuk melanjutkan perjalanan menuju hutan Setra Sembrani. Warga yang sudah tidak bisa menahan lagi akhirnya memberikan petunjuk untuk mengikuti jalan desa menuju pabrik tekstil tua di ujung jalan yang melewati hutan. Akhirnya, menurut kesaksian para warga malam itu sampai pagi menjelang rombongan wayang tidak terlihat lagi kembali melewati Tindihmayit.

Keesokan harinya, Pak Digyo yang merupakan kepala desa mendatangi rumah kakek. Beliau menjelaskan perihal rombongan wayang malam tadi yang tak kunjung kembali dari hutan Setra Sembrani. Pak Digyo meminta kepada kakek selaku salah satu tetua di Tindihmayit untuk ikut melakukan pencarian menuju pabrik tua yang berada di luar desa.

Kakek tentu saja melarangku untuk ikut bersamanya melakukan pencarian itu. Namun aku bersikeras untuk tetap mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan rombongan wayang semalam.

"Kalau begitu, coba ajak Mas Hono. Dia lebih paham tentang wilayah Sembrani." perintah kakek kepada Pak Digyo sebelum sang kepala desa berpamitan.

Satu jam berselang aku dan kakek berjalan menuju balai desa. Semua sepakat untuk berkumpul disana sebelum berangkat menuju pabrik tua. Dan akhirnya kami pun berangkat bersama menggunakan mobil milik kantor desa.

Mobil perlahan mulai meninggalkan Tindihmayit dan memasuki jalan penghubung desa yang kanan-kirinya merupakan hutan Setra Sembrani. Suasana menjadi gelap dan dingin seperti memasuki sebuah daerah asing. Jalan ini biasanya dilewati oleh para pekerja pabrik pada saat kawasan industri itu beroperasi.

"Mas Hono gak ada di rumah pak. Kata tetangganya sudah 4 hari ini dia tidak pulang ke rumahnya. Terakhir kali Mas Hono terlihat saat kedatangan tamu dari pabrik. Ya orang-orang kota itu mungkin." jelas Pak Digyo saat mengamati jalan yang jarak pandangnya tidak begitu jauh.

Di sepanjang perjalanan menuju pabrik, kami tidak menemukan sama sekali sebuah indikasi adanya rombongan wayang itu. Padahal pada saat itu aku, kakek, Pak Digyo serta 3 orang warga lainnya yang berada di dalam mobil selalu memindai lingkungan yang kami lalui dengan perlahan. Hingga di ujung jalan penghubung desa ini kami berhenti di sebuah gerbang pabrik yang tinggi tetapi tidak tertutup sepenuhnya.

Salah seorang warga yang menjadi sopir mobil mulai membunyikan klakson mobil dengan terus-menerus dan agaknya membuat sang penjaga gerbang keluar dari dalam. Pak Digyo yang melihat seseorang keluar dari celah gerbang akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampiri lelaki yang tidak lain adalah penjaga keamanan pabrik. Setelah berbincang cukup lama dengan penjaga keamanan itu, Pak Digyo kembali memasuki mobil yang terparkir bebas di depan gerbang pabrik, kulihat saat itu juga sang penjaga keamanan kembali masuk ke dalam area pabrik yang terlihat menyeramkan.

Menurut cerita dan informasi yang di dapatkan oleh Pak Digyo, pabrik memang sedang tidak beroperasi dikarenakan jadwal libur tahunan sedang berlangsung. Menurutnya pula sekarang tidak ada seorang pun pekerja yang ada di kawasan pabrik termasuk staff pabrik yang semuanya pulang ke kota asal mereka. Pertanyaan perihal rombongan wayang pun akhirnya diungkapkan oleh penjaga keamanan dengan jelas bahwa dari kemarin malam tidak ada kunjungan sama sekali dan oleh siapapun apalagi oleh sebuah rombongan wayang yang memang tidak ada kaitannya dengan urusan industri di pabrik.

Akhirnya kami semua memutuskan untuk kembali menuju Tindihmayit walau dengan hasil yang kurang memuaskan. Dalam perjalanan pulang, kakek bercerita tentang pabrik tua itu yang konon katanya berdiri di atas lahan bekas desa Sembrani yang terbakar. Banyak kejadian mengerikan juga terjadi di kawasan industri itu termasuk di jalan penghubung desa yang kita lalui ini.

Sering terjadi kecelakaan di jalan ini walaupun ini merupakan jalan yang sangat sepi dari lalu-lalang kendaraan. Banyak pula kisah para pengendara yang berputar-putar tanpa ujung untuk waktu yang lama di jalan ini. Bahkan ada beberapa kejadian yang menyebabkan hilangnya orang-orang yang tersesat, atau mungkin disesatkan oleh para makhluk penghuni hutan Setra Sembrani.

Ketika awal pabrik itu berdiri, ada sebuah bus yang membawa rombongan pekerja dari kota menghilang di jalan ini. Dan sampai sekarang tidak pernah diketahui bagaimana nasib semua pekerja yang menghilang itu. Ketika hampir memasuki Tindihmayit, kakek menunjuk ke arah sisi jalan di sebelah kanan.

Aneh! semua orang termasuk aku terkejut melihat ada sebuah warung kopi yang berdiri di sisi jalan dan hanya diterangi oleh lampu minyak seadanya. Padahal kami semua yakin ketika melewati tempat ini sebelumnya, tidak ada bangunan sama sekali. Kakek menjelaskan bahwa itu adalah Warung Arang, warung kopi yang menjual kopi arang dan disajikan oleh makhluk ghaib hutan Setra Sembrani ini.

Seorang warga yang teringat akan kejadian yang menimpa Edo tempo hari pun bertanya kepada kakek perihal bertransaksi jual-beli dengan makhluk ghaib itu sendiri. Menurutnya, jika kita menjual sesuatu mungkin masuk akal karena kita menawarkan sesuatu yang disukai oleh hantu-hantu itu dan kita pun mendapatkan imbalan yang menguntungkan. Namun jika yang berjualan adalah si hantu itu sendiri, apa untungnya untuk si hantu dan untuk kita sebagai manusia?

"Apa yang dijual oleh makhluk seperti itu biasanya memiliki khasiat instan untuk manusia jika transaksi dilakukan dengan benar. Namun jika salah, bisa-bisa malah membawa petaka untuk orang itu sendiri. Contohnya Warung Arang itu, kopi yang dijual konon memiliki khasiat sebagai keperkasaan bagi kaum lelaki, namun syaratnya adalah harus mau bersetubuh dengan bangsa ghaib yang menjadi lawan transaksinya di setiap waktu yang telah disepakati. Jika dilanggar, si manusia akan merasakan rasa pahit kopi Arang di mulutnya seumur hidup." tutup kakek saat mobil mulai keluar dari gelapnya hutan Setra Sembrani.

Hutan Setra Sembrani membuat tubuhku selalu bergetar saat memasukinya. Gelapnya hutan dikarenakan oleh sinar matahari yang tidak mampu menggapai isi hutan menambah kesan menyeramkannya tempat ini. Ketika aku dan kakek berjalan untuk kembali ke rumah setelah rombongan pencari berpisah di balai desa, kakek berpesan suatu hal kepadaku.

"Entah apapun alasannya, jika kamu masuk ke hutan Setra Sembrani suatu saat nanti, jangan pernah berjalan menuju arah Timur!" kakek memberi pesan yang menurutku sedikit aneh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!