part 13

Rista merasa sangat canggung berada disekitar keluarga Rafael. Sejak dari skywalk tadi dia hanya berbicara dengan Devina saja. Rafael dan Gabriel seperti tidak menganggap dirinnya ada. Kedua pria berbeda usia itu menghiraukan kehadirannya membuat Rista merasa sanagt tidak nyaman dan ingin segera pulang secepatnya.

Dia sudah tidak mood lagi untuk mengelilingi mall. Devina yang tidak tahu atau memang pura-pura tidak tau jika dia kurang nyaman pun sibuk menyuhnya untuk dekat dengan Gabriel.

Rista tentu saja menolak, karena dia tak mau memaksakan dirinya sendiri untuk hal yang harusnya tidak dia lakukan.

"Yuk kita foto dulu buat kenang-kenangan," ajak Devina kembali setelah berjam-jam mereka menghabiskan waktu bersama.

"Kita pulang aja bu, udah malam juga kan, aku jug udah jeluar dari pagi takutnya nanti mama khawatir ," ucap Rista. Dia sudah tidak tahan lagi ingin segera pulang.

"Bentar doang ko sayang, di studio yang dilantai bawah abis itu kita langsung pulang deh, Gabriel juga sepertinya sudah mengantuk." ucap devina pada akhirnya.

Rafael tidak protes supaya cepat selesai, jika dia protes nantinya, Rafael yakin mereka akan berakhir berdebat.

"Hanya beberapa foto saja," ucap Rafael sambil menatap kearah Rista yang terlihat sedang berpikir.

"Baiklah," pasrah Rista, hanya beberapa foto pikirnya dan pasti tidak akan memakan waktu yang lama.

Tapi ternyata Rista harus menelan pil pahit karena nyatanya tak seperti yang dia pikirkan, tempat itu masih terlihat rame dan sedikit antri. Dan alhasil mereka harus menunggu terlebih dahulu.

"Dad, aku ngantuk," adu Gabriel pada Rafael seraya memeluk dada pria itu dengan hangat.

Rafael mengangguk, tentu saja Gabriel mengantuk, anak itu sudah melewatkan tidur siang nya dan sekarang seharusnya sudah jam tidur Gabriel.

"Bu, lain kali aja fotonya," ucap Rafael mencoba membuat sang ibu agar mengerti.

"Yah sayang banget, padahal lagi ada Rista sekarang," ucap Devina.

Rafael mengehela nafasnya. "Lewat handphone saja ya," ucap Rafael mencoba untuk sabar bagaimana pun juga Devina adalah ibunya.

"Yaudah deh," ucap Devina setuju.

Devina akhirnya memanggil salah satu pengunjung yang kebetulan lewat dari depan mereka.

"Mba, tolong bantu foto ya mbak," ucap Devina dengan sopan lalu memberikan handphone milik Rafael pada wanita tadi.

"Boleh Bu, ambil posisi ya," ucap wanita itu.

"Rista kamu disini sayang," Devina mengarah kan Rista untuk berada didekat Rafael yang tengah menggendong Gabriel.

Rafael menurunkan Gabriel sebentar dan untung saja putranya itu tak rewel.

Rafael mengambil telapak tangan Gabriel untuk digenggam nya.

Sadar atau tidak Gabriel ikut menggenggam tangan Rista dengan tangan kecilnya. Hal itu tentu saja membuat Rista terkejut dan menatap bocah itu, sama halnya dengan Rafael.

Tapi sepertinya Gabriel tidak menghiraukan nya. Kini posisi Gabriel berada diantara Rafael dan Rista, sedangkan Devina berada disamping Rista .

1,2,3...senyum dong, tegang banget mukanya," kekeh wanita yang sedang mengambil gambar mereka.

Beberapa take akhirnya selesai juga, Rista merasa senang akhirnya dia akan segera pulang. Tak ada lagi dipikiran nya sekarang selain pulang.

"Terimakasih ya mbak," ucap Devina lalu meminta kembali ponsel milik Rafael.

"Wah fotonya bagus -baguss, nanti Rafael bakal kirim ke kamu ya sayang," ucap Devina. Dia bahagia saat melihat Gabriel yang mau mengambil foto bersama dengan Rista apalagi melihat genggaman tangan cucunya tersebut.

Gabriel bahkan tersenyum dalam foto tersebut. Gabriel memang suka jika disuruh berfoto. Gabriel juga sangat senang jika menonton acara runaway. Seperti nya anak itu sangat berminat dalam dunia modelling.

Devina masih memiliki harapan agar Rista bisa menjadi menantunya. Itu sebabnya dia masih melakukan usaha untuk pendekatan Rista dan Rafael. Devina hanya tidak rela jika Rafael harus menikah dengan wanita lain selain Rista.

"Em, yasudah kalo begitu saya pulang dulu ya Bu, Rafael em dan Gabriel," pamit Rista.

"Kamu bisa pulang sendiri? apa perlu diantar?" tanya Rafael yang kini bertanya padanya setelah sedari tadi diam saja pada nya.

"Udah barang aja, udah malem loh," ucap Devina saat Rista hendak menolak.

"Yaudah," ucap Rafael berjalan terlebih dahulu.

"Yuk sayang," ucap Devina seraya menggandeng tangan Rista dan mengikuti Rafael yang berjalan didepan mereka.

"Gabriel duduk dibelakang aja sama Rista," ucap Devina.

Rista yang ditatap oleh kedua orang itu hanya bisa tersenyum.

"Gapapa kan sayang, soalnya Rafael nyetir, ibu udah gak kuat buat mangku Gabriel karena terkadang kaki ibu keram," ucap Devina sedikit tidak enak.

"Yaudah kalo gitu, Aku aja yang nyetir gimana?" tawar Rista.

"Tidak, aku yang akan menyetir," tegas Rafael. Mau ditaruh dimana wajahnya membiarkan wanita yang membawa mobil untuknya saat dia masih bisa untuk melakukan nya sendiri.

"Gabriel sama tantenya dibelakang, gapapa kan?" tanya Rafael seraya menundukkan tubuh'nya untuk menyamakan tinggi nya dengan sang putra.

"Ya," singkat Gabriel yang sudah mengantuk.

Rista dengan perlahan menuntun Gabriel untuk masuk kedalam mobil.

"Sudah?" tanya Rafael yang dijawab anggukan oleh Rista.

Rafael yang sudah mematikan semua nya aman kian menutup pintu mobil dan segera ikut masuk kedalam mobil.

Rista yang melihat Gabriel yang menyandar pada pintu mobil berinisiatif untuk membawa Gabriel agar tidur di pangkuannya agar Gabriel merasa nyaman.

Gabriel tidak menolak sama sekali dan malah semakin menenggelamkan wajahnya pada perut Rista.

Devina yang memerhatikan sedari tadi tersenyum melihat interaksi itu. Dia yakin jika Rista bisa lebih dekat lagi dengan Gabriel. Sepertinya dia harus lebih sering mengajak Rista bertemu dengan Gabriel.

"Kalo tidur gini mukanya polos banget tapi kalo udah bangun kek mode singa, tatapan nya sinis banget," gumam Rista pelan sambil mengelus surai rambut halus Gabriel dengan sayang tapi ternyata Rafael mendengar nya. Pria itu tersenyum tipis.

Akhirnya mereka pun sampai dirumah Rista. Wanita itu mengeryit saat melihat mobil milik Melviano yang terparkir didepan rumah nya.

"Em kalian tidak mampir dulu," ucap Rista.

"Seperti nya tidak bisa sayang, liat tuh si Gabriel udah tidur. Lain kali aja deh kayaknya. Titip salam sama Eve aja ya, " balas Devina.

"Oke Bu, " ucap Rista. Kini masalah hanya satu, bagaimana caranya agar dia bisa berpindah sedangkan Gabriel masih tidur dengan tenang dipangkuan nya.

Rista takut jika Gabriel nanti jadi terbangun jika dia bergerak sedikit saja.

Devina yang melihat hal itu lantas turun dari mobil dan membantu Rista.

"Pelan-pelan saja, dia gak akan kebangun Kok," ucap Devina membantu Rista untuk memindahkan Gabriel.

"Ststst,' Devina mengelus - elus rambut milik Gabriel agar cucunya tersebut tenang kembali.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!